Berita Nasional Terkini
Viral Pernyataan Bupati Kepulauan Meranti saat Bahas DBH dengan Kemenkeu, Profil Muhammad Adil
Viral pernyataan Bupati Meranti saat rapat bahas Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Simak profil Muhammad Adil
Tidak sampai di situ Bupati M Adil juga merapat sampai ke Bandung untuk mengejar pihak Kemenkeu namun tidak juga bertemu pihak yang kompeten.
"Itu yang hadiri waktu itu entah staf atau apalah. Sampai pada waktu itu saya ngomong 'Ini orang keuangan isinya ini iblis atau setan',"ungkap Adil.
Dalam video yang beredar, Bupati M Adil mulanya menjelaskan, bahwa pada tahun 2022, Meranti menerima DBH sebesar Rp114 miliar.
Dengan hitungan harga minyak 60 dollar AS per barel.
Kemudian, dalam pembahasan APBD tahun 2023 sesuai pidato Presiden Jokowi, harga minyak dunia naik menjadi 100 dollar AS per barel.
Baca juga: DBH Sawit Tunggu Skema Hitungan Rinci, Usulan 90 Persen Menanti Peraturan Pemerintah
"Tapi kenapa minyak kami bertambah, liftingnya naik, duitnya makin sedikit. Bagaimana perhitungan asumsinya, kok naiknya cuma Rp 700 juta," ungkap Bupati.
Menurut Bupati M Adil asumsi kenaikan jumlah produksi minyak Meranti pada tahun 2022 ada 13 sumur yang dibor dan di tahun mendatang bertambah menjadi 19 sumur.
"Ditargetkan produksi mencapai 9000 barel per hari, dan ini kenaikan yang cukup signifikan," sebutnya.
Bupati Meranti juga menyinggung Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2022 yang di dalamnya tidak terdapat anggaran untuk gaji Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kepulauan Meranti.
"Ini kan seharusnya jadi tanggung jawab pusat, tapi malah jadi tanggung jawab pemerintah kabupaten," ujar Muhammad Adil.
Cuplikan Video Muhammad Adil Beredar di Medsos
Video saat Bupati Kepulauan Meranti, Muhammad Adil mengungkapkan kekesalannya terkait kejelasan DBH migas ini ramai beredar di medsos.
Termasuk diunggah di akun Instagram @lambe_turah.
Tampak Muhammad Adil mengatakan, "Ini orang Keuangan isinya iblis atau setan. Jangan diambil lagi minyak di Meranti itu.
Gak apa-apa, kami juga masih bisa makan. Daripada uang kami dihisap oleh pusat."