7 Rumah di Kampung Ketupat Samarinda Terbakar, Sumber Api Diduga dari Dapur

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Telah terjadi kebakaran besar, melanda permukiman padat penduduk di Jalan Tanjung Aru, Gang Samsul, Kelurahan Masjid , Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Kamis (16/11/2023) sore.

Tujuh rumah yang terdiri dari tiga rumah tunggal di RT 14 dan 4 bangunan di RT 21 ludes dilalap si jago merah dalam peristiwa yang terjadi pada pukul 17.00 Wita tersebut.

"Tercatat 9 Kepala Keluarga (KK) dengan 36 jiwa kehilangan tempat tinggal," kata Kasdul, Ketua RT 14 kepada TribunKaltim.co.

Pihaknya juga belum mengetahui penyebab pasti kebakaran.

Baca juga: Kondisi Cuaca Panas Ekstrem, Kasus Musibah Kebakaran di Samarinda Menurun

Namun yang jelas, api berasal dari bagian dapur rumah yang menjadi titik awal api.

"Katanya lagi ada yang masak. Tapi belum tahu juga pastinya bagaimana karena api langsung besar begitu saja," ucap Kasdul lagi.

Perumahan yang terbakar ini berada di bantaran Sungai Mahakam.

Awal kebakaran warga setempat masih mencoba melakukan pemadaman dengan peralatan seadanya.

Namun lantaran 90 persen bangunan bermaterial kayu membuat penyebaran api begitu cepat.

Baca juga: Kisah Sedih Korban Kebakaran di Samarinda, Antar Anak Sekolah, Pulang Rumah Sudah Ludes

Warga yang kewalahan akhirnya hanya bisa pasrah hingga tim pemadam kebakaran gabungan tiba di lokasi yang dikenal dengan Kampung Ketupat tersebut.

Memakan Waktu Satu Jam

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkar) Kota Samarinda Hendra AH mengatakan bahwa proses pemadaman berlangsung selama satu jam atau sedari Pukul 17.00 hingga 18.00 Wita.

"Kendalanya akses jalan sempit. Tapi bersyukur dibantu relawan api dapat dikuasai," kata Hendra AH.

Hingga berita ini diturunkan TribunKaltim.co, belum diketahui penyebab pasti awal kebakaran di Gang Samsul Samarinda.

"Karena masih simpang siur. Ada yang bilang karena korsleting listrik, ada juga yang bilang aktivitas memasak. Tunggu hasil penyelidikan kepolisian," imbuh Hendra AH.

(*)