Pileg 2024

Sosok Misra Budiarto, Bacaleg Gerindra yang Ingin Wakili Seniman Kutai Kartanegara di Legislatif

Nama Misra Budiarto AX sudah tak asing lagi di kalangan seniman Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI
Misra Budiarto AX, ia merupakan seniman sekaligus budayawan kutai yang mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (bacaleg) di kontestasi pemilu 2024. TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI 

"Saya memang mengajukan pensiun dini, sehingga di tahun 2018 sudah tidak aktif lagi menjadi abdi negara," katanya.

Disela kesibukannya, selama enam tahun Misra diangkat menjadi Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK). Ia menaungi kelompok seniman, geruk, dan paguyuban.

Berbekal itu, Misra pun secara mandiri membentuk komunitas seni budaya 'Seraong' pada 2006 sampai sekarang.

Komunitas ini aktif mengisi panggung di berbagai kegiatan budaya. Di antaranya MTQ, kunjungan presiden era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Erau.

Misra juga kerap keliling dunia. Setidaknya, ada 12 negara yang telah ia kunjungi demi mempromosikan potensi wisata dan budaya kutai.

"Ada beberapa kesenian kutai yang sudah dibawa ke luar negeri seperti Spanyol, Italy, Sidney, Moscow, Swiss, Singapura, Thailand, Korea, Brunei," jelasnya.

Baca juga: DPRD Kukar Geram Jalan Muara Jawa-Sangasanga Rusak, Minta Perusahaan Tanggung Jawab

Misi Misra di Legislatif
Kecintaannya terhadap seni budaya membawa Misra menuju dunia politik. Bukan tanpa alasan, ada keresahan mengenai perkembangan seni budaya kutai di dalam jiwanya.

Kegelisahan inilah yang membuat Misra sampai berani pensiun dini. Ia bahkan sempat bertarung pada Pileg 2019 lalu, namun kurang beruntung. Misra kalah tipis dari koleganya.

Mencoba peruntungan baru, Misra kembali mendaftarkan diri menjadi Bacaleg Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan siap bertarung pada pemilihan legislatif 2024.

Misra punya niat yang besar. Ia ingin kelompok seni budaya, geruk, dan paguyuban yang bertumbuh pesat di Kota Raja bisa diatur secara apik.

"Kondisinya sekarang banyak Tari Melayu Jepen yang musiknya asal digarap. Terlalu kontemporer sehingga melupakan seni budaya itu sendiri," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved