Berita Nasional Terkini
Anak DN Aidit Ungkap Dampak Besar G30S, Anggap Negara Mempersempit Ruang Hidup Keturunan PKI
Anak Dipa Nusantara Aidit / DN Aidit, Ilham Aidit mengatakan dampak dari peristiwa gerakan 30 September 1965 (G30S) sangat sedikit dibicarakan.
Tidak hanya itu, masyarakat harus melakukan kajian ulang sejarah bangsa ini dengan jujur dan berani kemudian dituliskan di buku-buku sejarah agar generasi mendatang mewarisi sejarah yang benar.
"Barulah mereka berguna untuk melangkah ke masa depan," ujarnya .
Dalam tragedi itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) disebut-sebut sebagai dalang utama namun untuk sebagian kalangan menilai hal itu terjadi karena adanya kepentingan politik di dalamnya.
Pasca kejadian tersebut, Pengamat Sejarah Militer dari Alumni Universitas Pertahanan Indonesia, Donny A Sheyoputra menilai sudah saatnya para pihak yang diduga terlibat melakukan rekonsiliasi.
Donny menilai bahwa para pihak penting melakukan rekonsiliasi agar luka yang pernah terjadi tidak menjadi dendam yang tidak berkesudahan.
"Karena negara ini harus move on, negara ini harus bersaing dengan negara negara lain," kata Donny yang juga berprofesi sebagai pengacara itu.
Namun, Donny memiliki sejumlah catatan agar rekonsiliasi itu bisa berjalan dengan sukses dan dapat mencapai sesuai dengan keinginan semua pihak.
Ia menekankan bahwa semua pihak yang diduga terlibat ataupun menjadi korban harus bisa memaafkan dan saling menahan diri.
"Tidak ada gunannya rekonsiliasi kalau misalmya oramg kesal dengan perilakunya, perilaku partai politik anggaplah PKI dulu," tegasnya.
Baca juga: Apa Itu Dewan Jenderal? Hoaks yang Jadi Pemicu Peristiwa G30S PKI PKI, Bantahan Letjen Ahmad Yani
"Tapi kemudian masih ada statemen statemen yang sifatnya memrovokasi misalnya 'saya bangga jadi anak PKI'," sambungnya.
Menurutnya apabila ungkapan-ungkapan itu masih dilontarkan justru makin memperkeruh situasi yang sejatinya sudah cukup lama terjadi.
Selain itu para pihak yang pada saat kejadian itu merasa menjadi korban justru akan kembali menimbulkan dendamnya akibat ungkapan-ungkapan tersebut.
"Jadi kalau mau mengatakan rekonsiliasi jadi kedua belah pihak harus menahan diri. jangan justru yang saat ini yang jadi public enemy-nya ketika mau dimaafkan mereka justru memprovokasi dengan hal-hal membalik keadaan seolah olah mereka menjadi korban palying victim," ujar Donny.
Oleh sebabnya Donny pun mengharapkan agar tak ada lagi bentuk provokasi apapun dan dari pihak manapun seiring upaya rekonsiliasi ini sedang dilakukan.
Pasalnya, kemarahan dan dendam akan terus terjadi apabila provokasi-provokasi tersebut masih terus berlangsung hingga kini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.