Idul Fitri 2023

Tak Banyak yang Tahu! di Balik Lagu 'Hari Lebaran' Karya Ismail Marzuki, Sindir Korupsi Pejabat

Tak banyak yang tahu! terkuak di balik lagu 'Hari Lebaran' karya Ismail Marzuki, sindir korupsi pejabat.

Editor: Ikbal Nurkarim
(Beritabaik.id)
Ismail Marzuki: Tak banyak yang tahu! terkuak di balik lagu 'Hari Lebaran' karya Ismail Marzuki, sindir korupsi pejabat. 

TRIBUNKALTIM.CO - Tak banyak yang tahu! terkuak di balik lagu 'Hari Lebaran' karya Ismail Marzuki, sindir korupsi pejabat.

Menyambut Hari Raya Idul Fitri, biasanya di media sosial, radio, dan televisi biasanya mulai bertebaran lagu-lagu bertema Lebaran.

Satu lagu bertema Idul Fitri yang paling populer dan familiar diperdengarkan adalah lagu "Hari Lebaran" karya maestro Ismail Marzuki.

Lagu klasik satu itu seperti menjadi lagu wajib yang tak boleh absen saat Lebaran tiba.

Begitu populernya, lagu ini bahkan diaransemen ulang oleh banyak seniman.

Baca juga: 5 Pesan Walikota Balikpapan Rahmad Masud di Hari Lebaran 2023, Soal Persatuan Jelang Tahun Politik

Mulai artis muda Tasya Kamila, Deredia, hingga Sentimental Moods.

Lagu orisinal ini sendiri direkam di studio RRI Jakarta tahun 1954 dan dinyanyikan pertama kali oleh Didi, nama samaran dari Suyoso Karsono.

Nah, tahukah Anda bahwa lagu bernada ceria ini ternyata sarat pesan moral tentang kondisi masyarakat Indonesia dan para pejabat?

Simak penjelasan lirik lengkapnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (11/5/2021).

Asal mula frasa "Minal Aidzin wal Faizin"

Lagu ini dibuka dengan lirik perasaan riang gembira menyambut hari Lebaran.

Setelah sebulan berpuasa dan berzakat fitrah, waktunya bersuka ria dan bermaaf-maafan.

Tidak lupa mendoakan rakyat Indonesia makmur sejahtera dan mengucapkan selamat kepada para pemimpin.

Melalui lagu ini pula, Ismail Marzuki mengenalkan frasa "Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin" yang masih populer sampai sekarang.

Baca juga: Terjawab Sudah Puasa Syawal Kapan Dilaksanakan, Berikut Bacaan Niat hingga Tata Caranya

Berikut ini liriknya:

Setelah berpuasa satu bulan lamanya

Berzakat fitrah menurut perintah agama

Kini kita beridul fitri berbahagia

Mari kita berlebaran bersuka gembira

Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan

Hilang dendam habis marah di hari lebaran

Reff:

Minal aidin wal faidzin

Maafkan lahir dan batin

Selamat para pemimpin

Rakyatnya makmur terjamin

Merekam suasana Lebaran

Baca juga: 40 Pantun Idul Fitri 2023 Terlucu Untuk Semarak Menyambut Hari Lebaran 1444 H

Merekam cara warga desa merayakan Lebaran

Bait berikutnya lagu Hari Lebaran adalah memotret suasana Lebaran di tahun 1950-an.

Terutama cara merayakan Lebaran bagi warga desa.

Seperti memakai baju baru, naik terem ke kota dan berjalan-jalan sampai kaki lecet dan sandal harus dilepas.

Ismail juga mencatat kondisi ekonomi saat itu, yakni dengan menyebut hidup agar prihatin dan berharap mencari uang tidak susah.

Tak lupa, ia juga menggambarkan kebiasaan resepsi pernikahan di bulan Syawal.

Seperti dikutip dari buku Ninok Leksono, "Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman", pria yang akrab dipanggil Ismail Mz atau Bang Maing adalah seorang putra Betawi kelahiran Kwitang, 11 Mei 1914.

Maing dikenal necis, sederhana, disiplin, dan mendapat anugerah bakat musik luar biasa.

Karena itulah, beberapa liriknya juga kental logat Betawi.

Dari segala penjuru mengalir ke kota

Rakyat desa berpakaian baru serba indah

Setahun sekali naik terem listrik perey

Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore

Akibatnya tengteng selop sepatu terompe

Kakinya pada lecet babak belur berabe

Reff:

Maafkan lahir dan batin,

'lang tahun hidup prihatin

Cari wang jangan bingungin,

'lan Syawal kita ngawinin

Menyindir orang kota dan peringatkan soal korupsi

Uniknya, lagu ini juga menampar cara orang kota dalam merayakan Lebaran.

Penggambaran yang ditulis Ismail, seperti menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia di awal-awal kemerdekaan.

Baca juga: 50 Link Twibbon Idul Fitri 2023 Bergerak, Sambut Momen Hari Lebaran dengan Hias Bingkai Foto

Pada tahun itu pula, Ismail sudah mengingatkan soal korupsi, yang sampai saat ini ternyata masih relevan. :

Cara orang kota berlebaran lain lagi

Kesempatan ini dipakai buat berjudi

Sehari semalam main ceki mabuk brandi

Pulang sempoyongan kalah main pukul istri

Akibatnya sang ketupat melayang ke mate

Si penjudi mateng biru dirangsang si istri

Reff:

Maafkan lahir dan batin,

'lang taon hidup prihatin

Kondangan boleh kurangin,

Korupsi jangan kerjain. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved