Berita Nasional Terkini

Eks Tukang Pijat Pelita Jaya Kenang Kebaikan Bima Sakti, Ajak ke Mal Hingga Temani Pacaran

Rohimin, tukang pijat pemain klub sepakbola Pelita Jaya ternyata punya kenangan manis pelatih Tim U-17 Indonesia, Bima Sakti

Editor: Doan Pardede
TRIBUN NETWORK/DOMU D AMBARITA
Rohimin menemani Asmani yang dirawat di RS Hermina, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (4/12/2023). 

TRIBUNKALTIM.CO - Piala Dunia U-17 tahun memang sudah selelai digelar.

Tim nasional Jerman U-17 menjuarai Piala Dunia U-17 usai mengalahkan Prancis U-17 lewat drama adu penalti 2-2 (4-3).

Partai final berlangsung di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (2/12/2023) malam.

Indonesia sebagai tuan rumah.

Baca juga: Piala Dunia U-17 Berjalan Lancar, Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Apresiasi Masyarakat

Timnas U-17 asuhan coach Bima Sakti bertanding tiga laga di babak penyisihan dengan nilai 2 atas dua kali seri dan sekali kalah.

Ngomong-ngomong mengenai pelatih Tim U-17 Indonesia, Bima Sakti, seseorang pria yang mengaku mengenal pernah cukup dekat dengannya, sulit melupakan keberadaan sang pelatih.

Pria itu bernama Rohimin, 52 tahun.

Rohimin, tukang pijat pemain klub sepakbola Pelita Jaya.

“Susah saya melupakan Bima Sakti. Dia baik orangnya,” ujar Rohimin saat berbincang dengan Wartakotalive.com, Tribun Network di rumah kontrakannya di Jalan Tifa Raya, Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, pekan lalu.

Rohimin beserta Asmani, 47 tahun, istrinya, sama-sama tukang pijak tunanetra.

Mereka saling mengenal ketika sama-sama peserta kursus pijat pada satu tempat di Bekasi.

Keduanya kemudian menikah tahun 1999.

Kini mereka membuka panti pijat tunanetra “Jasa Sehat” di rumah kontrakan.

Rohimin menemani Asmani yang dirawat di RS Hermina, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (4/12/2023). 


Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kisah Rohimin, Tunanetra Eks Tukang Pijat Pelita Jaya dan Bima Sakti, https://jogja.tribunnews.com/2023/12/04/kisah-rohimin-tunanetra-eks-tukang-pijat-pelita-jaya-dan-bima-sakti.
Rohimin menemani Asmani yang dirawat di RS Hermina, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (4/12/2023). (TRIBUN NETWORK/DOMU D AMBARITA)

Pasangan suami istri Rohimin dan Asmani dikaruniai dua anak, Dika, 19 tahun seorang mahasiswa semester 3, dan Selfie, putri pelajar kelas II SMK.

Masih menurut Rohimin, ia sempat menjadi tukang pijat beberapa orang pemain tim nasional sepakbola Indonesia.

“Seperti Ansyari Lubis, pemain nasional. Juga Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Eko Purjianto, Gusnedi Adang, mantan pemain Primavera yang bergabung Pelita Jaya, dan timnas,” kata Rohimim.

Rohimin bercerita, tahun 1997, dia tengah mengikuti kursus menjadi tukang pijat tunanetra di satu lembaga di Bekasi, Jawa Barat.

Ia mengaku nekat melamar menjadi pekerja Pelita Jaya.

Dia membawa surat lamaran yang konsepnya disusun seorang kawan.

Surat itu dia bawa sendiri ke mess Pelita Jaya, dan diterima.

“Saya sempat bekerja untuk Pelita Jaya, selama satu tahun. Kami tinggal di mes Pelita Jaya di Sawangan Depok.”

Rohimin mengatakan, ia menjadi tukang pijat pemain Pelita Jaya kurang lebih satu tahun.

Saat itu, dia bersama dua temannya.

Seorang lainnya kerap disapa Abah, seorang lagi bernama Ubai.

“Kami tiga orang tukang pijat Pelita Jaya. Dua orang normal, saya sendiri tunanetra. Saat krismon 1998, karyawan dihentikan, termasuk saya,” katanya.

Sebelumnya, lelaki asal Bangkulu ini mengaku gemar mendengar pertandingan sepakbola yang menampilkan komentator heboh.

Dari radio, dan mendengar riuh-rendahnya suara pertandingan melalui televisi, ia menjadi hapal dan akrab beberapa pesepakbola nasional.

Ia mengikuti perkembangan pemain-pemain muda yang tergabung dalam proyek pembinaan tim nasional Primavera.

Ketika itu, induk cabang olahraga bola sepak, yakni Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), mengirim tim usia muda untuk berlatih dan berkompetisi di Italia.

Baca juga: Sukses Gelar Piala Dunia U-17, Indonesia Dipuji Setinggi Langit oleh Presiden FIFA, Tiada Duanya

Di negeri Pizza, mereka ikut laga Kompetisi Primavera.

Tim kemudian dikenal dengan nama PSSI Primavera.

Para pemain masuk dalam angkatan pertama adalah Kurnia Sandi dan Ari Supriarso (kiper). Pemain belakang: Gusnedi Adang, Anang Maruf, Eko Purjianto, Yeyen Tumena, Dwi Prio Utomo, Fauzi Irfan, Supriono. Pemain tengah: Bima Sakti, Nurul Huda, Frido Yuwanto, Trimur Vedayanto, Dedy Umarella, Ismayana, Ilham Romadhona, dan Arisandi. Striker: Dian Irsandi, Ferry Taufik, Kurniawan Dwi Yulianto, Indriyanto Nugroho, Asep Dayat, dan Irwan Fahrezie.

Belakangan bergabung Aples Tecuari dan Alex Pulalo (pemain belakang), Chris Yarangga (tengah) dan Andi Iswantoro (kiper).

Dikutip dari data Tribunnews.com, proyek Primavera didanai pengusaha Nirwan Bakrie.

Ia bekerja sama dengan Sampdoria, klub elite Italia saat itu.

Melalui Sampdoria, tim muda Indonesia bertanding di kompetisi Primavera musim 1993-1994.

Sepulang dari proyek Primavera, para pembain banyak bergabung dengan klub Pelita Jaya. Klub ini juga milik Nirwan Bakrie.

***

Bima Sakti Ajak Rohimin Tukang Pijat Tunanetra ke Mall

Rohimin memang wajar sulit melupakan kebaikan Bima Sakti.

Bukan saja karena dia dapat dekat dengan pemain top yang belakangan menjadi pelatih timnas U-17 Indonesia saat berlaga pada Piala Dunia U17 yang diselenggarakan di Indonesia, tahun 2023.

Ia sering memijat Bima Sakti dan kawan-kawan.

Namun yang paling dia ingat adalah kebaikan sosok Bima Sakti.

“Saat waktu senggang, Mas Bima Sakti ajak saya pergi. Kadang ke mall, kadang juga menemani dia pacaran. Maaf ya mas Bima, saya bongkar nih rahasianya. Hahahah… Mas Bima baik, dia mau menuntun saya dengan kondisi begini (tunanetra, Red). Memang baik. Tidak sombong dia. Itu yang membuat saya, tidak bisa melupakannya,” kenang Rohimin.

Baca juga: Hasil Final Piala Dunia U-17 2023: Jerman Catatkan Sejarah di Indonesia, Kawinkan Gelar EURO U-17

Ia menambahkan, “Yang paling saya ingat Bima Sakti. Habis makan, dia ajak saya pergi. Dan dia tidak malu-malu. Saya duduk di samping dia. Ke masjid juga dia ngajak. Dia gandeng saya. Orang baik dia, makanya kariernya jalan terus.”

Hal lain yang menggembirakan. Ketika Bima Sakti dan kawan-kawan menang bertanding membela Pelita Jaya, maka tukang pijat pun kebagian rezeki. Para pemain urunan kumpulkan uang, lalu diberikan kepada Rohimin. “Saya pernah dapat Rp 100 ribu. Jasa-jasanya mereka, tidak lupa saya. Tidak malu pada saya.’

Ayah dua anak ini pun masih ingat memelihara burung Beo yang dibawa Bima Sakti dari Kalimantan.

Bima memang kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Burung beonya sering cakap kotor. Sebut ‘barang’ lelaki.”

Rohimin mengaku mengikuti kiprah Bima Sakti yang kini melatih Timnas U-17.

“Saya sering mendengar di YouTube.” katanya.

Ia bercerita, Pelita Jaya memiliki tim kesehatan. Tiga orang tukang pijit (masseur), dan seorang dokter.

Rohomin memikili keterampilan pijak refleksi, pijat shiatsu (metode penyembuhan Jepang kuno sering digambarkan sebagai bentuk akupresur), kemudian sport massage (pijat lelah, capai), dan saraf terjepit.

Rohimin menerima panggilan ke rumah pasien, atau pasien berkunjung ke tempat praktiknya.

Menurut catatan Wartakotalive.com, Tribun Network, pasien yang ingin kenyamanan dan kelaluasaan, direkomendasikan memanggil Rohimin ke rumah.

Rohimin berpraktik di rumah kontrakan semput. Lebar rumah, kurang lebih 3 meter, panjang sekitar 5 meter.

Di ruang tamu lah ia menyediakan tempat tidur ukuran sedang, untuk menerima pasien.

Kesulitan Biayai Pendidikan Dua Anak

Seorang ibu usia paruh baya turun dari boncengan sepeda motor, di depan gerbang rumah.

Melangkahkan kaki secara perlahan, tangannya meraba-raba pagar dan benda di sekitarnya, di teras rumah.

Ia mengarah ke mesin cuci yang terletak di teras, atap asbes. Tali-temali bergantungan.

"Adik (Selfie, putri bungsu) apakah menjemur cucian ya, kak?" tanya Asmani, kepada Dika, putra sulungnya.

Andika baru saja menjemput ibunya menjalankan jasa pijat sehat panggilan yang membutuhkan.

Asmani sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang pijat.

Setelah Asmani dan Dika, masuk ke rumah, Rohimin, keluar ke teras.

Ia mengenakan kacamata hitam. Tangannya meraba-raba dinding, aambil berjalan ke arah teras.

Pasangan suami istri Rihimin dan Asmani, sama-sama berpfrofesi sebagai massaeurs (tukang pijat) berlatar belakang difabilitas.

Mereka berdua sama-sama tunanetra.

Saat berita ini ditulis, Senin (4/12/2023) sore, Asmani, istri Rohimin, tengah menjalani perawatan di RS Hermina Depok.

“Istri sakit, muntah-muntah dan lemas. Sudah dua hari dirawat di RS Hermina,” ujar Rohimin.

Ia juga menceritakan kondisi perekonomian. Hidup menjadi tukang pijat keliling, sambil menjual kerupuk, merupakan beban tersendiri baginya. Sebab anak kuliah dan sekolah.

“Dua tahun lalu, ada seorang yangs angat baik, mendorong anak saya kuliah. Setelah kuliah, dia membantu. Tetapi setahun ini dia menghilang. Putus kontak. Nomor saya juga diblokir. Saya tidak tahu sebab,” ujar Rohimin.

Sebagai info, biaya uang kuliah, sudah mendapat keringan dari kampus beruap beasiswa.

Untuk biaya pendidikan dan hidup sehari-hari untuk kedua anaknya, Dika dan Selfie, Rohimin membutuhkan dana sekitar Rp 60 ribu.

“Terbilang kecil mungkin uang senilai enam puluh ribu, tapi bagi kami, pasangan suami istri tunanetra, yang kerja tidak menentu, itu sulit,” kata Rohimin sambil berharap uluran tangan dermawan. (Domu D Ambarita)

Ikuti saluran Tribun Kaltim di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaAdSxwHVvTbruIloW3H

Ikuti kami di Google Berita untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved