Berita Internasional Terkini

Perang dengan Rusia Belum Berakhir, Kini Ukraina di Ambang Perpecahan, Konflik dengan Militer

Di tengah perang yang belum selesai dengan Rusia, kini Ukraina di ambang perpecahan, konflik dengan pihak militer.

SERGEY BOBOK / AFP
Prajurit Ukraina memeriksa beberapa pecahan peluru setelah serangan rudal di pusat Kharkiv pada 2 September 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Kini, Ukraina justru di ambang perpecahan dengan pihak militer. (SERGEY BOBOK / AFP) 

TRIBUNKALTIM.CO - Di tengah perang yang masih berkecamuk dengan Rusia, Ukraina justru di ambang perpecahan antara militer dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

Jika perpecahan itu terjadi, Rusia bakal semakin leluasa menyerang dan bukan tidak mungkin Ukraina kini di ambang kalah perang.

Hal itu diungkapkan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko di tengah perang yang semakin panas antara Ukraina yang didukung persenjataan canggih Amerika Serikat dengan Rusia.

Menurut Lukashenko, perseteruan Volodymyr Zelensky dengan militer Ukraina akan segera mencapai puncaknya dalam waktu dekat.

"Ada konflik yang memuncak antara Presiden (Ukraina) dan militer."

Gambar selebaran ini diambil pada tanggal yang tidak diketahui dan dirilis oleh layanan pers Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina pada 4 Juni 2022 menunjukkan howitzer self-propelled M109A3, yang disediakan dalam rangka bantuan teknis internasional oleh Norwegia, menembak di garis depan dengan pasukan Rusia di tempat yang tidak diketahui di Ukraina. - Sebanyak 900 prajurit elit Rusia dilaporkan telah tewas selama enam bulan invasi Rusia ke Ukraina.
Gambar selebaran ini diambil pada tanggal yang tidak diketahui dan dirilis oleh layanan pers Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina pada 4 Juni 2022 menunjukkan howitzer self-propelled M109A3, yang disediakan dalam rangka bantuan teknis internasional oleh Norwegia, menembak di garis depan dengan pasukan Rusia di tempat yang tidak diketahui di Ukraina. - Sebanyak 900 prajurit elit Rusia dilaporkan telah tewas selama enam bulan invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by press-service of Commander-in-Chief of the Ukrainian Armed Forces / AFP)

"Hanya prajurit militer yang dapat mengatakan dengan berani: 'Kita harus mencapai kesepakatan jika tidak, Ukraina dapat dihapus dari muka bumi'," ungkap Lukashenko dalam diskusi terbuka yang disiarkan langsung, Kamis (1/9/2022), dikutip dari TASS.

Pemimpin Belarusia yang dikenal sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin ini mengatakan, nasib Ukraina bergantung kepada militer bukan Presiden.

"Mereka (militer) dibantai di sana. Mereka tidak melihat prospek. Lihatlah ke barat Ukraina, Polandia menggosok tangan mereka, dan sudah mengukir tanah Ukraina," kata Lukashenko.

Baca juga: Berkat Amerika Ukraina Berhasil Lakukan Serangan Balik, Jerman: Jangan Remehkan Militer Rusia

Baca juga: SERANGAN BALASAN Mematikan Ukraina Rebut Kembali 3 Kota dari Tangan Rusia

Ia mengaku percaya rakyat Ukraina "harus memiliki suara mereka, karena Presiden tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan."

Dalam kesempatan itu, Lukashenko turut menyinggung soal ekspor bahan pangan Ukraina.

Menurutnya, tidak normal jika kargo bahan makanan dan biji-bijian diangkut ke Eropa sementara rakyat Ukraina kekurangan pangan.

Invasi Rusia ke Ukraina mengakibatkan terganggunya pasokan biji-bijian, yang meningkatkan risiko krisis pangan di sejumlah negara.

Sehari sebelumnya, Presiden Volodymyr Zelensky memberikan pidato di malam pembukaan Festival Film Internasional Venesia, Rabu (31/8/2022).

Ia mendesak pegiat perfilman dunia agar tidak diam atau lelah dengan berita terkait konflik Rusia-Ukraina.

Dalam pidatonya itu, Zelensky mengatakan kisah Ukraina di luar batas kemanusiaan dan akal sehat.

Baca juga: Situasi Rusia Ukraina Makin Panas, Eropa Minta Akhiri Perang hingga Iran Beri Sinyal Damai

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved