Berita Internasional Terkini
Rudal Jepang akan Ditempatkan di Nansei, Mampu Capai Korea Utara, Persiapan Melawan China
Negeri matahari terbit, Jepang sedang ancang-ancang atau bersiap pasang senjata untuk melakukan serangan militer.
TRIBUNKALTIM.CO - Negeri matahari terbit, Jepang sedang ancang-ancang atau bersiap pasang senjata untuk melakukan serangan militer.
Jepang sekarang ini bisa dikatakan pasang kuda-kuda terhadap hal-hal yang bisa mengancam negaranya sendiri.
Di antaranya sediakan rudal, yang siap meluncur terbang ke negara yang memang dianggap membahayakan bagi Jepang.
Senjata akan ditempatkan terutama di sekitar pulau Nansei selatan dan mampu mencapai wilayah pesisir Korea Utara dan China.
Baca juga: Cina Pamer Kekuatan Militer di Dekat Taiwan, AS, Australia, dan Jepang Tingkatkan Pertahanan
Jepang sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan 1.000 rudal jelajah jarak jauh.
Peluncuran itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan serangan balik Jepang terhadap China.
Demikian dilaporkan oleh surat kabar Yomiuri pada hari Minggu (21/8/2022).
Rudal-rudal itu akan dimodifikasi dengan senjata yang ada untuk memperluas jangkauannya dari 100 kilometer menjadi 1.000 kilometer, kata surat kabar itu, mengutip sumber-sumber pemerintah.
Baca juga: Bukan Bantu Lawan Ukraina, Pasukan China ke Rusia Latihan Militer Bersama
Senjata, yang diluncurkan oleh kapal atau pesawat.
Senjata akan ditempatkan terutama di sekitar pulau Nansei selatan dan mampu mencapai wilayah pesisir Korea Utara dan China, kata Yomiuri, sebagaimana dilansir CNN.
Jepang , yang menafsirkan konstitusi pascaperang yang menolak perang berarti dapat menggunakan militernya hanya untuk membela diri, telah meningkatkan pengeluaran militernya dan mengambil strategi yang lebih tegas dalam beberapa tahun terakhir.
Tetapi negara itu menahan diri untuk tidak mengerahkan rudal jarak jauh, di antara batasannya pada senjata yang dapat menyerang sasaran di tanah asing.
Baca juga: Xi Jinping dalam Ancaman Besar, Taiwan Pamer Arteri Howitzer Usai China Latihan Militer
Ketegangan regional meningkat bulan ini setelah kunjungan Nancy Pelosi , ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, ke Taiwan , yang memiliki pemerintahan sendiri tetapi diklaim oleh China.
Beijing meluncurkan rudal di dekat Taiwan dan ke zona ekonomi eksklusif Jepang.
AS dan Taiwan Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan
Amerika Serikat dan Taiwan mengumumkan dimulainya pembicaraan perdagangan di tengah meningkatnya ketegangan dengan China.
Washington dan Taipei mengatakan pada hari Kamis (18/8/2022) bahwa mereka setuju untuk bergerak maju dengan inisiatif AS-Taiwan pada perdagangan abad ke-21, untuk meningkatkan perdagangan dan memajukan standar umum di berbagai bidang seperti kebijakan anti-korupsi dan peraturan lingkungan.
Baca juga: China Sebut Amerika Serikat Sebagai Penghasut dan Pemrakarsa Meletusnya Konflik Rusia dan Ukraina
Perwakilan Dagang AS mengatakan, kedua belah pihak telah mencapai konsensus tentang mandat untuk negosiasi, dengan putaran pertama pembicaraan diperkirakan akan berlangsung dalam waktu dua hingga tiga bulan.
“Kami berencana untuk mengejar jadwal ambisius demi mencapai komitmen berstandar tinggi dan hasil yang berarti, mencakup sebelas bidang perdagangan dalam mandat negosiasi yang akan membantu membangun ekonomi abad ke-21 yang lebih adil, lebih sejahtera, dan tangguh,” kata Sarah Bianchi, Deputi Perwakilan Dagang Amerika Serikat.
Pengumuman itu muncul setelah Presiden AS Joe Biden memilih untuk mengecualikan Taiwan dari Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (19/8/2022) inisiatif ekonomi yang difokuskan ke Asia bertujuan untuk melawan pengaruh China yang tumbuh sebagai kekuatan militer dan sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Baca juga: Amerika Serikat Secara Teknis Resesi, Survei Daftar Negara Terancam Resesi, Ada China dan Indonesia
China merupakan mitra dagang terbesar dari negara-negara di kawasan itu, termasuk Taiwan.
Dalam konferensi pers reguler pada hari Kamis (18/8), juru bicara kementerian perdagangan China, Shu Jueting mengatakan bahwa negaranya menentang pembicaraan itu dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menegakkan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya.
Di sisi lain, Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang harus "disatukan kembali". Mereka juga mengecam tindakan AS yang berusaha untuk membatalkan kebijakan diplomatik selama beberapa dekade mengenai status pulau itu.
Pemerintahan Biden mengatakan bahwa kepatuhannya pada kebijakan "Satu China" tidak berubah, tetapi menentang segala upaya untuk mengubah status quo dengan paksa.
Baca juga: Tak Hanya China, Korea Utara Ikut Geram Sama Ulah Amerika di Asia, Nancy Pelosi jadi Penyebabnya
Di bawah kebijakan era Nixon, Washington tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka atau bagian dari wilayah China.
Selain itu, AS juga berkewajiban membantu Taiwan untuk mempertahankan diri di bawah Undang-Undang yang mulai diberlakukan pada tahun 1979.
(Tribunnews.com/Yurika/Mikael Dafit Adi Prasetyo)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jepang Siap Luncurkan 1.000 Rudal Jarak Jauh untuk Lawan China