Berita Nasional Terkini

Profil/Biodata Guru Sekumpul, Ulama Panutan Ustadz Abdul Somad, Guru Ijai Wafat Agustus 2005 Silam

Berikut profil atau biodata Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani. Ulama panutan Ustadz Abdul Somad, Guru Ijai wafat Agustus 2005 silam.

IST
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari atau yang lebih dikenal sebagai Abah Guru Sekumpul = Berikut profil atau biodata Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani. Ulama panutan Ustadz Abdul Somad, Guru Ijai wafat Agustus 2005 silam. 

TRIBUNKALTIM.CO - Simak informasi seputar Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani.

Berikut profil atau biodata Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani.

Ya, Guru Sekumpul belakangan diketahui merupakan ulama panutan Ustadz Abdul Somad.

Guru Ijai sapaan Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani wafat Agustus 2005 silam.

 

Pada 26 Januari 2023 bakal digelar haul Guru Sekumpul atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai), ulama besar asal Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Berikut Profil Guru Sekumpul atau Guru Ijai, serta pandangan Ustaz Abdul Somad terhadap ulama kharismatik Kalimantan tersebut.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Haul Guru Sekumpul 2023 tidak lagi dipusatkan di kawasan Mushola Ar-Raudhah Sekumpul, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Selengkapnya ada dalam artikel ini.

Baca juga: Perlancar Acara Haul Akbar Guru Sekumpul, XL Axiata Perkuat Jaringan di Kabupaten Banjar

Kali ini dipusatkan di kawasan rumah pribadi Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor di Kampung Keramat, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Bagi Ustadz Abdul Somad atau UAS, Guru Sekumpul merupakan salah satu ulama panutan bagi dirinya.

Menurut dia, meskipun sudah lama wafat, sosok Guru Sekumpul belum tergantikan.

"Majelis sholawat teramai, majelis haul teramai sei Indonesia, orang bersholawat datang berbondong-bondong, di mana daya tariknya? Di mana magnetnya? Orang heran, Allah kalau sudah mencintai seorang hamba, ditembakkannya nur atau cahanya-Nya ke hati hamba, seluruh hamba itu akan mencintainya," kata UAS dikutip dari kanal youtube YASPIDA CIANJUR.

Ustadz Abdul Somad pun mengimbau kepada seluruh kaum muslimin untuk menghormati dan menyayangi ulama.

"Memulikan ulama dengan cara mengikuti tunjuk ajar kajiannya, hadir ke majelis-majelisnya," ucap UAS.

Baca juga: Malam Nisfu Syaban 2023 Apa yang Harus Dilakukan? Kerjakan 7 Amalan Ini Menurut Abah Guru Sekumpul

Profil Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul atau nama aslinya Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, adalah salah seorang ulama yang populer di Kalimantan.

Ia lahir pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H di desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman, sedangkan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Adapun silsilahnya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.

Ketika kecil, Guru Sekumpul selalu dekat dengan ayah dan neneknya, yang selalu menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Al Quran.

Semenjak kecil ia sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama.

Selain nenek dan ayahnya, Guru Sekumpul juga mendapat didikan dari pamannya, Syekh Seman Mulia.

Pamannya mendidik baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah.

Baca juga: Polisi Ringkus Terduga Penghina Abah Guru Sekumpul di Samarinda

Guru Seman pula yang mengajak Abah Guru Sekumpul mendatangi tokoh Islam terkenal di bidangnya baik di Kalimantan Selatan maupun di Jawa.

Salah satu contohnya, Guru Seman mengajak Guru Sekumpul belajar kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani, yang terkenal dalam bidang hadis dan tafsir.

Dalam perjalanannya, Guru Sekumpul menyadari bahwa pamannya adalah seorang ahli di hampir semua bidang keilmuan Islam, tetapi tidak menampakkannya ke depan khalayak.

Sifat itulah yang ditiru Guru Sekumpul, hingga dikenal sebagai pribadi yang mulia, penyabar, rida, pemurah, dan penyayang terhadap siapa saja.

Setelah melanglang buana belajar agama dan pendidikan lainnya, Guru Sekumpul mendapat mandat untuk mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Atas rekomendasi dari K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf, ia menjadi pengajar di pondok pesantren tersebut.

Lima tahun kemudian, Guru Sekumpul berhenti dan memilih melakukan kegiatan dakwah dengan membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura.

Mulanya, pengajian ini diadakan hanya untuk menunjang pelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, dengan diisi pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.

Baca juga: Polisi di Samarinda Tangkap Pemilik Akun Putra Kelana yang Hina di Medsos Abah Guru Sekumpul

Namun, pada perkembangannya, jemaah yang menghadiri pengajiannya cukup beragam, bukan hanya dari kalangan santri, tetapi juga masyarakat umum.

Pengajian pun mulai berkembang dengan kitab yang lebih bervariasi, mulai dari kitab-kitab fikih, tasawuf, tafsir, dan hadi

Pada kesempatan itu, Abah Guru Sekumpul juga mulai menyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Selain itu juga, pengajian bertambah lengkap dengan diselipkan lantunan syair atau kasidah berisi pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad.

Karena pengajian di Keraton Martapura dirasa sudah tidak mampu lagi menampung jemaah, maka Abah Guru Sekumpul berinisiatif untuk pindah ke lokasi pengajian yang baru

Pada sekitar 1980-an, Abah Guru Sekumpul memilih wilayah Sungai Kacang sebagai lokasi rumahnya sekaligus tempat pengajian yang baru.

Lokasi baru itu kemudian dinamakan kompleks Ar-Raudhah, penamaan tersebut mengacu pada nama Ar-Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah.

Guru Sekumpul kemudian mengalami sakit pada ginjalnya hingga harus dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.

Setelah sepuluh hari dirawat di Singapura, pada 9 Agustus 2005, Guru Sekumpul diperbolehkan pulang.

Namun, keesokan harinya, pada 10 Agustus 2005, Guru Sekumpul meninggal dunia di usia 63 tahun.

Guru Sekumpul dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat Musala Ar Raudhah, Kalimantan Selatan.

Baca juga: Kronologi Penangkapan Penghina Abah Guru Sekumpul via Facebook di Samarinda, Pelaku Adalah Mandor

Karya

Selama hidupnya, selain menjadi pendakwah, Guru Sekumpul juga aktif dalam kegiatan menulis.

Ia telah menghasilkan beberapa karya, yakni:

Risalah Mubaraqah

Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani

Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah

Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy

Referensi:

Pena, Sterni. Toha, Alif. (2020). Guru Sekumpul: Kisah Singkat Guru Sekumpul. Yogyakarta: Global Press.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel ini telah tayang di Tribunkalteng.com dengan judul Jelang Haul Guru Sekumpul 2023, Profil dan Sosok Guru Ijai di Mata Ustaz Abdul Somad

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved