Tahun Baru Islam

Filosofi Bubur Suro yang Identik dengan Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram, Cek Cara Penyajiannya

Inilah filosofi bubur suro yang identik dengan perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram, begini cara penyajiannya.

|
Editor: Diah Anggraeni
Tribun Travel
Inilah filosofi bubur suro yang identik dengan perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram, begini cara penyajiannya. 

TRIBUNKALTIM.CO - Inilah filosofi bubur suro yang identik dengan perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram, begini cara penyajiannya.

Menyantap bubur suro merupakan salah satu tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menyambut Tahun Baru Islam.

Namun yang perlu diingat, bubur suro bukanlah sesajen yang bersifat animistik.

Bubur suro dihidangkan dengan berbagai lauk pendamping yang masing-masing memiliki makna berbeda.

Bubur suro pada masyarakat Jawa menjadi lambang untuk perayaan Tahun Baru Islam dan karenanya harus dibaca, dilihat, dan ditafsirkan sebagai alat (uba rampe dalam bahasa Jawa) untuk memaknai 1 Suro atau Tahun Baru yang akan datang.

Pada tahun 2023 ini, Tahun Baru Islam 1 Muharram jatuh pada tanggal 19 Juli mendatang.

Baca juga: Waktu Terbaik Menyajikan Bubur Suro, Makanan Khas Tahun Baru Islam 1 Muharram yang Mudah Dibuat

Kapan Bubur Suro Disajikan?

Bubur suro ditafsirkan sebagai alat atau uba rampe untuk memaknai perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram.

Mengutip kompas.com dari buku "Perayaan 1 Suro di Pulau Jawa" (2009) oleh Julie Indah Rini, keluarga Jawa umumnya menghidangkan bubur suro pada malam menjelang tahun baru.

Tepatnya malam satu suro atau satu Muharam.

Hal ini merujuk pada konsep Jawa, di mana setelah pukul empat dianggap sudah memasuki hari baru.

Dalam penyajiannya, bubur suro dihidangkan dengan berbagai lauk pelengkap.

Di Jawa sendiri, bubur suro disajikan bersama kacang kedelai, serundeng kelapa, rujak degan, dan telur dadar ayam kampung.

Namun lauk tersebut bisa jadi berbeda di tiap daerahnya.

Bubur suro tak dihidangkan secara cuma-cuma.

Sajian ini memiliki makna filosofis yang dipercaya oleh masyarakat di masing-masing daerahnya.

Masih dalam buku yang sama, Julie Indah Rini menyebutkan bahwa tradisi makan bubur bersama-sama merupakan wujud dari kerukunan berkeluarga.

Saat menyantapnya, semua orang akan diliputi rasa syukur dan bahagia karena dapat berkumpul walau hanya menikmati sajian sederhana.

Baca juga: Asal-Usul Bubur Suro untuk Perayaan Tahun Baru Islam, Begini Cara Mudah Membuatnya, Cukup 2 Langkah

Filosofi Bubur Suro

Bubur suro, makanan khas Tahun Baru Islam 1 Muharram, sederhana dan mudah dibuat.
Bubur suro, makanan khas Tahun Baru Islam 1 Muharram, sederhana dan mudah dibuat. (Pinterest/Sae Galeri)

Menu pelengkap dalam bubur suro masing-masing memiliki makna yang berbeda.

Mengutip buku "Perayaan 1 Suro Pulau Jawa" (2010) oleh Julie Indah Rini, bubur putih sendiri merupakan lambang kesucian jalan hidup.

Sementara kedelai hitam yang digoreng menunjukkan watak yang mituhu atau senantiasa setia dan berbuat baik dengan menaati anjuran sesepuh.

Telur ayam kampung yang diiris pun melambangkan suatu hal yang berbeda.

Lauk pelengkap ini merupakan simbol dari hidup yang kesinambungan dan bermasyarakat.  

Serundeng kelapa sendiri merupakan petunjuk jelas agar kita semua mengikuti filosofi pohon kelapa.

Maksudnya adalah pandai beradaptasi dan berguna untuk masyarakat.

Tak lupa ada pula rujak degan yang merupaka simbol bahwa manusia wajib menjalani hidup dengan antusias dan sungguh-sungguh.

Sementara itu, tujuh macam kacang melambangkan jumlah hari dalam seminggu.

Sebagai tambahan, bubur suro ini juga dihidangkan dengan uba rampe atau pelengkap sesaji.

Beberapa bahan yang digunakan yakni daun sirih, bunga, janur kuning, dan sekerajang buah

Masing-masing uba rampe tersebut pun memiliki makna yang berbeda.

Walau demikian, semua uba rampe ini mengarah pada makna hidup yang lebih baik.

Baca juga: Makna Bubur Suro, Tradisi Turun Temurun Masyarakat Jawa saat Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram

Menu Bubur Suro dan Pelengkapnya

Mengutip dari buku yang sama, bubur suro jawa terdiri dari bubur putih, kedelai hitam, telur ayam kampung, serundeng kelapa, dan rujak degan.

Sementara, dalam Kompas.com disebutkan menu bubur suro yang berbeda.

Penyajiannya yakni dengan lauk berupa opor ayam dan sambal goreng labu siam.

Lalu, di atas bubur ditaburi dengan buah delima dan tujuh jenis kacang.

Macam-macam kacang tersebut ialah kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor.

Terkadang ada pula yang menambahkan irisan timun serta daun kemangi segar.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Filosofi Bubur Suro, Sajian Wajib Perayaan Tahun Baru Islam".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved