Wawancara Eksklusif
Cerita di Balik Pembangunan Terowongan Pertama Samarinda, Walikota Andi Harun Menghemat Rp 20 Miliar
Selain banjir, Kota Samarinda juga menghadapi persoalan akses jalan. Untuk persoalan ini, Andi Harun pun sudah merencanakan pembangunan terowongan.
Penulis: Muhammad Riduan | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintah Kota Samarinda telah menganggarkan ganti rugi lahan dan ganti bongkar permukiman warga yang berada di bantaran Sungai Karang Asam Besar.
Walikota Samarinda Andi Harun menyebut angka Rp 15 hingga 20 miliar.
Langkah ini merupakan upaya Pemkot dalam menanggulangi banjir di Samarinda.
“Untuk Karang Asam Besar kita targetkan 2023 ini kelar, lebih dari optimistis karena kita menjadikannya superprioritas,” kata Andi Harun dalam Wawancara Eksklusif Tribun Kaltim VIP Room, Jumat (20/1/2023).
Selain banjir, Kota Samarinda juga menghadapi persoalan akses jalan. Untuk persoalan ini, Andi Harun pun sudah merencanakan pembangunan terowongan.
Baca juga: Temukan Sofa hingga Lemari di Sungai Karang Asam Besar, Walikota Samarinda Andi Harun: Kayak Gudang
Baca juga: Pembebasan Lahan Terowongan Gunung Manggah Samarinda Diproyeksikan Tuntas April 2023
Seperti apa strategi pemkot mengurai permasalahan di Samarinda, berikut petikan wawancara eksklusifnya.
Rencana normalisasi sungai Karang Asam Besar, tak cuma soal anggaran, tetapi juga soal komunikasi ke warga?
Kemungkinan belum bisa kita bongkar. Kita lakukan edukasi, bahwa ini bukan soal walikotanya, bukan soal pemerintah, tapi ini semata kebutuhan untuk orang banyak, pengendalian banjir.
Saat ini yang bisa kita lihat hasilnya adalah simpang empat Sempaja, keberhasilan kita menormalisasi Karang Mumus di sektor Ruhui Rahayu, Gang Nibung, menjadi daya dukung sungai terhadap daya tampung air yang sangat besar.
Jadi faktor komunikasi tidak boleh anggap remeh. Terbukti keberhasilannya mampu mengurai persoalan sosial yang belasan hingga puluhan tahun tidak bisa terurai dengan baik.
Lewat komunikasi bisa semua menuntaskan itu, tidak melulu soal uang. Kalau masyarakat merasa "oh iya kami juga punya tanggung jawab dan ini untuk kepentingan orang banyak", pasti pikiran dan jiwanya mau berpartisipasi bersama-sama membangun kota ini.
Targetnya berapa lama normalisasi Karang Asam?
Untuk Karang Asam Besar kita targetkan untuk 2023 ini kelar, lebih dari optimis karena kita menjadikannya superprioritas.
Loa Janan Ilir Samarinda Seberang, Bengkuring, ke arah ilir sampai jembatan Kehewanan sudah kelar, mudah-mudahan tahun ini semua kelar. Lanjut di Jl. Tarmidi kemungkinan April sekitar jembatan JB, lalu Teluk Lerong itu target kita tahun ini . Tahun depan ada target lagi, insyaAllah kegiatan lain akan kita lanjutkan.
Tahun ini selain banjir, penataan Tepian Mahakam kita mulai. Kita alokasikan anggaran kurang lebih Rp 40 miliar, kemudian rehabilitasi Citra Niaga yang kini tahap pertama, kita masuk wilayah koridornya dulu, trotoar dan lain sebagainya, diperkirakan anggarannya kurang lebih Rp180 miliar.
Kalau Tepian Mahakam itu ratusan miliar dari ujung ke ujung, tapi kita harus memulai, karena kita tak mungkin menunggu uang ngumpul baru kerja. Ini butuh strategi di tengah keadaan anggaran yang terbatas.
Ya, Alhamdulillah untuk penanggulangan banjir, opini masyarakat tidak hanya masyarakat Samarinda tapi dari luar Samarinda, juga telah membuat opini bahwa cukup efektif dan berhasil mengurangi banjir.
Selain penanggulangan banjir, baru-baru ini juga Pak Andi ada peletakan batu pertama untuk membuat terowongan. Mengapa terowongan?
Semangatnya sama, saat ada problem, kita harus temukan solusi. Sangat berisiko sebuah kawasan jika hanya punya satu alternatif jalan, jikat terjadi crowded di jalan itu maka akses mengalami kebuntuan, macet panjang aktivitas ekonomi akan berhenti total.
Itulah yang terjadi di jalan Otista, semua jalur dari arah Sambutan, dari arah tol yang melintasi jembatan Achmad Amins akan melintasi kawasan Otista satu satunya (akses). Ini berlangsung sudah puluhan tahun tudak mungkin saya lanjutkan keadaan yang begitu berbahaya ini, saya harus mencari solusi.
Seperti kemarin ada peristiwa satu trailer yang melintang di sekitar Gunung Manggah. Itu 16 jam menimbulkan masalah.
Ini satu bukti betapa berisikonya sebuah kawasan yang begitu luas dan terakses menjadi koridor penghubung antarkabupaten hanya punya satu jalan alternatif.
Saya tidak mungkin membiarkan ini berlanjut di saat kita memiliki kesempatan mengubah keadaan ini. Lalu seperti biasa saya tinjau ke lapangan, saya telusuri, alternatif apa yang kemudian bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Munculah ide, alternatif utama membuat jalan layang. Kita bisa tetapi ada tantangannya, pertama pembebasan lahan kiri kanan di kawasan Otista, karena badan jalan di Otista sudah terlalu kecil, lebarnya itu tidak ideal, sementara nilai tanah di kawasan itu sangat mahal.
Setelah kita hitung-hitung termasuk biaya kontruksinya diperlukan tidak kurang dari Rp800 miliar untuk membuat jalan layang dari Gunung Manggah keluar di sekitar jalan samping jembatan S itu, nanti keluarnya ke arah Tempekong itu, jadi keluarnya ke Yos Sodarso.
Lalu alternatif kedua, adalah terowongan. Coba kita kaji berapa biayanya. Secara sepintas kurang lebih (sama) biayanya (dengan jalan layang).
Tapi coba kita lihat kawasan itu (terowongan) tidak perlu pembebasan lahan secara umum, kecuali yang berada di jalan masuk dan keluar terowongan karena masuk wilayah permukinan. Ya tidak begitu banyak tidak sampai 5 persen dari total biaya.
Ternyata hanya membutuhkan kurang lebih Rp400 miliar setengahnya (membuat jalan layang). Akhirnya naiklah Rp420 miliar, pemenang tender lelang (terowongan) kurang lebih Rp396 miliar, jadi kita bisa menghemat Rp20 miliar lagi dari lelang.
Terowongan ini dengan panjang 600 meter. Di satu sisi kita bisa menghemat, satu sisinya lagi ini jadi alternatif solusi dari jalan otista. Lalu ketiga jadi kebanggaan bagi masyarakat Samarinda, karena ini satu-satunya pertama kali di Indonesia pemerintah daerah membangun terowongan.
Selama ini kementerian yang membangun, di daerah DKI seperti underpaas. Kalau (terowongan) kita ini, dalam ilmu tekhnik sipil namanya adalah mountain tunnel, menorobos gunung tanpa merusak gunung atasnya.
Jadi atasnya tetap Ruang Terbuka Hijau, tidak ada struktur tanah berubah, jadi dibor sehingga pohon-pohon tetap ada di atas sepanjang 60 meter.
Diperkirakan pengerjaan maksimum 20 bulan selesai, kira-kira di bulan Juli - Agustus 2024, di akhir priode saya, mudah-mudahan sebelum saya mengakhiri jabatan, sudah bisa meresmikan penggunaannya.
Yang paling penting, sebelum saya akhiri periode pemerintahan ini, sudah bisa bermanfaat dan bisa dinikmati oleh masyarakat.
Kalau daerah lain mungkin ada terowongan, di Aceh ada tapi itu kemungkinan peninggalan Belanda.
Ada juga di Bandung, gak tau dibuat zaman kapan. Tapi untuk zaman now, terowongan di Samarinda ini mungkin untuk pertama kalinya di Indonesia.
Akankah dinamai Terowongan Andi Harun?
Tidak. Soal nama entarlah yang penting kita doakan mudah-mudahan terowongan ini bisa selesai sesuai rencana kita bersama. (Muhammad Riduan/Bagian 2/Selesai)
wawancara eksklusif
Walikota Samarinda
Andi Harun
terowongan di Samarinda
Samarinda
TribunKaltim.co
Sungai Karang Asam Besar
Banjir di Samarinda
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.