Berita Internasional Terkini

Hal yang Harus Kamu Tahu Tentang Pemilihan Presiden di Rusia, Mungkinkah Vladimir Putin Kalah?

Hal yang Harus Kamu Tahu Tentang Pemilihan Presiden di Rusia, Mungkinkah Vladimir Putin Kalah?

|
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
wikipedia
Ilustrasi. Hal yang Harus Kamu Tahu Tentang Pemilihan Presiden di Rusia, Mungkinkah Vladimir Putin Kalah? 

Putin sebelumnya memenangkan pemilu pada 2012 (64,35 persen suara), 2004 (71,91 persen), dan 2000 (53,44 persen).

Dilarang untuk mencari masa jabatan presiden ketiga kalinya pada 2008, ia ditunjuk sebagai perdana menteri oleh Dmitry Medvedev.

Seperti apa kampanye pemilihan umum di Rusia?

Tak seperti di Inggris, di mana perdana menteri dipilih oleh partai politik mereka.

Presiden Rusia dipilih melalui pemungutan suara langsung.

Jika tidak ada kandidat yang mendapatkan lebih dari 50 persen suara, maka putaran kedua akan diadakan antara dua kandidat terpopuler tiga minggu kemudian.

Pendaftaran kandidat biasanya selesai pada Februari di tahun pemilihan, dengan kampanye yang dilakukan pada Februari dan Maret menjelang hari pemilihan.

Tahun-tahun sebelumnya telah menyaksikan debat TV di antara beberapa orang yang mencalonkan diri sebagai presiden.

Dalam sebuah debat yang sangat hidup pada 2018, Ksenia Sobchak menyiram air ke arah saingannya, Vladimir Zhirinovsky, yang kemudian menanggapinya dengan marah.

Putin, yang tidak hadir dalam debat tersebut dan telah mengesampingkan kemunculannya pada tahun ini, tidak terlalu sibuk dalam kampanye - mungkin karena kemenangannya sudah diasumsikan.

Siapa saja kandidatnya tahun ini?

Calon terdepan adalah petahana berusia 71 tahun, Vladimir Putin, yang pada dasarnya telah berada di puncak politik Rusia sejak 1999.

Untuk mencalonkan diri lagi setelah sekian lama berkuasa, pemimpin Kremlin ini mengubah konstitusi.

Ia dapat mencalonkan diri untuk dua periode lagi setelah 2024.

Ia menghadapi tiga pesaing yang tidak ada yang mengkritiknya.

Mereka termasuk Nikolai Kharitonov dari Partai Komunis, Leonid Slutsky dari Partai Demokratik Liberal yang berhaluan nasionalis, dan Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru.

Mereka secara luas mendukung Kremlin dan kebijakan-kebijakannya, termasuk invasi ke Ukraina.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved