Breaking News

Tahun Baru Islam

Mengenal Bubur Suro, Hidangan Khas Tahun Baru Islam yang Tiap Lauknya Bermakna, Cek Sejarahnya

Mengenal bubur suro, hidangan khas tahun baru Islam yang tiap lauknya mengandung makna, cek sejarahnya.

|
Editor: Diah Anggraeni
TribunTravel.com/sholawatnariyah.com
Mengenal bubur suro, hidangan khas tahun baru Islam yang tiap lauknya mengandung makna, cek sejarahnya. 

Artinya: Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari perahu. Kisahnya sebagai berikut: sesungguhnya Nabi Nuh ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang-orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka sudah habis. Lalu Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa perbekalan mereka. Maka, secara serentak mereka mengumpulkan sisa-sisa perbekalannya; ada yang membawa dua genggam biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacang ful,ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 (tujuh) macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura. Selanjutnya Nabi Nuh membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul itu, lalu beliau memasaknya, setelah matang mereka menyantapnya bersama-sama sehingga semuanya kenyang dengan lantaran berkah Nabi Nuh.

Ya, bubur asyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.

Mengutip BangkaPos.com dari laman PISS-KTB, dihikayatkan bahwa tatkala perahu Nabi Nuh as sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya 'kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian'.

Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata '(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum, dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)'.

Kemudian Nabi Nuh berkata 'pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat'.

Dari peristiwa ini, kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian.

Kejadian di atas juga merupakan bentuk praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan.

Peristiwa ini kemudian dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari ‘asyuro.

Sementara itu, mengutip dari Kompas.com, konon katanya tradisi bubur suro berkaitan dengan kisah ketika Nabi Muhammad masih hidup.

Saat itu Perang Badar sedang berlangsung.

Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak.

Saat itu seorang sahabat Nabi Muhammad saw memasak bubur.

Namun jumlah bubur yang ia buat tidak mencukupi karena jumlah prajurit yang begitu banyak.

Akhirnya Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya mengumpulkan bahan apa saja yang tersedia untuk kemudian dicampurkan ke bubur tersebut.

Tujuannya agar bubur yang dibuat menjadi lebih banyak dan bisa didistribusikan kepada semua prajurit.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Filosofi Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam, Tiap Lauknya Pun Bermakna".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved