Ramadhan 2023

Hukum Tidur Siang Saat Sedang Puasa Ramadhan 2023, Benarkah Membatalkan Puasa? Berikut Penjelasannya

Inilah hukum tidur siang saat sedang puasa Ramadhan 2023, benarkah membatalkan puasa? berikut penjelasannya.

Editor: Ikbal Nurkarim
carilionclinicliving.com
ILUSTRASI Aktivitas tidur, mengistirahatkan tubuh. Inilah hukum tidur siang saat sedang puasa Ramadhan 2023, benarkah membatalkan puasa? berikut penjelasannya. 

TRIBUNKALTIM.CO - Inilah hukum tidur siang saat sedang puasa Ramadhan 2023, benarkah membatalkan puasa? berikut penjelasannya.

Saat sedang berpuasa di Bulan Ramadhan tidak makan dan minum membuat tubuh sebagian orang menjadi lemas.

Selain lemas, efek lainnya adalah membuat orang yang berpuasa menjadi ngantuk.

Karena itu, tidak jarang orang yang sedang menjalani ibadan puasa di bulan Ramadhan mengisi sebagian waktunya untuk tidur.

Sebagian orang awam menganggap tidur merupakan bagian dari ibadah.

Tak sedikit juga orang menyebut terlalu banyak tidur saat berpuasa bisa membatalkan puasa. Benarkah demikian?

Baca juga: Menangis Apakah Dapat Membatalkan Puasa di Bulan Suci Ramadhan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Simak penjelasannya berikut ini!

Pengasuh Rubrik Konsultasi Islami Tribunnews.com, Ust. Zul Ashfi, S.S.I, Lc mengatakan, kebanyakan masyarakat masih menganggap bahwa dengan hanya tidur saja, seorang yang ber puasa di siang Ramadhan seperti telah melaksanakan suatu ibadah.

Zul Ashfi menjelaskan, ibadah artinya adalah bersikap patuh dengan benar-benar menundukkan hati terhadap apa-apa yang datang dari Rasulullah Saw berupa perbuatan menaati perintah atau menjauhi larangan.

"Pada prinsipnya, dalam ibadah, semuanya batal, sehingga ada dalil yang memerintahkannya," kata Zul Ashfi.

Apa dalil yang dapat dipahami untuk menunjukkan tidurnya orang puasa adalah bagian dari ibadah?

Zul Ashfi mengatakan, ada sebuah hadis yang sering didengungkan pada saat Ramadhan datang yaitu:

نَوْمُ الْصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ

“ Tidurnya orang yang ber puasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.”

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Iman, yang kemudian oleh Imam al-Suyuti dinukil ke dalam kitabnya al-Jami al-Shaghir dengan berkomentar dhaif (lemah) untuk standar kualitas hadisnya.

Imam al-Baihaqi sendiri pun telah terlebih dahulu mengomentari hadis ini dengan kedhaifan salah satu rawi (periwayat) nya yaitu Ma’ruf bin Hisan, bahkan di dalam sanad (rantai periwayat) hadis ini terdapat nama Sulaiman bin Amr al-Nakha’i yang kualitasnya lebih dhaif dari pada Ma’ruf.

Menurut Imam al-Iraqi salah seorang kritikus hadis seperti yang dinukilkan oleh Muhammad bin Ismail as-San’ani dalam kitabnya at-Tanwir Syarh al-Jami al-Shaghir beliau menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i merupakan salah seorang pendusta.

Baca juga: Jadwal Imsakiyah Tenggarong Kutai Kartanegara Lengkap 1 s/d 30 Ramadhan 2023

Tidak hanya imam al-Iraqi yang menyatakan kritik kepada Sulaiman bin Amr al Nakha’i bahwa ia seorang pendusta atau pemalsu hadis, para ulama kritikus hadis ternama seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Imam Ibnu Adiy, Imam Ibnu Hibban dan Imam al-Hakim juga berpendapat serupa yaitu menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i adalah seorang pemalsu hadis.

Imam al-Bukhari juga telah memberikan kritikannya terhadap Sulaiman bahwa hadisnya matruk (semi palsu lantaran pendusta).

Sedangkan Yazid bin Harun menyatakan, “Siapa pun tidaklah halal untuk meriwayatkan hadis dari Sulaiman bin Amr”.

Dalam disiplin ilmu hadis, lanjut Zul Ashfi, jika dalam suatu hadis terdapat periwayat yang pendusta maka hadis tersebut dinamakan hadis maudhu’ atau hadis palsu, tidak bersumber dari Rasulullah Saw.

Berdalil untuk sebuah amalan dengan menggunakan hadis palsu adalah hal yang dilarang sebagaimana dilarangnya meriwayatkan hadis palsu tanpa menjelaskan kepalsuan hadisnya.

"Maka kesimpulannya adalah tidurnya orang ber puasa bukanlah merupakan suatu ibadah," kata Zul Ashfi.

Meskipun demikian, orang yang siang hari puasanya hanya dipakai untuk tidur masih tetap mendapatkan pahala, namun pahala yang didapat bukan karena tidurnya, namun karena puasanya.

"Alangkah lebih baik jika kita mengganti kebiasaan tidur saat puasa dengan amalan-amalan lain seperti berdoa, membaca Al-Qur’an, berzikir dan lain sebagainya," kata Zul Ashfi.

Ustaz Adi Hidayat Sebut Hadit Palsu

Ustaz Adi Hidayat menegaskan hadis yang menyebut tidur saat puasa merupakan ibadah adalah hadis palsu.

Hal tersebut diungkapkan Ustaz Adi Hidayat dalam video ceramahnya yang diunggah di akun Youtube Shirathal Mustaqim.

Tampak dalam video itu Ustaz Adi Hidayat awalnya membacakan pertanyaan dari seorang jamaah yang menanyakan soal hadis tersebut.

"Hadis yang menyebutkan tidurnya orang puasa adalah ibadah termasuk hadis sahih?," tanya seorang jemaah ke Ustaz Adi Hidayat.

Ustaz Adi Hidayat dengan tegas menyatakan hadis tersebut tidak sahih dan palsu. Bahkan, menurutnya hadis itu sangat palsu.

"Banyak orang malas pakai alasan hadis yang dimaksud. Kami sampaikan dan kami tegaskan bahwa hadis yang dimaksud itu palsu. Bukan hadis sahih, tapi hadis palsu. Bahkan, bukan cuma palsu, tapi palsu banget," tegas Ustaz Adi Hidayat.

Ustaz Adi Hidayat memaparkan secara detail terkait hadis tersebut. Menurutnya, hadis itu bermasalah mulai riwayat perawinya hingga maknanya yang bertentangan dengan semangat Ramadhan.

"Yang pertama, riwayatnya bermasalah dan yang kedua, mohon maaf, itu bertentangan dengan spirit Ramadhan. Nabi meminta kita untuk meningkatkan ibadah, lalu Anda mengambil alasan untuk keluar dari semangat itu," tuturnya.

Ustaz Adi Hidayat dalam video itu juga menyinggung soal tulisan Syekh Mustafa Abdul Aziz Ath Tholabulusi soal kewajiban ber puasa bagi umat muslim.

"Coba Anda bayangkan, Syekh Mustafa Abdul Aziz Ath Tholabulusi menulis kitab Ash Shiyam, di halaman ke-13 di paragaraf yang ke-3 di baris ke-2 sampai dengan ke-3. Beliau sampaikan bahwa ayat pertama puasa itu ketika mewajibkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Itu turun di hari Senin, tanggal ke-2 Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah," jelas pria 36 tahun tersebut.

Ustaz Adi Hidayat pun mengatakan, perintah wajib puasa turun untuk umat Nabi Muhammad pada waktu Perang Badar sedang berlangsung.

"Saat turun perintahnya, itu Masya Allah, mereka berjuang di bulan Ramadhan dengan panas terik, masih ada juga yang berperang di Perang Badar," ungkapnya.

Baca juga: Keutamaan Shalat Tarawih Malam ke 5 Ramadhan 2023, Pahala Seperti Shalat di Masjidil Haram

Selanjutnya, Ustaz Adi Hidayat kembali menegaskan bahwa hadis yang menyebut tidurnya orang puasa adalah ibadah hanya merupakan alasan bagi segelintir orang untuk menghindari ibadah di bulan Ramadhan.

"Maka tiba-tiba muncul orang-orang belakangan, sahabat (Nabi) bukan, tabiin bukan, tidak dekat dengan Allah, pahala belum banyak, belum ada jaminan surga, lantas anda ingin menghindari, Nabi mengatakan tingkatkan ibadah, anda (malah) menghindari ibadah dengan alasan tidur. Maka bagaimana anda katakan itu hadis? Mustahil!," ujarnya.

Tidur Lebih Baik daripada Bicara Tidak Baik

Sementara itu, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah, Wahid Ahmadi mengatakan, orang yang tidur saat ber puasa lebih baik daripada membicarakan hal yang tidak baik.

Umat Islam yang tidur saat ber puasa di bulan Ramadhan, merupakan pilihan masing-masing orang.

Orang yang tidur tersebut akan mendapatkan pahala, apabila dilakukan untuk ketaatannya pada Allah SWT.

"Orang yang ber puasa sebenarnya adalah orang yang dalam ketaatan terus menerus."

"Sepanjang dia masih dalam keadaan ber puasa, tidak makan, tidak minum atau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa," ujar Wahid Ahmadi dalam program Tanya Ustaz di YouTube Tribunnews.com, beberapa waktu lalu.

"Itu pilihan dia, karena sebenarnya kalau dia mau bisa saja makan dan minum, tetapi dia (orang yang tidur) takut dosa, dan dia tahu itu adalah kewajiban."

"Maka sepanjang itu dia mendapatkan pahala, karena dalam ketaatan kepada Allah SWT," jelasnya.

Namun, kata Wahid Amhadi, alangkah lebih baik jika menggunakan waktu selama ber puasa dengan kegiatan yang positif.

"Paling tidak, dengan tidur, kalau orang itu bisa ngomong tidak baik, tidur membuat dia netral," katanya.

"Tentu saja yang paling baik adalah ketika digunakan untuk hal-hal yang lebih positif, seperti baca Alquran, zikir, belajar," terang Wahid Ahmadi.

Ia kembali menegaskan, tidur lebih baik daripada membicarakan hal yang tidak bermanfaat saat ber puasa.

"Jika dibanding dia melek, kemudian ngomong ke sana ke mari, tentu saja lebih baik digunakan untuk tidur," imbuhnya.

Wahid Ahmadi menambahkan, orang yang diam saat puasa karena tak ingin membicarakan hal negatif, juga akan mendapat pahala.

"Bukan hanya tidur, diamnya orang puasa saja sudah mendapatkan pahala," ungkap dia.

"Memang orang yang diikat oleh aturan puasa, sepanjang hari berada dalam ketaatan pada Allah, dan mendapat ganjar dari Allah," pungkas Wahid Ahmadi.

Tidur Siang Tidak Membatalkan Puasa

Mengutip Kompas.com, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr H Syamsul Hidayat mengatakan, orang yang tidur sepanjang hari saat puasa Ramadhan tidak membatalkan puasa.

Kendati demikian, tidur seharian ketika ber puasa akan menurunkan nilai dari pahala yang didapat dari puasa tersebut.

"Ya puasanya tetap sah, insyaAllah, tetapi nilainya rendah," kata Syamsul saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/4/2020).

Hal itu dikarenakan, seharusnya saat puasa Ramadhan harus diisi dengan banyak kegiatan yang positif seperti salah satunya dengan ibadah.

"Misalnya dengan beribadah, baca Al Quran, mengkaji ilmu, bersedekah dan bekerja," jelas Syamsul lagi.

Adapun orang yang tidur seharian tersebut tak lebihnya hanya mendapat lapar dan haus seperti dalam sebuah hadis:

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berapa banyak orang yang ber puasa tidak mendapatkan pahalanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan selain begadang." (HR. Ahmad).

Syamsul menjelaskan, bagi umat muslim yang tengah ber puasa di bulan Ramadhan tetap diperbolehkan untuk tidur dengan secukupnya.

"Ya tidur tentu boleh tapi secukupnya, dan lebih banyak diisi kegiatan produktif dunia dan akhirat," kata Syamsul.

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Ramadhan 2023, Hukum Tidur Siang saat Puasa Ramadan, Ibadah atau Bukan?.

IKUTI BERITA LAINNYA DI SINI

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved