Video Viral

Perang Rusia-Ukraina Bisa Merembet ke Amerika vs China Usai Xi Jinping Bertemu Putin

Perang Rusia-Ukraina bisa merembet ke Amerika Serikat vs China usai Xi Jinping bertemu Vladimir Putin

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Robin Ono Saputra

TRIBUNKALTIM.CO - Kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini ke Rusia harus dianggap sebagai masalah yang sangat memprihatinkan bagi Amerika Serikat (AS).

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kepada anggota parlemen pada Kamis kemarin.

Dilansir dari Tribunnews.com, berbicara di subkomite Dewan Perwakilan Rakyat AS tentang alokasi pertahanan, Austin diminta untuk merespons perjalanan Xi ke Rusia, dan konsekuensinya terhadap persaingan antara China dan AS.

"Kunjungan Xi ke Presiden Rusia Vladimir Putin dan tinggal di sana selama beberapa hari menurut saya mengirimkan pesan yang sangat meresahkan, pesan dukungan," kata Austin.

Ia menyatakan bahwa untuk sementara waktu, Pentagon memang belum melihat tanda-tanda bahwa China telah membantu Rusia dengan peralatan militer yang akan digunakan melawan Ukraina.

"Namun Pentagon mengawasi situasi 'dengan sangat cermat', memperingatkan bahwa 'jika mereka mengambil jalan itu, saya pikir itu akan terjadi. akan sangat meresahkan masyarakat internasional," tegas Austin.

Baca juga: Serangan Balasan Maut Ukraina Siap, Saat Tenaga Wagner dan Tentara Rusia Terkuras

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (24/3/2023), Kepala Pentagon itu kemudian memperingatkan bahwa jika Xi memutuskan untuk mempersenjatai Rusia, maka 'itu akan memperpanjang konflik dan tentu saja memperluas potensi konflik, tidak hanya di kawasan, namun secara global'.

Pada Senin lalu, Xi memulai kunjungan kenegaraannya selama tiga hari ke Moskwa Rusia, mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tersebut, kedua belah pihak menandatangani belasan dokumen tentang peningkatan kerja sama pertahanan, industri dan ekonomi.

Rusia dan China juga berjanji untuk 'memperdalam hubungan kemitraan komprehensif dan interaksi strategis memasuki era baru'.

Perlu diketahui, AS mengklaim bahwa China telah mempertimbangkan untuk mengirim senjata ke Rusia, sambil mengancam 'konsekuensi' jika China melakukan tindakan seperti itu.

Namun China telah membantah tudingan tersebut, menuduh AS 'menyebarkan informasi palsu' dan 'mengipasi api' dari konflik Ukraina.

"Amerika Serikat lah yang tanpa henti mengirimkan senjata ke medan perang, bukan China," tegas Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada bulan lalu.

Sejak awal konflik antara Ukraina dan Rusia lebih dari setahun yang lalu, negara-negara Barat telah memasok Ukraina dengan peralatan militer dalam jumlah besar, dengan AS sendiri telah memberikan bantuan keamanan mencapai lebih dari 32,5 miliar dolar AS.

Rusia pun telah berulang kali memperingatkan Barat bahwa dukungan semacam itu hanya akan memperpanjang konflik sekaligus menjadikannya peserta langsung dalam permusuhan tersebut. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved