Berita Nasional Terkini
Sosok Frank Hoogerbeets yang Prediksi Indonesia Alami Gempa M 7, Pernah Viral karena Gempa Turki
Frank Hoogerbeets prediksi Indonesia akan alami gempa Magnitudo 7 di awal Maret 2023, ini kata BMKG.
Hal tersebut, menurut SSGEOS, secara logis menunjukkan hubungan langsung antara penumpukan tekanan di kerak bumi dan muatan elektromagnetik dari geometri planet.
Viral karena prediksi gempa Turkiye
Sebelumnya, Frank Hoogerbeets sempat menjadi buah bibir setelah menuliskan akan ada gempa besar melanda Turkiye hingga Lebanon di media sosial Twitter.
Twit tersebut dibuat tiga hari sebelum gempa melanda Turkiye pada 6 Februari 2023.
Baca juga: Pemkot Samarinda Galang Dana, Bantu Korban Gempa Cianjur
"Aktivitas seismik yang lebih besar dapat terjadi dari 4 hingga 6 Februari, kemungkinan besar hingga magnitudo menengah atau tinggi. Ada sedikit kemungkinan peristiwa seismik yang lebih besar sekitar 4 Februari," tulis akun @ssgeos pada 2 Februari 2023.
Awalnya, banyak yang mencap Frank sebagai pseudoscientist lantaran membuat prediksi tak berdasar.
Namun, setelah gempa besar mengguncang Turkiye, twit ini pun viral dan menjadi perbincangan di media sosial.
Frank dan organisasinya percaya, gempa bisa diprediksi sampai batas tertentu.
Namun demikian, prediksi yang benar-benar akurat tetap tidak mungkin dilakukan.
Prediksi bisa diterima sebagai pesan kesiagaan
Di sisi lain, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan, tidak mudah percaya terhadap prediksi gempa.
Menurut dia, ada banyak teori atau konsep prediksi gempa, tetapi sejauh ini tidak ada yang valid konsisten.
Baca juga: Terbaru! Lengkap Info BMKG Gempa Terkini Jayapura dan Pusat Gempa Hari Ini 2 Menit yang Lalu
"Tapi okelah, ini kita terima sebagai pesan kesiagaan, sah-sah saja. Tapi dalam konteks konsep atau teori saya skeptis," kata dia, Jumat (3/3/2023).
Lebih lanjut, BMKG telah mengupayakan kegiatan prediksi gempa, antara lain dengan melakukan monitoring geomagnet, radon, kajian Vp/Vs, dan total electron content. Akan tetapi, penelitian BMKG tersebut masih dalam tahap kajian dan belum didalami.
"Belum dioperasionalkan untuk info publik karena masih ada yang belum konsisten," tandasnya. (*)
Berita Nasional Terkini Lainnya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.