Berita MHU
MHU Inisiasi Bank Sampah di Loa Kulu, Sulap Sampah Jadi Rupiah
Masyarakat Loa Kulu mampu memanen pundi-pundi rupiah dari limbah dengan adanya keberadaan bank sampah yang diinisiasi PT Multi Harapan Utama,
Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO - Sampah tak selamanya jadi masalah.
Ini terbukti melalui bank sampah yang diinisiasi PT Multi Harapan Utama (MHU), masyarakat Loa Kulu mampu memanen pundi-pundi rupiah dari limbah tersebut.
Penanganan yang tepat, sampah pun bisa disulap menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Baca juga: Finalis Puteri Indonesia Kalimantan Timur 2023 Kunjungi Site MHU di Loa Kulu
Aksi nyata ini telah dilakukan salah satu desa di Loa Kulu, tepatnya Desa Jembayan Tengah.
Sejumlah warga membentuk bank sampah bernama Bumi Etam Lestari yang diinisiasi oleh MHU.
Bumi Etam Lestari menjadi hulu dari pengelolaan limbah rumah tangga di Loa Kulu.
Dari rumah-rumah warga, sampah sudah dipilah, disortir berdasarkan jenisnya, dipilih sampah mana yang organik dan mana yang non organik.
Sampah nonorganik ialah sampah berbahan plastik atau perkakas elektronik.
Sampah gelas plastik, kertas, kardus, kaleng, rongsokan, sisa makanan, dan sampah dapur lainnya dibungkus di tempat berbeda.
Lalu sampah organik berasal dari sampah rumah tangga yang berupa sisa makanan, seperti sayuran atau buah-buahan, bisa juga bumbu dapur yang sudah tidak terpakai atau dedaunan yang rontok.
Kelompok Bumi Etam beranggotakan sepuluh orang, yang dibentuk sejak tahun 2019.
Baca juga: Perusahaan Jepang dan Unmul Tinjau UMKM Binaan MHU yang Sukses Produksi Mebel
Sejauh ini, tercatat ada 110 nasabah yang terdaftar dan aktif mengepul dan menimbang sampah secara berkala.
Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan yang dilakukan oleh petugas binaan.
Pihak penyetor adalah warga yang tinggal di desa-desa sekitar lokasi bank, dan mendapat buku tabungan layaknya menabung di bank sungguhan.
Bukan hanya di Jembayan Tengah, ada lima desa lainnya di Kecamatan Loa Kulu yang turut bekerja sama menyokong bank sampah Bumi Etam.
Contohnya Desa Jembayan, selain ikut mengelola sampah, memilah limbah sedari hulu, di sini juga ada tempat penampungan sampah (TPS) yang dibangun oleh MHU, sebagai area transit sebelum tumpukan-tumpukan sampah diangkut dan diproses lebih lanjut.
Dalam sehari, frekuensi angkutan sampah dari seluruh desa menuju penampungan akhir mencapai dua kali sehari.
MHU membantu menyiapkan tenaga dan moda angkutannya.
Baca juga: Sulap Bekas Area Tambang Jadi Lahan Peternakan, MHU Raih Penghargaan Dari Dinas PKH
Salah satu produk nyata dari bank sampah ini adalah olahan sampah plastik diubah menjadi bahan baku infrastruktur jalan berupa paving block.
Sedangkan sampah-sampah organik diubah menjadi pupuk kompos.
Produk paving block besutan warga Loa Kulu yang berasal dari sampah plastik, dinilai mampu menandingi kualitas bata beton di pasaran yang terbuat dari semen.
Bahkan, kekuatannya dinilai lebih kokoh.
Cara pembuatan paving block dari sampoah plastik ini pun tergolong sederhana.
Setelah sampah plastik dipilih, langsung dibakar, dan lelehan plastiknya dituang ke bak cetakan, yang bentuk serta dimensinya menyesuaikan dengan bata beton standar.
Tak butuh waktu lama, paving block dari limbah plastik siap digunakan dan dijajakan, semudah itu prosesnya.
Sedangkan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik rumah tangga, sebetulnya bisa dilakukan secara perorangan.
Namun, efektivitasnya akan naik jika dilakukan secara berkelompok atau dalam skala besar, agar manfaat yang diberikan juga semakin besar.
Baca juga: MHU Fire Rescue Challenge 2023, Ajang Penjaringan Bibit Unggul Tim Rescue Baru
Mulanya, sampah organik dipotong menjadi bagian-bagian kecil supaya dapat mempercepat proses pembusukan, dan pupuk kompos bisa segera digunakan.
Kemudian, prosesnya dicampur dengan pupuk kandang dari kotoran sapi atau kambing, agar kualitas pupuk kompos semakin tokcer.
Bahan-bahan tersebut dipendam dengan tanah dan diletakkan di dalam tong atau wadah, yang kurannya bisa disesuaikan mengikuti kebutuhan.
"Program ini berhasil tidak lepas dari bantuan PT MHU dan sejumlah Perusahaan lain di sekitar desa, yang didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kutai Kartanegara," ujar Pengelola Bumi Etam Lestari, Dwi Sundari.
"Berkat pembinaan dan pendampingan yang mumpuni, kini warga Loa Kulu piawai menyulap sampah menjadi rupiah," ucapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.