Berita Paser Terkini

Cegah Malnutrisi Kronik Pada Balita, Posyandu di Paser Beralih Pakai Timbangan Digital

Guna mencegah terjadinya malnutrisi kronik hingga menyebabkan stunting pada bayi, tiap posyandu di Paser diminta berlaih ke timbangan digital

Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM
Petugas kesehatan saat melakukan pemeriksaan menggunakan Timbangan digital kepada balita di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER- Guna mencegah terjadinya malnutrisi kronik hingga menyebabkan stunting pada bayi, tiap posyandu di Paser diminta berlaih ke timbangan digital.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Paser memastikan setiap posyandu mengganti dacing atau alat timbang manual ke timbangan digital.

Sub koordinator Kesehatan Keluarga dan Gisi pada Dinkes Paser Rusmalayana menyampaikan, timbangan digital memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga tenaga kesehatan bisa mengetahui perkembangan kondisi anak.

"Secara bertahap, setiap posyandu mengganti dacin ke timbangan digital dan menggunakan antropometri kid yang standar," kata Rusmalayana di Tanah Grogot, Rabu (18/1/2023).

Pengadaan alat antropometri berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK), hibah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan bantuan Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan.

Baca juga: Tren Stunting di Bontang Naik 22 Persen, Kasus Terbanyak di Kanaan dan Bontang Lestari

Baca juga: Angka Stunting di Berau Diklaim Turun 19 Persen

"Penanganan stunting secara spesifik, yaitu dengan deteksi dini dimulai dari pengukuran bayi dan balita di posyandu yang kemudian divalidasi oleh tenaga gizi puskesmas," terangnya.

Rusmalayana menganggap, alat timbang digital sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan bayi.

"Selain itu, juga dilakukan konseling oleh petugas kesehatan," sambungnya.

Tahun ini, Dinkes Paser akan menggelar pelatihan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pelatihan tersebut diberikan pada kader posyandu, guru pendidikan anak usia dini (PAUD) atau guru Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal.

"Pelatihan dilaksanakan di seluruh puskesmas dengan tenaga pelatih dari Dinkes Paser, bekerjasama dengan puskesmas dan organisasi profesi mengunakan dana DAK non fisik," paparnya.

Sementara itu, Sekretaris Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Paser Amir Faisol mengatakan, pengukuran berat dan tinggi badan bayi secara berkelanjutan penting dilakukan untuk mengetahui persentase kasus stunting saat ini.

"Data yang ada, berdasarkan pengukuran di Posyandu yaitu 21 persen lebih dari 50 ribu balita dinyatakan stunting," ungkapnya.

Data tersebut lebih rendah dari yang dikeluarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) milik Kementerian Kesehatan yaitu 22,5 persen.

"Tapi karena pada saat pengukuran berat badan di posyandu itu tidak semua balita yang datang, persentase kasus stunting belum akurat," beber Amir.

Baca juga: Peningkatan Kasus Stunting di Paser Sebesar 1,05 Persen pada Tahun 2022

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved