Berita Kutim Terkini
Warga Desa Ngayau Kutai Timur Keluhkan Akses Jalan Rusak Bak Kubangan Kerbau
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur khususnya akses jalan bagi masyarakatnya.
Penulis: Syifaul Mirfaqo |
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur khususnya akses jalan bagi masyarakatnya.
Hanya saja, banyak warga desa di kawasan pedalaman yang mengeluhkan jalan daerah dalam kondisi rusak terutama jalan tanah.
Kondisi ini pula dirasakan warga Desa Ngayau, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutim yang mengeluhkan kondisi jalan yang rusak berat bak kubangan kerbau.
Jalan yang menjadi akses satu-satunya warga saat akan ke rumah sakit dan akses antar kecamatan itu, kini dipenuhi lumpur tebal warna cokelat.
Salah satu warga Muara Ancalong, Noto Sunaryo menyebutkan, jalan penghubung antara Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal sepanjang enam kilometer.
Baca juga: Akibat Jalan Poros Jembatan Ngayau Berlumpur, Mobil Damkar Telat Padamkan Api di Muara Ancalong
Jalan ini sama sekali belum pernah tersentuh pembangunan padahal sudah diusulkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
“Saat Musrenbang selalu masuk jadi prioritas namun realisasinya nggak ada. Untuk itu kami berharap ke anggota dewan khususnya yang dari Dapil (daerah pemilihan) sini bisa mengawal agar tidak meleset,” ujar Noto.
Selain rusak parah dengan kondisi lubang di sebagian besar badan jalan, kondisi jalan juga dipenuhi lumpur sehingga sulit untuk dilalui kendaraan.
Padahal jalan ini merupakan akses utama yang dilalui masyarakat dari tiga desa yakni Desa Ngayau, Senambah, dan Mulupan.
“Kondisi jalanan seperti ini sangat menghambat apalagi ketika warga mau ke rumah sakit. Selain itu aktivitas warga terhambat yang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Baca juga: Kecamatan Muara Ancalong Peringkat Pertama Kemiskinan Ekstrem di Kutai Timur
Senada, Heru Achmadi yang juga warga Muara Ancalong turut mengeluhkan hal serupa.
Dirinya menilai Pemkab Kutim lamban dalam mengatasi masalah yang tiap hari dialami warga.
“Susah kalau mau lewat apalagi kalau sudah hujan seperti bubur. Kalau kemarau, kita lewat makan debu. Semoga saja pemerintah bisa memperhatikan jalan itu, anggota dewan juga bisa mengawal,” ujarnya.
Disinggung kontribusi perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut, baik Noto maupun Heru tak menampik jika perusahaan sejauh ini memberikan kontribusinya di saat perbaikan.
Namun kontribusi perusahaan terbatas hanya perbaikan, tidak bisa membangun jalan agar kualitasnya lebih baik.