Berita Kutim Terkini
Pisang Kepok Kaubun Kutai Timur Tembus Pasar Singapura, Nilai Kontrak Capai Rp 35 M
Pisang kepok dari Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), telah menembus pasar Singapura.
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Pisang kepok dari Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), telah menembus pasar Singapura.
Tak tanggung-tanggung, nilai kontraknya mencapai Rp 35 miliar hingga 2 tahun.
Pisang kepok di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) ternyata tidak hanya untuk diekspor ke luar negeri saja.
Tetapi, pembeli pisang khas Kalimantan Timur ini juga dijual ke beberapa daerah di Indonesia.
Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian (Dispertan) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Dyah Ratnaningrum menjelaskan ada beberapa daerah yang menjadi target ekspor.
Baca juga: Presiden Jokowi Apresiasi Ekspor Pisang Kepok dan Akan Kunjungi Kutim, DPTH Kaltim: Mudahan Datang
Target ekspor tersebut ada yang berasal dari Kaltim, dengan total pembelian mencapai puluhan ton.
“Kalau lokal itu seperti di Bontang, Balikpapan dan Samarinda, itu rata-rata pemesanan hingga 30 ton dalam per hari,” ucapnya pada TribunKaltim.co.
Sedangkan untuk daerah luar provinsi ada Banjarmasin, Surabaya, Bandung, Bali, dan Jakarta, dengan permintaan 26 ton per bulan.
Jumlah permintaan ini diakui Dyah terlalu besar dengan kemampuan petani pisang kepok yang ada di Kaubun.
Akibatnya, realisasi ekspor masih berada jauh di bawah permintaan pembeli.
“Tetapi kita baru berhasil merealisasikan 12 ton per bulan karena keterbatasan lahan. Sedangkan kita juga harus penuhi ekspor pasar global,” ujarnya.
Dyah juga mengungkap bahwa saat ini Kutim harus memenuhi 3.000 sisir setiap 15 hari untuk diekspor ke Singapura.
Ekspor pisang ini berlangsung selama dua tahun, dengan harga per sisir kurang lebih Rp 26 ribu.
Baca juga: Presiden Jokowi Bakal Kunjungi Kecamatan Kaubun Kutim, Lepas Ekspor Pisang Kepok ke Luar Negeri
“Kontraknya sampai dua tahun, nilainya Rp 35 miliar," ujarnya.
Kendati demikian, Dyah mengungkap bahwa saat ini keterbatasan lahan yang menjadi kendala pada aktivitas ekspor pisang kepok.