Pilpres 2024
Jusuf Kalla Menanti Prabowo Mundur Seperti Mahfud MD, Supaya Tak Bingung Tugas Menhan atau Capres
Jusuf Kalla menanti Prabowo Subainto mundur seperti Mahfud MD. Supaya tak bingung membedakan tugas Menhan atau capres.
TRIBUNKALTIM.CO - Simak informasi seputar Pilpres 2024 terkini.
Terbaru Jusuf Kalla menanti Prabowo Subainto mundur seperti Mahfud MD.
Agar publik tak bingung membedakan tugas Menhan atau capres, lanjut Jusuf Kalla belum lama ini.
Mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla mengapresiasi keputusan calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud, MD yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menkopolhukam.
"Kita syukur Pak Mahfud MD, itu bagus (keptusannya). Kita tunggu lagi Pak Menhan," kata Jusuf Kalla dalam acara pernyataan resmi Para Tokoh Bangsa demi Perubahan untuk Kemajuan Bangsa di Jakarta Selatan, Kamis (1/2/2024).
Baca juga: Terjawab Bagaimana Prabowo-Gibran Raih 50 Persen di Hasil Survei Elektabilitas Capres LSI Denny JA
Baca juga: TKN Bantah Kabar Prabowo Sakit dan Dirawat di RSPAD, Capres 02 Masih Enerjik, Kampanye Bareng SBY
Baca juga: Reaksi PDIP Samarinda soal Ada Kader PDI Perjuangan di Paser Dukung Prabowo-Gibran
Jusuf Kalla berharap, Menteri Pertahanan dalam hal ini Prabowo Subianto bisa memperlihatkan dengan jelas posisinya sebagai Menhan atau Calon Presiden.
"Supaya orang tidak bingung, itu tugas kampanye atau tugas Menhan ini?" tutur JK, sapaan akrabnya.
JK menyinggung keputusannya pada 2004 lalu, di mana dia sempat mundur dari jabatannya sebagai Menkokesra.
"Saya juga dulu seperti itu. Saya juga Menko, dulu 2004, bahkan sebelum mendaftar (sebagai Cawapres), saya minta keluar," ujar JK.
Sebagai informasi, Mahfud MD menyatakan resmi mengundurkan diri sebagai Menkopolhukam di Desa Swastika Buana, Kecamatan Seputih Banyak, Lampung Tengah, Rabu (31/1/2024).
"Hari ini saya sudah membawa surat untuk disampaikan ke presiden tentang masa depan politik saya yang belakangan menjadi perbincangan publik," ujar Mahfud dalam pernyataannya.
Mahfud menyatakan, sudah menyiapkan surat pengunduran dirinya dan akan segera menyerahkannya langsung ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (1/2/2024) hari ini.
Baca juga: Mahfud MD Resmi Mundur dari Menkopolhukam, Surat Pengunduran Diri Diserahkan ke Jokowi Hari Ini
Menteri PDIP Susul Mahfud MD
Susul Mahfud MD, menteri dari PDIP akan ditarik dari kabinet Jokowi? Ini kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Para menteri di kabinet Jokowi kini tengah menjadi perhatian publik.
Sejumlah menteri bahkan diisukan mengundurkan diri.
Lantas bagaimana dengan para menteri dari PDI Perjuangan, akankah mereka menyusul Mahfud MD mengundurkan diri?
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, saat ini pihaknya tengah mencermati dinamika politik yang berkembang.
Hal ini disampaikan Hasto saat ditanyai kemungkinan menteri dari PDIP mundur dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), setelah Mahfud MD.
Hasto menegaskan, semua dinamika politik akan dicermati PDIP termasuk apa yang dialami Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma.
"Terkait juga dengan, ini semua kita cermati dinamika politik yang ada. Kita cermati, termasuk apa yang dialami oleh Ibu Tri Rismaharini," kata Hasto dalam jumpa pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Kamis (1/2/2024).
Dia menuturkan, selama ini Mensos Risma sudah melakukan pendataan terhadap orang miskin penerima bantuan sosial (bansos).
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Kamis (1/2/2024). (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)
Sehingga, Hasto pun mengkritisi pembagian bansos yang hanya fokus di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur hingga Lampung.
Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) ini menerangkan bahwa orang miskin bukan hanya ada di daerah-daerah tersebut, melainkan seluruh Indonesia.
"Ketika data-data itu tidak dipakai untuk membagi beras miskin dan beras hanya dipakai untuk kepentingan elektoral, bahkan yang begitu menyedihkan adalah pernyataan dari Bapak Akbar Faisal bagaimana total dana dari bansos itu jauh melampaui anggaran dari untuk Covid. Ini kan sesuatu yang sangat disayangkan ya," ungkap Hasto.
Karenanya, Hasto berharap agar pemerintah bisa melakukan koreksi diri sebelum pencoblosan pada 14 Februari 2024.
"Maka kami mencermati masih ada kesempatan 13 hari ke depan untuk melakukan suatu koreksi di dalam penyelenggaraan Pemilu, di mana otoritas tertinggi di dalam sistem pemerintahan ini seharusnya betul-betul netral dan memastikan suara rakyat adalah suara Tuhan," imbuhnya.
Baca juga: Tambang Ilegal Mencuat di Kukar, Beroperasi Dekat Permukiman hingga Konsesi MHU, Ini Kata Kapolres
Tak Libatkan Mensos Risma dalam Penyaluran Bansos, Presiden Jokowi Kena Kritik PDIP
Presiden Joko Widodo atau Jokowi dapat kritik dari Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto karena tidak melibatkan Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam penyaluran bantuan sosial (bansos) ke masyarakat.
Menurut Hasto Kristiyanto, Jokowi telah melakukan penyalahgunaan yang serius.
"Ibu Risma tidak diajak, termasuk di dalam kebijakan raskin sehingga beras untuk rakyat miskin yang dari Bulog kemudian muncul gambar pasangan 02 Prabowo-Gibran," kata Hasto di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jalan Cemara, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2024)
Dia menduga Risma tidak diajak menyalurkan bansos karena statusnya sebagai menteri dari PDIP, yang mana PDIP merupakan parpol pengusung paslon Pilpres 03 Ganjar-Mahfud.
Sementara Jokowi disebut-sebut mendukung putranya Gibran Rakabuming Raka yang berpasangan dengan Prabowo Subiantos sebagai paslon 02 di Pilpres.
"Ini penyalahgunaan politik bansos yang sangat serius, justru ini mencederai rakyat. Ini tidak sesuai dengan tata pemerintahan negara yang baik," kata Hasto.
Hasto menegaskan bahwa Risma juga memiliki integritas yang tinggi sebagai seorang Mensos.
"Beliau tidak mau data data Kemensos ini dipakai untuk kepentingan politik partisan, apalagi untuk memperjuangkan kepentingan keluarga," tandas Hasto.
Sebelumnya, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah khawatir pembagian bantuan sosial (bansos) menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 dijadikan sebagai alat kepentingan politik pihak tertentu.
"Saya khawatir dengan kebijakan bansos yang lebih kental aspek politiknya ketimbang aspek teknokrasinya, program bansos menjadi tidak tepat sasaran," kata Said kepada wartawan, Selasa (30/1/2024).
Said juga khawatir target untuk menghapuskan kemiskinan ekstrim di tahun 2024 tidak tercapai.
"Karena penyaluran bansos lebih kental muara politiknya, dan itu di pelopori langsung oleh Bapak Presiden (Joko Widodo)," ujarnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan (ini) menyesalkan kementerian dan lembaga lain mengambil alih tugas Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menyalurkan bansos.
Sementara, Kemensos sebagai ujung tombak penyaluran bansos yang memiliki data 18,8 juta penerima bansos tidak dilibatkan.
"Malah ini diambil alih oleh badan badan lain yang tidak memiliki tupoksi atas hal itu," ungkap Said.
Said menjelaskan, hampir 10 tahun Pemerintahan Presiden Jokowi, Data Terpadu Kesejahteraaan Sosial (DTKS) dikelola langsung oleh Kemensos, bukan kementerian lain, apalagi Kemenko PMK.
"Kalau kemudian lembaga-lembaga selain Kemensos itu menyebarkan bansos, apa dasar datanya? Sehingga publik patut curiga hal ini jadi alat politik, bukan alat menanggulangi kebijakan kemiskinan," ucapnya.
Dia mengusulkan agar jatah bansos pada tiga bulan pertama, yakni Januari-Maret 2024 disalurkan Minggu ketiga Februari atau awal Maret 2024.
Menurut Said, hal tersebut perlu dilakukan agar penyaluran bansos tidak dicurigai sebagai kendaraan politik jelang Pilpres.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PDIP Kritik Presiden Jokowi Tak Libatkan Mensos Risma dalam Penyaluran Bansos dan Soal Peluang Tarik Menteri dari Kabinet Jokowi, PDIP Cermati Dinamika Politik
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahfud MD Mundur dari Kabinet Jokowi, Jusuf Kalla: Kita Tunggu Pak Menhan..."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.