Pemilu 2024
Romahurmuziy Beber Operasi Khusus Memenangkan PSI, Ada 2 Cara untuk Meloloskan ke Parlemen
Meroketnya suara PSI di Pemilu 2024, mengundang reaksi berbagai pihak, salah satunya Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy.
TRIBUNKALTIM.CO - Meroketnya suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Pemilu 2024, mengundang reaksi berbagai pihak, salah satunya Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Gus Romi.
Suara PSI dalam beberapa hari terakhir mengalami lonjakan yang sangat pesat.
Kini, PSI menjadi salah satu partai yang berpeluang lolos ke parlemen.
Kecurigaan pun muncul mengiringi lompatan suara yang cukup signifikan diraih PSI.
Baca juga: Dalam 3 Hari Suara PSI Melonjak, Grace Natalie Nilai Berkat Presiden Jokowi, Ini Respons KPU
Baca juga: Pengamat Beber Kejanggalan Tiba-tiba Suara PSI yang Dipimpin Kaesang Meroket dalam 17 Jam
Baca juga: Suara PSI Versi Real Count KPU Melonjak hingga 3,13 Persen, Berpeluang Lolos ke Senayan
Romahurmuziy, menyebut terdapat dua modus untuk meloloskan PSI ke Senayan.
“(Modus pertama) memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil yang jauh dari lolos PT (parliamentary threshold) kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut,” kata Gus Romi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/3/2024).
Gus Romi mengungkapkan, sejak sebelum pemilu ia telah mendengar informasi mengenai operasi untuk memenangkan PSI oleh aparat.
Targetnya dibebankan ke penyelenggara pemilu di daerah agar partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep itu meraup 50.000 suara di setiap kabupaten/kota di pulau Jawa.
Baca juga: Terbaru Hasil Real Count Pileg 2024, PDIP dan Golkar Selisih Tipis, Kaesang Gagal Gerek Suara PSI?
“20.000 suara di tiap kabupaten/kota di luar Jawa,” ujarnya.
Operasi itu berjalan dengan membiayai organisasi masyarakat (Ormas) kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah seorang menteri.
Salah satu agenda mereka adalah memobilisasi masyarakat agar mencoblos logo PSI di surat suara.
“Setidaknya itu yang saya dengar dari salah satu aktivisnya yang diberikan pembiayaan langsung oleh aparat sebelum Pemilu,” jelas Gus Romi.
Baca juga: Real Count KPU Pileg DPR RI 2024 Data 64,47 Persen, PDIP Unggul Disusul Golkar, PSI 2 Juta Suara
Dalam perjalanannya ternyata operasi itu tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan.
Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei suara PSI jauh di bawah ambang batas parlemen, yakni di angka 2 persen.
Berdasarkan pengamatan terhadap Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU beberapa hari terakhir, kata Gus Romi, sejumlah surveyor mengendus keganjilan.
Di antara keganjilan itu adalah suara PSI yang melesat tajam menyimpang dari garis kewajaran.
Baca juga: Hasil Final Hitung Cepat Litbang Kompas, Hanya 8 Partai Lolos ke Senayan, Bagaimana Nasib PSI?
Dalam Sirekap, terdapat data input dari 110 hasil tempat pemungutan suara (TPS) yang menyumbang sekitar 19.000 suara bagi PSI.
Artinya, setiap TPS diperkirakan terdapat 173 pemilih PSI.
Hal ini dinilai tidak masuk akal karena partisipasi pemilih jika diasumsikan seperti 2019, maka suara setiap TPS hanya 81,69 persen dari 300 suara, atau 245 suara per TPS.
Dengan demikian, presentase PSI per TPS mencapai 173 suara sementara semua partai lainnya hanya 29 persen.
Baca juga: 8 Partai Lolos ke Senayan Menurut Hasil Final Quick Count Litbang Kompas, Nasib PSI dan Kata Kaesang
“Sebuah angka yang sangat tidak masuk akal mengingat PSI sebagai partai baru yang tanpa infrastruktur mengakar dan kebanyakan caleg RI-nya saya monitor minim sosialisasi ke pemilih,” ujar Gus Romi.
Adapun lonjakan suara PSI mulai terjadi dari hanya 2,86 persen atau 2.171.907 suara pada Kamis (29/2/2024) pukul 10.00 WIB menjadi 3,13 persen atau 2.402.268 suara pada Sabtu (2/3/2024) pukul 15.00 WIB.
Dalam jangka waktu yang sama, hasil tempat pemungutan suara (TPS) yang dilaporkan di situs real count KPU bertambah dari 539.084 menjadi 541.324 TPS.
Terdapat tambahan data dari 2.240 TPS.
Baca juga: Heboh, Akhirnya MK Hapus Parliamentary Threshold 4 Persen, Denny Siregar: Biar PSI Bisa ke Senayan
Dari data tersebut, bisa diasumsikan PSI mendapatkan tambahan 203.361 suara dari 2.240 TPS.
Data itu memiliki selisih cukup jauh dengan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.
Berdasarkan data hitung cepat Tim Litbang KOMPAS yang sudah terkumpul 100 persen misalnya, PSI hanya meraup 2,8 persen suara.
Analisa Pengamat
Pengamat politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menyebut perolehan suara partai politik mustahil melonjak secara drastis seperti permainan sulap.
Pernyataan itu Ujang sampaikan saat dimintai tanggapan menyangkut melonjaknya suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berdasarkan hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ujang mengatakan, sejumlah politisi seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) hingga Partai Persatuan Pembangunan (PPP) telah mengutarakan kecurigaannya terhadap anomali kenaikan suara PSI.
Baca juga: Hasil Final Hitung Cepat Litbang Kompas, Hanya 8 Partai Lolos ke Senayan, Bagaimana Nasib PSI?
“Karena sesama politisi paham, tidak mungkin langsung simsalabim suara itu, tidak mungkin langsung melonjak,” kata Ujang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/3/2024).
Adapun politisi yang mengungkapkan kecurigaannya adalah politikus PDI-P Deddy Yevry Sitorus dan Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy.
Di antara kecurigaan itu meliputi operasi untuk melimpahkan suara ke partai politik tertentu agar lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Menurut Ujang, jika memang benar terdapat operasi untuk mengalihkan suara hasil pemilu maka demokrasi terancam.
Baca juga: Terbaru Hasil Real Count Pileg 2024, PDIP dan Golkar Selisih Tipis, Kaesang Gagal Gerek Suara PSI?
Sebab, suara masyarakat dalam pesta demokrasi dimanipulasi hingga dimainkan pihak tertentu.
“Kedaulatan rakyat, suara rakyat bisa diakali, bisa dimanipulasi, bisa dimainkan, ini bahaya,” tutur Ujang.
Akademisi tersebut mengingatkan pentingnya menempuh pemilu melalui jalur yang benar dan normal tanpa melakukan kecurangan.
Ia mewanti-wanti agar peserta pemilu tidak berkongsi dengan penyelenggara pemilu.
“Jalur yang halal, bukan yang haram, yang tidak ada main mata misalnya antara penyelenggara dengan oknum tertentu,” tuturnya. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.