Berita Internasional Terkini

Konflik di Ukraina vs Rusia Makin Sengit, Korea Utara Dukung Penuh Putin di Perang Suci Lawan NATO

Konflik di Ukraina vs Rusia makin sengit, Korea Utara dukung penuh Vladimir Putin di perang suci lawan NATO

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Mikhail Metzel / POOL / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Teritinggi Korea Utara Kim Jong Un 

TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia vs Ukraina tampaknya akan berlangsung lama.

Terlebih, Korea Utara sudah menyatakan terang-terangan akan membantu Rusia menghadapi kekuatan NATO yang membantu Ukraina.

Hal ini pun membuat Amerika Serikat dan sekutunya khawatir.

Diketahui, Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menjanjikan dukungannya kepada Rusia dalam apa yang ia gambarkan sebagai “perjuangan melawan imperialisme”.

Kim Jong Un juga memuji Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena melakukan “perang suci” melawan “kekuatan hegemonik”, yang dianggap merujuk pada Barat.

“Sekarang, Rusia sedang melakukan perjuangan suci untuk melindungi kedaulatan dan keamanan negaranya.

Sambil memerangi kekuatan hegemonik yang menentang Rusia,” kata Kim Jong Un saat berkunjung ke Rusia, Rabu (13/9/2023).

Baca juga: Isi Kereta yang Ditumpangi Kim Jong Un Temui Putin di Rusia, Paduan Hotel Mewah dan Benteng Bergerak

Baca juga: Ketakutan Ibu Negara Ukraina karena Perang Lawan Rusia Tak Kunjung Usai: Dunia Enggan Beri Perhatian

Ia mengatakan, kunjungannya dilakukan pada “waktu yang khusus", di mana ia juga menyatakan dukungan penuhnya kepada kepemimpinan Rusia.

“Kami selalu mendukung setiap keputusan yang diambil Presiden Putin atau pemerintah Rusia. Kami akan bersama-sama berperang melawan imperialisme,” kata Kim Jong Un, seperti diberitakan Sky News.

Menurutnya, Korea Utara berupaya mengembangkan lebih jauh hubungannya dengan Rusia.

Kim Jong Un yakin tentara Rusia yang 'heroik' akan menang dalam perangnya dengan Ukraina.

“Tentara dan rakyat Rusia pasti akan meraih kemenangan besar dalam perjuangan suci untuk menghukum kejahatan besar yang mengklaim hegemoni dan menyuburkan ilusi ekspansionis,” tambahnya.

Amerika Serikat dan Sekutu Barat Khawatir

Pertemuan antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin memicu kekhawatiran dari AS dan sekutu Barat-nya.

Amerika semakin khawatir dengan kemungkinan kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara.

“Kami telah mengambil sejumlah tindakan untuk memberikan sanksi kepada entitas yang menjadi perantara penjualan senjata antara Korea Utara dan Rusia dan kami tidak akan ragu untuk menerapkan tindakan tambahan jika diperlukan,” kata Matthew Miller, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Sementara itu, ketika ditanya mengenai kerja sama teknis militer, Vladimir Putin berkata,

“Ada batasan tertentu yang dipatuhi Rusia, namun ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan, dan ada prospeknya.”

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un juga menawarkan “dukungan penuh dan tanpa syarat” kepada Vladimir Putin untuk perang Rusia di Ukraina, dikutip dari Financial Times.

Adapun hasil pertemuan pada Rabu di Rusia yang diungkap ke publik adalah rencana kerja sama di bidang bilateral antara Korea Utara dan Rusia.

Baca juga: Mahluk Luar Angkasa Ada? Pakar UFO Bikin Geger, Pamerkan Jasad Alien Berusia 1 Abad, Respon NASA

Pertemuan Kim Jong Un dan Vladimir Putin

Pertemuan yang dilakukan di Primorye, Rusia timur, itu juga dihadiri oleh tamu-tamu penting lainnya.

Dari Rusia, hadir empat wakil perdana menteri – Denis Manturov, Marat Khusnullin, Alexei Overchuk, dan Yury Trutnev – serta Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Menteri Transportasi Vitaly Savelyev, Menteri Sumber Daya Alam Alexander Kozlov, dan Menteri Pertahanan Sergey Shoigu.

Sementara, dari Korea Utara hadir Menteri Luar Negeri Choe Son Hui dan Menteri Pertahanan Kang Sun Nam, serta Marsekal Pak Jong Chon, anggota Komite Sentral Partai Pekerja Korea.

Pembicaraan antara delegasi kedua negara berlangsung di lantai pertama gedung teknik unit yang dirancang untuk roket pembawa Soyuz-2.

Pembicaraan tersebut berlangsung selama lebih dari satu jam, seperti diberitakan TASS.

Setelah pembicaraan yang melibatkan delegasi, Putin dan Kim Jong Un mengadakan pembicaraan tatap muka selama satu jam.

Di antara isu-isu yang dibahas adalah kerja sama bilateral, situasi di kawasan dan sekitarnya.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan tidak ada dokumen yang diperkirakan akan ditandatangani setelah pembicaraan itu.

Ibu Negara Ukraina Cemas

Ibu negara Ukraina, Olena Zelenska, khawatir dunia tak lagi memperhatikan perang yang tengah melanda Ukraina.

Sudah 18 bulan sejak Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina.

Seiring berjalannya waktu, Olena Zelenska merasa orang-orang kadang sudah enggan untuk membicarakan kelelahan yang diderita Ukraina.

Oleh sebab itu, ia berpesan kepada masyarakat dunia untuk tak berhenti membantu perjuangan Ukraina.

"Inilah topik keberadaan kita. Kita tidak bisa berhenti berjuang untuk diri kita sendiri," kata Olena Zelenska dilansir ABC News.

"Jadi pesan saya, tolong jangan berhenti membantu kami berjuang," tuturnya.

Baca juga: AS Ingin Perang Ukraina vs Rusia Terus Berlanjut, Paman Sam Pasok Senjata Rp 3,8 T

Baru-baru ini, Ukraina menjadi tuan rumah The Summit of First Ladies and Gentlemen pada hari Rabu (6/9) waktu setempat.

The Summit of First Ladies and Gentlemen adalah sebuah asosiasi internasional pasangan para pemimpin tertinggi dunia.

Asosiasi tersebut didirikan oleh Zelenska pada 2021 lalu.

Pada pertemuan kali ini, mantan ibu negara AS dan Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton, ikut ambil bagian.

Pertemuan di Kyiv ini membahas soal kesehatan mental, terutama yang terjadi di Ukraina.

"Ini adalah masalah yang mendesak di seluruh dunia, tetapi jelas ini menjadi masalah yang membara di negara yang sedang berperang," ungkap Zelenska.

"Ketika setiap orang Ukraina menghadapi konsekuensi dari peristiwa yang kita semua saksikan," sambungnya.

Ia kemudian menjawab pertanyaan soal kesehatan mental suaminya, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Wanita berusia 45 tahun itu mengatakan bahwa masalah itu ingin selalu ia diskusikan dengan Volodymyr Zelensky.

"Dia termasuk dalam kategori orang-orang yang akan mencoba menghadapi segala sesuatunya sendiri. Sampai akhir," terang Zelenska.

"Sebenarnya dia adalah orang yang sangat tangguh dengan ketahanan yang tinggi."

"Tapi setiap orang terkadang butuh istirahat. Dia banyak berolahraga ketika ada kesempatan. Itu banyak membantunya," katanya.

Baca juga: Akhirnya Rusia Gunakan Pasukan Cadangan, Ukraina Berhasil Tembus Ladang Ranjau

Sejak Rusia melakukan invasi kepada Ukraina, Zelenska memang banyak membicarakan soal kesehatan mental, terutama dampak psikologis perang terhadap anak-anak.

Oleh karena itu, anak-anak di sekolah diberikan materi tambahan soal kesehatan mental.

Diharapkan mereka mampu membekali diri dengan ketahanan mental dalam menghadapi perang ini. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved