Sejarah
Sejarah 17 Februari: Giordano Bruno Dibakar Hidup-hidup karena Idenya Dianggap Sesat oleh Gereja
Giordano Bruno, seorang filsuf asal Italia, menghadapi nasib tragis pada 17 Februari 1600 yaitu dibakar hidup-hidup karena dianggap sesat oleh gereja.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Dzakkyah Putri
Awalnya memilih memeluk Calvinisme, Bruno akhirnya menyadari bahwa gereja Reformis juga tidak lebih toleran daripada Gereja Katolik.
Setelah mengalami penahanan, ekskomunikasi, dan rehabilitasi, Bruno akhirnya diperbolehkan meninggalkan kota dan pindah ke Prancis.
Baca juga: Sejarah 13 Februari: Hari Radio Sedunia, Inilah Awal Mula Berdiri dan Tema yang Diusung di Tahun Ini
Pada tahun 1583, Bruno pindah ke London dan kemudian ke Oxford di mana dia menyampaikan kuliah-kuliahnya mengenai teori heliosentris Copernicus yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat alam semesta.
Meskipun ide-idenya tidak disukai di Oxford, ia kembali ke London, di mana ia berinteraksi dengan tokoh-tokoh terkemuka di istana Elizabeth I.
Selama tinggal di London, Bruno menulis sejumlah karya satire dan pada tahun 1584 ia menerbitkan bukunya yang terkenal, "Infinito, universo e mondi" atau "Mengenai Ketidakberbatasan, Alam Semesta, dan Dunia."
Buku Giordano Bruno menyerang pandangan Aristotelian tentang dunia dan didasarkan pada karya filsuf Muslim Ibnu Rusyd.
Bruno dengan tegas mempertahankan model heliosentris Copernicus, yaitu pandangan bahwa matahari adalah pusat alam semesta.
Lebih jauh, Bruno menyatakan keyakinannya bahwa alam semesta tidak terbatas, berisikan dunia-dunia tak terhingga, dan dihuni oleh makhluk-makhluk cerdas.
Perjalanan intelektual Bruno terus berlanjut, dengan menulis dan memberikan kuliah di Inggris dan Jerman hingga tahun 1591.
Meskipun menarik minat sejumlah sarjana setempat, pandangannya yang kontroversial juga memicu kemarahan di antara mereka.
Namun, pada tahun 1591, saat berada di Frankfurt, Bruno diundang ke Venice oleh Giovanni Mocenigo, seorang bangsawan yang ingin diajarkan seni ingatan.
Pada saat itu, kursi matematika di Universitas Padua kosong, dan Bruno melihat kesempatan untuk mengajar di sana.
Venice, pada saat itu dianggap sebagai negara paling liberal di Semenanjung Italia sehingga Bruno memutuskan untuk pindah ke sana.
Namun, setahun setelahnya ketika mengajar Mocenigo di Venice hubungan mereka memburuk.
Mocenigo tidak puas dengan kuliah Bruno dan akhirnya melaporkannya kepada Inkuisisi Venesia pada 22 Mei 1592.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.