Tahun Baru Islam

Sejarah 1 Muharam Tahun Baru Islam, Lengkap dengan Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun Baru

Sejarah 1 Muharam Tahun Baru Islam, Lengkap dengan Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun Baru

Editor: Nur Pratama
Sriwijaya Post/Tribunnews.com
ILUSTRASI - Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H 

TRIBUNKALTIM.CO - 5 hari lagi Tahuin Baru Islam 1445 H.

pernahkah kalian tahu tentang sejarah Tahun Baru Islam.

Jika bicara sejarah tentunya akan panjang ceritanya.

Sedikit ringkasan, sejarah Tahun Baru Islam 1 muharam sebagaimana dilansir dari video di kanal YouTube kakovie bercerita diunggah pada 20 Agustus 2020.

Dikutip dari video, sejarah 1 Muharam Tahun Baru Islam ditandai dengan peristiwa besar yakni hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah.

Sehingga, pada saat itu disepakati bahwa 1 Muharam adalah hari pertama dalam Kalender Hijriah atau tahun baru Islam dan tahun 1 Hijriah adalah ketika Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar hijrah dari Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Baca juga: Teks Khutbah Jumat 14 Juli 2023 Sambut 1 Muharram atau Tahun Baru Islam, Kisahkan Peristiwa Agung

Sebenarnya, hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa hijrah ketiga selepas hijrah ke Habasyah dan Thaif.

Namun, peristiwa hijrah ke Madinah inilah yang merupakan tonggak awal pembentukan masyarakat Islam yang mandiri dan berdaulat.

Karena itu, ia bernilai penting dan tak tergantikan dalam sejarah keemasan Islam.

Momen hijrah dari Mekah ke Madinah itu dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah Islam.

Karena itulah, penanggalan komariah yang digunakan umat Islam dijuluki kalender hijriah.

Disebut demikian karena penanggalan itu berpatokan pada tahun pertama hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Namun, pada dasarnya kalender hijriah ini baru digunakan secara masal dan ditetapkan sebagai kalender resmi di masa Kekhalifahan Rasyidin, khususnya di tampuk khalifah Umar bin Khattab.

Ide untuk merumuskan dan menetapkan kalender resmi Islam ini lahir dari usul gubernur Abu Musa al-Asyari yang mengalami kesulitan dalam pengarsipan surat yang ditulis tanpa tanda tahun.

Hal ini dikarenakan bangsa Arab biasanya hanya menyematkan tanggal dan bulan, tanpa membubuhi tahun.

Kala itu, Abu Musa Al-Asyari mengeluhkan setiap surat yang didapat dari Khalifah Umar bin Khattab tidak pernah bertanggal.

Karena ketiadaan tanggal, Abu Musa Al-Asyari mengaku kesulitan apabila akan mengarsipkan surat-surat tersebut.

Kondisi itulah yang mendasari umat Muslim untuk kemudian membuat kalender Islam.

Pasalnya, umat Muslim saat itu masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam yang tanpa angka tahun, tetapi hanya bulan dan tanggal saja.

Misalnya saja, pencatatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, diketahui jatuh pada 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah.

Pengingat tahun disematkan pada salah satu kejadian penting di antara banyak peristiwa yang terjadi sepanjang tahun.

Penentuan tahun baru Islam Perumusan Kalender Islam diprakarsai oleh Khalifah Umar bin Khattab, yang memanggil para sahabat untuk membahas permasalahan ini.

Dalam pertemuannya, Khalifah Umar dan sahabat sepakat untuk menggunakan sistem kalender yang ada (pra-Islam) untuk kemudian disempurnakan.

Namun, dalam forum itu terdapat perbedaan pendapat terkait kapan awal mula perhitungan kalender atau 1 Muharam tahun 1 Hijriah.

Kesepakatan baru tercapai ketika Ali bin Abi Thalib mengusulkan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dihitung sebagai permulaan kalender atau tahun baru Islam.

Dipilihnya momentum hijrahnya Nabi merupakan simbol perpindahan umat Islam dari masa jahiliyah ke masyarakat madani.

Pendapat ini disetujui oleh para sahabat, termasuk Khalifah Umar.

Setelah itu, dibuatlah kalender Islam dengan nama Kalender Hijriah.

Penetapan Kalender Hijriah itu terjadi pada 638 Masehi, atau 17 tahun pasca-hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Berikut nama-nama bulan dalam Kalender Hijriah.

1. Muharam,

2. Safar,

3. Rabiul awal,

4. Rabiul akhir,

5. Jumadil ula,

6. Jumadil akhir,

7. Rajab,

8. Syakban,

9. Ramadhan,

10. Syawal,

11.Zulkaidah

12. Zulhijjah.

 

Doa Akhir Tahun

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya:

“Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”

Doa Awal Tahun

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya:

“Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

 

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bacaan Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Baru Islam 1445 H, Tanggal 1 Muharram, 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul SEJARAH Tahun Baru Islam 1 Muharam, Bulan Pertama dalam Hitungan Kalender Hijriyah, 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved