Pemilu 2024

Terjawab Apa Itu Silent Majority, Viral di Medsos saat Muncul Hasil Quick Count Pemilu 2024

Terjawab sudah apa itu silent majority yang viral di media sosial usai muncul hasil quick count Pemilu 2024.

canva
Ilustrasi. Apa itu Silent Majority yang viral di medsos, ramai usai muncul quick count Pilpres 2024, ternyata ini asal-usul istilah tersebut. 

Lalu dilanjutkan dengan caption pada unggahan reels Instagram terkait dengan rasa syukurnya atas hasil quick count.

"Alhamdulilah. Rakyat sudah berbicara, apapun argumentasinya. Indonesia berkelanjutan, penyempurnaan untuk maju dan juara," tulis Ridwan Kamil di kepsyen Instagram, Rabu (14/2).

Baca juga: Terbaru! Hasil Real Count KPU di 38 Provinsi Indonesia Sementara, Bandingkan dengan Quick Count

Lalu, apa itu sebenarnya Silent Majority?

Secara umum, jika diartikan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, artinya yaitu mayoritas yang diam.

Istilah silent majority ini pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya pada tahun 1919 silam.

Pada tahun 1960-an, istilah silent majority kembali mendapatkan perhatian dari Nixon sebagai cara untuk menggalangkan semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena merasa tidak puas terhadap pemilu.

Dalam pidatonya pada tahun 1969, Nixon memakai istilah tersebut untuk menarik sejumlah pemilih yang mendukungnya, meskipun hal itu tidak terjamin dalam jajak pendapat atau kaum intelektual politik dan sosial internasional.

Pada umumnya, istilah ini mengacu pada kelompok besar pemilih yang secara tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (Paslon).

Biasanya, silent majority ini terdiri dari kelompok besar masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan umum.

Mereka ini berasal dari beragam individu yang memiliki latar belakang, keyakinan, dan kepentingan yang berbeda-beda.

Silent majority mungkin terdiri dari pemilih biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari tanpa terlalu terpengaruh oleh berita politik atau perdebatan publik.

Bisa jadi mereka memiliki preferensi politik, namun mereka cenderung memilih untuk menjaga pendapat mereka sendiri dan mungkin tidak mengungkapkan dukungan mereka secara terbuka.

Meskipun terdengar kontradiktif, silent majority memiliki potensi untuk memengaruhi hasil pemilihan umum secara signifikan.

Karena jumlahnya yang besar, kelompok ini dikatakan memiliki kekuatan untuk menjadi penentu dalam menentukan hasil suatu pemilihan.

Kandidat yang dapat menarik dukungan dari silent majority memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilihan, karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.

Oleh karena itu, strategi kampanye yang berhasil harus mencoba untuk merangkul tidak hanya pemilih yang vokal secara politik, tetapi juga silent majority. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Viral Silent Majority di Medsos Sosok Tak Koar-koar Punya Pilihan saat Pemilu, Mampu Dongkrak Suara?.

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved