Breaking News

Renungan Hari Raya Nyepi

Brata Nyepi, Meningkatkan Toleransi, Penemuan Jati Diri dan Etos Kerja

Problema terbesar yang dihadapi sesungguhnya bukanlah dunia luar, tetapi kemampuan diri kita untuk mengendalikan panca indriya.

Editor: Fransina Luhukay
HO/Dok Pribadi
Made Subamia, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalimantan Timur 

Ajaran tentang toleransi yang diwahyukan dalam kitab suci Veda memberi semangat kepada maharaja Kaniska I untuk mengubah strategi perjuangannya menyatukan berbagai suku bangsa di seluruh Asia Selatan, demikian pula semangat toleransi dari perayaan Tahun Baru saka ini senantiasa dapat lebih meningkatkan tali persaudaraan antara umat beragama yang majemuk dalam suasana pluralisme di bawah naungan dasar negara Pancasila.

Selanjutnya bila kita mengkaji kehidupan beragama di tanah air, khususnya umat Hindu nampak seakan-akan hanya menitik beratkan kehidupan spiritual yang vertikal kepada Tuhan yang maha esa dengan mengabaikan mahluk ciptaan, sesama umat manusia dan lingkungan alam sekitar kita. Bila kita kembali kepada ajaran yajna, maka kita dapat mencermatinya bahwa terdapat prinsip kebersamaan dan harmoni.

Prinsip kebersamaan dan harmoni ini di dalam kitab suci Veda kita temukan sebagai sumber ajaran Tri Hita Karana, (tiga sebab yang memberikan kebahagiaan), yakni dengan mewujudkan hubungan yang selaras dengan sang maha Pencipta, antara sesama manusia dan umat manusia dengan mahluk lain dan alam ciptaan-Nya. Untuk itu, sudah sepatutnya umnat Hindu kembali memetik hikmah dari hari raya Nyepi ini sebagai hari kebangkitan spiritual dan kesadaran, betapa perlunya untuk mewujudkan kebersamaan dalam rangka merealisasikan kesejahteraan bersama, sebagai dinyatakan dalam Veda, vasudaiva kutumbhakam, semua mahluk adalah bersaudara dan kitab suci Yajurveda menyatakan : "Seseorang yang melihat Dia berada pada setiap mahluk dan kemudian melihat semua mahluk ada pada-Nya, ia tidak akan membenci yang lain". Yajurveda XI.6

Terjemahan mantra di atas dapat kita artikulasikan dalam kalimat berikut: berbuatlah kepada orang lain sebagaimana engkau berbuat terhadap dirimu, semua mahluk hidup adalah sahabat karibmu, karena pada mereka terdapat satu jiwa yang merupakan bagian dari Brahman. Kesadaran ini mendorong setiap umat Hindu untuk menyukseskan program pemerintah, seperti diamanatkan dalam ajaran Guru Bhakti, yakni Guru Visesa, terutama program nasional untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat, mengurangi dan bila memungkinkan meniadakan kesenjangan sosial antara mereka yang kaya atau yang berkecukupan dengan yang miskin.

Untuk itu, tidaklah pada tempatnya bila kita melihat atau memuja Tuhan Yang Maha Esa hanya melalui Pura, Mandira atau tempat suci yang megah dan agung belaka, tetapi marilah kita memuja Sang Hyang widhi Wasa, melalui salah satu nama-Nya, yaitu daridra Narayana, Tuhan Yang maha Esa sebagai pelindung orang-orang yang miskin dan tidak berdaya. Dengan menolong orang-orang yang miskin, memberikan bantuan dana, baik berupa Dharmadana (mengubah sikap mental dan prilaku yang tidak baik), Vidyadana (memberikan keterampilan yang memadai) dan Arthadana (memberi bantuan uang sebagai modal usaha) adalah karya nyata sebagai bhakti dan pemujaan kepada Sang Hyang Widhi. Betapa berdosanya kita, bila kita menikmati lebih dengan tidak memperhatikan kekurangan orang lain.

Bila kita menyadari bahwa: "semua mahluk adalah bersaudara", kenapa di antara sesama kita, umat manusia hanya mementingkan diri sendiri. Tuhan Yang Maha Esa melalui sabda-Nya dalam kitab suci Veda menyatakan: "Orang hendaknya berbahagia hidup di dunia ini dengan bekerja keras selama seratus tahun diberikan kesempatan untuk hidup. Tidak ada cara lain lagi untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Suatu karya atau tindakan yang tidak memntingkan diri sendiri dan tidak memihak, menjauhkan pelakunya dari keterikatan dan mengantarkan menuju sukses dan kebahagiaan". Yajurveda 40.2

Dengan demikian makna hari-hari raya keagamaan tidak hanya berdimensi vertikal tetapi juga mengandung dimensi horisontal meningkatkan kebersamaan karena memang kita bersama-sama menikmati karunia-Nya di bumi tercinta Nusantara yang berbhineka tunggal ika ini. Untuk itu kerja sama intern, antar dan antara umat beragama dengan pemerintah dan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan guna bersama-sama mewujudkan kesejahteraan bangsa terutama mengentaskan kemiskinan masyarakat, khususnya kemiskinan mental spiritual dan etos kerja mutlak perlu dilaksanakan.

Badan kerja sama atau musyawarah antar umat beragama perlu pula ditingkatkan aktivitasnya, sehingga kesenjangan demi kesenjangan lebih mudah diatasi. Sebenarnya usaha untuk mengentaskan kemiskinan telah giat dilaksanakan oleh Pemerintah, namun dalam rangkaian pelaksanaan ajaran Guru Bhakti (hormat dan taat) kepada Guru Wisesa (pemerintah), maka setiap umat Hindu sudah sewajarnya berpartisipasi aktif dalam mennyukseskan program Pemerintah itu.

Untuk itu kepada umat Hindu kami tiada hentinya mengimbau, mari realisasikan ajaran agama dalam kehidupan nyata untuk menyukseskan pembangunan sesuai dengan Swadharma, tugas dan kewajiban kita masing-masing, dengan demikian tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera di era kesejagatan ini akan segera dapat kita realisasikan. Masyarakat yang sejahtera di era kesejagatan ini akan segera dapat kita realisasikan. Masyarakat yang sejahtera menjadikan bangsa dan negara semakin tangguh, seperti dinyatakan dalam kitab suci Veda, sebagai berikut : "Bangsa yang tangguh, akan lebih kuat lagi bila masyarakatnya sejahtera". Atharvaveda XII.3.10

Mengantisipasi dampak globalisasi, tidak ada jalan lain kecuali bekerja keras, meningkatkan kualitas kerja dan berbagai aspek kualitas kehidupan. Dalam ajaran agama Hindu baik dalam kitab suci Veda maupun susastra Hindu yang lain kita temukan banyak ajaran yang mendorong umat manusia bekerja keras (etos kerja) yang dilandasi dengan keimanan atau sraddha dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kerja adalah suatu keharusan, sebab Tuhan yang Maha Esa pun tiada henti-hentinya menggerakkan hukum kemaha kuasaan-Nya. Perhatikanlah kutipan kitab suci Bhagavadgita berikut : "Jika sedetik saja Aku tidak bekerja alam semesta ini akan hancur lebur. Kalau Aku berbuat demikian, berarti Aku menyebabkan kehancuran umat manusia dan menghabcurkan kedamaian semua mahluk". Bhagavadgita111.24.

Kerja sebagai kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang. Ajaran tentang kerja ini dijelaskan secara gamblang di dalam Bhagavadgita Adhyaya IV dengan topik karma Yoga. Dalam kaitannya dengan budaya kerja yang pengetahuan, kesadaran, dimaksud dilandasi adalah kerja yang kebijaksanaan, etika dan mengerti hakekat kerja.

Svami Vivekananda, seorang Yogi yang sangat mashur seratus tahun yang lalu mengatakan : Your hand on work your heart on God. Dimaksudkan apapun yang kita lakukan, pekerjaan apapun yang dikerjakan, semuanya itu disadari sebagai Bhakti kepada Tuhan yang Maha Esa seperti dijelaskan dalam sloka Bhagavadgita berikut: "Apapun yang kau kerjakan, kau makan kau persembahkan, kau dermakan dan disiplin diri apapun yang kau laksanakan, lakukanlah wahai Arjuna bhakti kepada Aku". Bhagavadgita IX.27
"Dengan bekerja sebagai bhakti kepada Aku, engkau terlepas dari belenggu karma yang membawa pahala baik dan buruk. Dengan pikiran terpusatkan pada keikhlasan kerja, engkau akan bebas dan mencapai Aku". Bhagavadgita IX.28

Selanjutnya ajaran tentang budaya kerja dapat kita jumpai dalam kitab suci Veda yang menyatakan: "Orang hendaknya bekerja keras, tidak malas, tidak suka tidur dan omong kosong. Orang yang tidak tidur dapat mengatasi kemalasan".

Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka sesungguhnya Brata Hari Raya Nyepi mengandung makna untuk meningkatkan Pengendalian Diri, Kebersamaan, Toleransi, dan Etos Kerja yang pada intinya tidak lain adalah meningkatkan kualitas Sraddha (keimanan) dan Bhakti kepada Sang Hyang Widhi, dan dengan Bhutayajna akan tumbuh dan berkembang cinta kasih kepada sesama dan semua ciptaan-Nya, guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, menyukseskan Pembangunan Nasional dan Pesta Demokrasi Indonesia.***

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved