Berita Internasional Terkini

Jumlah Korban Tewas Gempa Afghanistan Lebih dari 1.000 Orang, Taliban Sebut Angka yang Lebih Besar

Jumlah korban tewas gempa Afghanistan naik jadi lebih dari 1.000 orang. Bahkan Taliban menyebut angka yang lebih besar

|
Editor: Amalia Husnul A
AFP Photo/Xinhua/Mashal
Korban gempa Afghanistan di Provinsi Herat, Minggu (8/10/2023). Jumlah korban tewas gempa Afghanistan naik jadi 1000 orang. Bahkan Taliban menyebut angka yang lebih besar 

TRIBUNKALTIM.CO - Jumlah korban tewas gempa Afghanistan naik tajam menjadi lebih dari 1.000 orang, Minggu (8/10/2023)

Bahkan Taliban menyebut jumlah korban tewas gempa Afghanistan yang lebih besar yakni lebih dari 2.000 orang,

Diketahui gempa berkekuatan magnitudo 6,3 mengguncang Provinsi Herat, Afghanistan barat, Sabtu (7/10/2023). 

Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pusat gempa berada sekitar 25 mil di barat laut kota Herat.

Baca juga: 2.497 Orang Tewas, 4 Hal Penyebab Gempa Maroko Begitu Mematikan

Baca juga: Gempa Maroko Magnitudo 6,8: Begini Situasi Terkini dalam 24 Jam Terakhir

Baca juga: Update Gempa Maroko: Ribuan Orang Tewas dan Kritis, Laga Maroko vs Liberia Ditunda, Cek Nasib WNI

Setelah itu, terjadi gempa susulan sebanyak delapan kali dengan kekuatan yang juga cukup besar, yakni antara magnitudo 4,3 hingga 6,3.

Jumlah korban tewas akibat serangkaian gempa bumi di wilayah terpencil di Afghanistan barat meningkat tajam pada Minggu (8/10/2023) menjadi lebih dari 1.000 orang.

"Sayangnya, jumlah korban bisa dibilang sangat tinggi...

Jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang," kata Juru Bicara Pemerintah Afghanistan Bilal Karimi kepada AFP mengenai dampak gempa seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 600 rumah hancur atau rusak sebagian di setidaknya 12 desa di provinsi Herat, dengan sekitar 4.200 orang terkena dampaknnya.

"Pada guncangan pertama, semua rumah runtuh," kata seorang warga bernama Bashir Ahmad (42).

"Mereka yang berada di dalam rumah terkubur.

Ada keluarga yang belum kami dengar kabarnya," tambahnya. 

Sebelumnya, WHO mengatakan pada Sabtu malam, bahwa jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung.

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), dua kejadian gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,3 dan disusul magnitudo 5,5 telah mengguncang Afghanistan bagian barat pada Sabtu.

Disebutkan, pusat gempa berada sekitar 25 mil di barat laut kota Herat.

"Sedikitnya 15 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka," kata seorang pejabat penanggulangan bencana Afghanistan kepada kantor berita Reuters.

Juru bicara Kementerian Penanggulangan Bencana Afghanistan menyampaikan, angka-angka tersebut didasarkan pada laporan-laporan utama dari distrik Zinda Jan, provinsi Herat.

Sayangnya, jumlah korban tewas akibat gempa Afghanistan kali ini masih mungkin bertambah.

Sebab, operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung untuk ratusan warga sipil yang dikhawatirkan tertimbun reruntuhan.

Juru bicara Kementerian Informasi dan Kebudayaan Afghanistan, Abdul Wahid Rayan, telah meminta bantuan segera untuk membantu korban gempa.

Taliban sebut Jumlah Korban Lebih Besar

Menurut Pemerintahan Taliban, lebih dari 2.000 orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka setelah gempa bumi dahsyat menghantam Afghanistan pada hari Sabtu (7/10/2023).

Baca juga: Update Gempa Maroko: Ribuan Orang Tewas dan Kritis, Laga Maroko vs Liberia Ditunda, Cek Nasib WNI

Sebagaimana diberitakan Sky News, Kementerian Bencana Afghanistan melaporkan, sebanyak 2.053 orang tewas dan 9.240 lainnya terluka akibat gempa kali ini.

Sementara itu, lebih dari 1.300 rumah disebut telah hancur.

Suasana di Afghanistan

Video yang diposting di media sosial menunjukkan ratusan orang berada di jalan-jalan di luar rumah dan kantor mereka di kota Herat.

"Saya dan keluarga saya sedang berada di dalam rumah, saya merasakan gempa," kata seorang warga bernama Abdul Shakor Samadi.

Dia menambahkan, bahwa keluarganya mulai berteriak dan berlari ke luar rumah dan takut untuk kembali masuk.

"Semua orang keluar dari rumah mereka.

Rumah-rumah, kantor-kantor dan toko-toko semuanya kosong dan ada kekhawatiran akan adanya gempa susulan," jelas dia.

Saat malam tiba di Desa Sarboland di distrik Zinda Jan, di pedesaan Provinsi Herat, seorang reporter AFP melihat puluhan rumah yang telah rata dengan tanah di dekat pusat gempa.

Sekelompok pria dengan sekop tampak menggali tumpukan batu yang hancur, sementara para perempuan dan anak-anak menunggu di tempat terbuka.

Rumah-rumah hancur dan barang-barang pribadi beterbangan tertiup angin kencang.

"Ada suara yang sangat keras, dan tidak ada waktu untuk bereaksi. Pada guncangan pertama, semua rumah runtuh.

Baca juga: Update Gempa Maroko Tewaskan 820 Orang, Jokowi Sampaikan Ucapan Duka, KBRI Rabat Buka Hotline

Mereka yang berada di dalam rumah, terkubur. Ada keluarga yang belum kami dengar kabarnya," kata Bashir Ahmad (42).

Nek Mohammad mengatakan kepada AFP bahwa ia sedang bekerja ketika gempa pertama melanda sekitar pukul 11.00.

"Kami pulang ke rumah dan melihat bahwa sebenarnya tidak ada yang tersisa. Semuanya telah berubah menjadi pasir," kata pria berusia 32 tahun itu, seraya menambahkan bahwa sekitar 30 mayat telah ditemukan.

"Sejauh ini, kami tidak punya apa-apa. Tidak ada selimut atau apa pun. Kami di sini ditinggalkan di malam hari bersama para martir kami," katanya.  

Kerumunan warga melarikan diri dari gedung-gedung di kota Herat ketika rangkaian gempa mulai terjadi, meskipun laporan korban jiwa dari wilayah metropolitan itu sangat minim.

"Kami sedang berada di kantor kami dan tiba-tiba gedung mulai bergetar," kata seorang warga berusia 45 tahun, Bashir Ahmad, kepada AFP.

Lebih Parah daripada Tahun Lalu

Pada bulan Juni 2022, Afghanistan juga sempat diguncang gempa dahsyat, yakni bermagnitudo 5,9.

Berdasarkan catatan, gempa di bagian Afghanistan tenggara tersebut menewaskan sekitar 1.000 orang dan menyebabkan 1.500 orang lainnya terluka.

Gempa pada tahun lalu sendiri menimbulkan getaran yang dapat dirasakan di negara tetangga Pakistan dan Iran.

Pada saat itu, Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, yang jarang tampil ke publik meminta pertolongan pada dunia, Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Gempa Maroko Magnitudo 6.8, Hampir 300 Orang Tewas, Tim Penyelamat Kesulitan Akses Lokasi

(*)

Update Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved