Berita Nasional Terkini

Mati Lemas hingga Hipotermia, Pakar Angkatan Laut AS Ungkap Dampak Ngeri Terperangkap di Kapal Selam

Mati lemas hingga hipotermia, pakar Angakatan Laut AS ungkap dampak mengerikan teperangkap di kapal selam.

Penulis: Amilia Lusintha | Editor: Amilia Lusintha
Courtesy of Ocean Gate
Mati lemas hingga hipotermia, pakar Angakatan Laut AS ungkap dampak mengerikan teperangkap di kapal selam. 

TRIBUNKALTIM.CO - Mati lemas hingga hipotermia, pakar Angakatan Laut AS ungkap dampak mengerikan teperangkap di kapal selam.

Dr. Dale Mole, seorang veteran Angakatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) menuliskan makalah ilmiah tentang efek kesehatan yang mengerikan saat terperangkap di kapal selam.

Adapun tulisan tersebut dibuat oleh Mole hanya beberapa minggu sebelum kapal selam wisata Titanic hilang.

Tepatnya, kapal selam wisata Titanic telah menghilang pada Minggu (18/5/2023).

Diterbitkan pada Jurnal medis pada Mei 2023, Mole sebagai mantan diretktur pengobatan bawah laut untuk Angkatan Laut AS, merinci adaptasi lingkungan diatas kepal selam komersial yang tidak baik.

Sederhananya, penumpang kapal selam yang terperangkap akan menghadapi persediaan oksigen yang menipis, karbon dioksida yang beracun, hingga tingkat dan penurunan suhu.

Tentu situasi ini bisa terjadi pula pada para penumpang di kapal selam wisata Titanic yang tengah menghilang.

Mengutip laman dailymail, kapal selam wisata Titanic yang masih hilang akan memiliki scrubber karbon dioksida di atas kapal untuk menghilangkan gas beracun.

Gas beracun tersebut merupakan hasil dari hembusan nafas para penumpang yang tertutup.

Untuk diketahui, scrubber adalah perangkat kontrol polusi udara yang dapat digunakan untuk menghilangkan beberapa partikulat dan/atau gas

Baca juga: Kapal Selam Wisata Titanic Hilang, Orang Inggris Ini Gambarkan Rasanya Terperangkap di Bawah Air

Terkait itu, biasanya di sebagian kapal memiliki kapasitas scrubber korbon dioksida yang terbatas.

Dalam tulisannya, Mole juga memaparkan adanya risiko hipotermia karena suhu rendah di kedalaman laut.

Serta, terjadinya hiperventilasi yang disebabkan oleh serangan panik.

Tentu hal ini dapat menghabiskan lebih banyak oksigen yang menipis untuk dihirup oleh para penumpang yang terperangkap di kapal selam.

Berdasarkan keterangan Dr. Mole dalam jurnalnya yang berjudul Ciottotone's Disaster Medicine, "Penumpang yang terperangkap di kapal atau kapal selam yang tenggelam menghadapi banyak tantangan fisiologis. Termasuk gas beracun, paparan tekanan ambien yang tinggi, dan hipotermia".

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved