Wawancara Eksklusif

Puan Maharani tak Ingin Dibandingkan dengan Kakek dan Ibu yang Mantan Presiden, ‘Puan ya Puan’

Selama menjabat sebagai Ketua DPR RI, Puan Maharani mengaku mendapat sejumlah kritikan dari masyarakat.

Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra melakukan wawancara khusus dengan Ketua DPR RI Puan Maharani usai pertemuan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/1/2023). 

Tentu saja dengan cara wsktu itu kan beberapa kemudian setelah saya dilantik sebagai Ketua DPR kan Covid, pandemi Covid. Jadi kita hanya bisa zoom. Di Zoom pun saya membuka DPR untuk bisa dilihat oleh publik.

Jadi kalau dalam pembahasan-pembahasan itu saya minta publik bisa memberikan masukannya apa saja yang bisa diterima dan tidak bisa diterima. Dan tentu saja yang namanya masih ke rumah itu di mana-mana ada aturan yang nggak bisa masuk nyelonong aja.

Misalnya menuliskan surat minta izin, teriak-teriak di depan sana misalnya begitu tetapi memaksa masuk dia, tidak bisa.

Jadi saya membuka DPR terbuka untuk publik atau rakyat tapi dengan aturan. Setelah kemudian sekarang pandemi covid-19 sudah berkurang apalagi ke depannya sudah mulai aturan PPKM itu dibuka bisa berkumpul.

Kemarin saja dalam pembahasan-pembahasan undang-undang bahkan saya membuka satu ruangan untuk masyarakat atau perwakilan dari masyarakat untuk mengikuti jalannya pembahasan dari setiap undang-undang.

Jadi mereka baru tahu 'Mbak saya baru tahu ternyata membahas undang-undang itu tidak segampang itu. Ada pro kontra melibatkan 9 fraksi, bahkan anggota DPR'. Kadang-kadang anggota DPR punya hak untuk bicara walaupun itu berdasarkan dari satu fraksi belum tentu semuanya menyatakan hal yang sama kecuali nanti kemudian fraksinya menyatakan menyetujui satu hal baru semuanya menyetujui, tapi anggota DPR punya hak untuk menyampaikan terlebih dahulu. Jadi begitu.

Makanya bukannya kalau membahas undang-undang itu hari ini bisa atau hari ini akan dibahas, besok harus selesai itu perlu proses yang panjang. Jadi kemudian kenapa saya membuka diri, supaya masyarakat paham bahwa sekarang saya meminta agar ada mahasiswa-mahasiswa ikut program Merdeka Belajar.

Jadi masuk ke sini supaya mereka juga bisa melihat teman-teman mahasiswa, ini ada adek mahasiswa ini bagaimana sih rapat paripurna, bagaimana rapat di komisi, bagaimana sih pembahasannya. Apakah kalau mereka nanti tidak lagi di depan menyampaikan aspirasinya nggak kita dengar, kita dengar, tetapi tidak mungkin hari itu selesai karena ada mekanisme dan hal-hal yang kita lakukan.

Kemudian semua kebijakan ada di sini. Saya juga baru memahami bahwa kebijakan apa yang dapat dilakukan pemerintah harus disetujui oleh DPR atau dibahas bersama dengan DPR. Kalau kemudian di masa lalu dianggap bahwa DPR tidak bekerja dan lain sebagainya Itu persepsi itu yang kami di DPR ingin merubah hal tersebut. Cuman tentu saja merubah sesuatu hal itu perlu masa transisi tidak bisa saya buat satu tahun selesai dua tahun, selesai.

Jadi kalau kemudian karena kebijakannya selalu ada di sini dan kenakalan kebijakan-kebijakan tersebut tidak sesuai dengan harapan rakyat jadi dianggap DPR tidak bekerja DPR itu tidak melakukan apa-apa, mungkin karena itulah kemudian dinyatakan bahwa DPR merupakan salah satu lembaga yang dianggap tidak kredible.

Makanya itu persepsi seperti itu yang kami di DPR berusaha dengan teman-teman yang lain untuk membuka secara luas, apa sih sebenarnya DPR itu.

Mbak Puan, sebagus-bagusnya pemimpin, termasuk memimpin lembaga yang luar biasa ini DPR RI, pasti punya haters. Dan haters itu muncul di sosial media. Sebagai pemimpin, Ketua DPR, apakah Mbak Puan sering mengikuti haters-haters itu yang melakukan bullying kepada Mbak Puan di sosial media?

Ya kadang-kadang saya suka baca juga kemudian ada yang menyampaikan, katanya Mbak ini gini..gini..gini Mbak digini-giniin. Pemimpin Itu nggak mungkin semuanya senang, pemimpin itu dalam menjalankan tugas-tugas dan kerjanya masih ada pro dan kontra.

Buat saya selama saya merasa saya melakukan hal yang terbaik, yang bisa saya lakukan saya tetap jalan terus. Jadi tidak kemudian merasa ciut karena haters. Saya jadi banyak atau dibullying nggak karena saya merasa sudah melakukan sesuatu yang menurut saya memang saya lakukan untuk rakyat untuk DPR dan yang terbaik untuk yang saya bisa lakukan.

Sebagai manusia, saya tidak mungkin sempurna jadi tidak mungkin semua keinginan dari masyarakat itu bisa saya penuhi. Tetapi saya kerja saja dan kerja kerja kerja.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved