Pilpres 2024

Survei LSI: Pemilih NasDem Banyakan ke Prabowo, Cuma PKS yang Konsisten Pilih Anies di Pilpres 2024

Sejumlah hal mengejutkan terungkap dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru.

Editor: Doan Pardede
Tribun Jateng/ Permata Putra Sejati
Anies Baswedan saat menghadiri Jambore Nasdem DPW Jawa Tengah dalam rangka konsolidasi di Bumi Perkemahan, Baturraden, Senin (21/8/2023). Sejumlah hal mengejutkan terungkap dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah hal mengejutkan terungkap dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru.

LSI mendapati fenomena split ticket voting, di mana pilihan pemilih pada pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) 2024 tidak sejalan dengan tatanan koalisi partai politik pengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).

Hal ini merupakan salah satu hasil temuan dalam survei pascapemilu (post-election survey) yang dilakukan LSI pada 19-21 Februari 2024.

"Kalau dilihat di sini, PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu 50 persen memilih Anies, tapi ada sekitar 47 persen mendukung 02," ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, pada Minggu (24/2/2024) secara daring.

Baca juga: Fakta di Balik Percakapan Anies Baswedan dengan Lukisan Bung Hatta, Timnas AMIN Beri Klarifikasi

PKB diketahui merupakan salah satu partai pengusung poros perubahan dengan Anies Baswedan sebagai capresnya bersama Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Cawapres yang diusung koalisi ini, Muhaimin Iskandar, bahkan merupakan Ketua Umum PKB.

Nasib PKB juga berbeda pada pilpres dan pileg.

Pada Pilpres 2024, menurut hasil hitung cepat sejumlah lembaga, Anies-Muhaimin diprediksi kalah satu putaran karena hanya meraup 24-26 persen suara, dibandingkan Prabowo-Gibran yang diperkirakan mendapatkan 57-59 persen suara.

Namun, dalam Pileg 2024, PKB optimistis jumlah perolehan kursi mereka di Senayan meningkat signifikan.

Di Jawa Timur, PKB bahkan diperkirakan menggusur dominasi PDI-P.

Djayadi mengatakan, split ticket voting pun terjadi pada Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan Anies sebagai capres sejak 2022.

Survei LSI memperlihatkan hanya 42,6 persen pemilih Nasdem mencoblos Anies-Muhaimin.

Surya Paloh bersama Anies Baswedan dan Cak Imin
Surya Paloh bersama Anies Baswedan dan Cak Imin. Sejumlah hal mengejutkan terungkap dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru. (Istimewa)

Sementara 53 persen lebih justru melabuhkan pilihan kepada Prabowo-Gibran.

Partai Ummat yang juga mendukung Anies-Muhaimin lebih parah.

Hanya lima persen responden LSI yang memilih Partai Ummat mencoblos Anies-Muhaimin.

Sedangkan 94,5 persen lainnya mendukung Prabowo-Gibran.

Konsistensi hanya terlihat pada PKS.

Pemilih partai ini yang juga mencoblos Anies-Muhaimin tembus 86,4 persen.

Situasi di Koalisi Perubahan cukup kontras dengan situasi di Koalisi Indonesia Maju.

Partai-partai politik pengusung Prabowo-Gibran cenderung solid.

Pemilih Partai Gerindra yang mencoblos Prabowo-Gibran tembus 92,4 persen, Golkar 68,8 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 79,2 persen, Demokrat 72,1 persen, serta Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 64,4 persen, dan Partai Bulan Bintang (PBB) 100 persen.

Pada koalisi pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD, split ticket voting juga terjadi.

Terdapat 34,8 persen pemilih PDI-P dan 74,4 persen pemilih Perindo mencoblos Prabowo-Gibran.

Sementara itu, seperti dilansir Kompas.com di artikel berjudul "Survei LSI: 47 Persen Pemilih PKB dan 53 Persen Pemilih Nasdem Coblos Prabowo-Gibran", pemilih Partai Hanura dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mencoblos Ganjar-Mahfud masing-masing hanya 29,4 dan 42,3 persen.

Sepekan sejak Pencoblosan LSI menyebutkan, target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/ponsel.

Jumlahnya sekitar 83 persen dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) atau teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.

Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 1.211 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

Margin of error survei diperkirakan lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. LSI mengklaim bahwa wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. 

Baca juga: Suara Anies Baswedan Unggul di 3 Provinsi Menurut Real Count KPU Pilpres 2024 Terbaru Hari Ini

Publik Nilai Ekonomi dan Hukum RI Makin Buruk 

Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa penilaian publik terhadap situasi hukum dan ekonomi di Indonesia semakin buruk. Hal ini merupakan salah satu hasil temuan dalam survei pascapemilu (post-election survey) yang mereka gelar pada 19-21 Februari 2024.

"Kali ini masyarakat yang menilai ekonomi buruk itu lebih banyak dibandingkan masyarakat yang menilai ekonomi baik atau positif," kata Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, pada Minggu (24/2/2024).

"Jadi penilaian masyarakat umum terhadap ekonomi saat ini masih berada pada posisi negatif," kata dia.

Dalam temuan LSI, responden yang menganggap situasi ekonomi di Indonesia sangat baik dan baik hanya 34,1 persen.

Sementara itu, responden yang menilai buruk dan sangat buruk sudah 41,1 persen.

Tren ini, ujar Djayadi, tak berubah sejak Januari lalu.

"Banyak kita mendengar isu dan berita soal harga beras naik, mungkin terkait dengan itu," ujar Djayadi.

Pada aspek hukum, LSI menemukan, penilaian positif responden cenderung semakin turun, termasuk jika dibandingkan antara sebelum dan setelah pemungutan suara.

"Misalnya pada awal Februari sebelum pemilu 35 persen masyarakat menyatakan positif penegakan hukum. Sekarang 31 persen," ujar Djayadi, seperti dilansir Kompas.com di artikel berjudul "Survei LSI: Publik Nilai Ekonomi dan Hukum RI Makin Buruk".

Kini, jumlah responden LSI yang menganggap buruk aspek hukum di Indonesia sudah lebih banyak dibandingkan yang menganggap positif, yakni 31,4 persen berbanding 30,9 persen.

"Ada semacam makin negatifnya, pemburukan, tren pemburukan penilaian terhadap kondisi penegakan hukum," kata Djayadi.

LSI menyebutkan, target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/ponsel.

Jumlahnya sekitar 83 persen dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) atau teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.

Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 1.211 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

Baca juga: Pidato Anies Baswedan: Perjuangan Belum Selesai, Saya Tidak Akan Bergeser ke Kanan-Kiri

Margin of error survei diperkirakan ± 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.

LSI mengeklaim wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved