Pilpres 2024
3 Fakta Penjelasan soal Sirekap dari Pengembang di Sidang MK, dari Serangan DDoS hingga Server
Berikut sejumlah fakta penjelasan Sirekap dari pengembang di Sidang MK sengketa Pilpres hari ini, Rabu (3/4/2024). Dari serangan DDos hingga server
TRIBUNKALTIM.CO - Akhirnya pengembang aplikasi Sirekap muncul, sosoknya hadir di Sidang MK sengketa Pilpres 2024 sebagai saksi dari Komisi Pemilihan Umum hari ini, Rabu (3/4/2024).
Pengembang Sirekap dari Institut Teknologi Bandung, Yudistira Dwi Wardhana menyampaikan sejumlah hal terkait apilikasi Sistem Informasi Rekapitulasi yang dipakai KPU dalam Pemilu 2024 ini.
Simak sejumlah fakta penjelasan dari pengembang terkait Sirekap yang dalam Pemilu 2024 menjadi sorotan.
1. Kena Serangan DDoS
Baca juga: MK sudah Resmi Undang 4 Menteri Jokowi, Respons Sri Mulyani, Airlangga, Risma dan Muhadjir
Baca juga: Pengamat Bongkar Motif PDIP-Ganjar Gugat Gibran ke MK dan PTUN, Bukan Cari Menang Tapi Balas Jokowi
Baca juga: Terjawab Kapan Sidang MK Selesai, Cek Jadwal Putusan Sidang Sengketa Pilpres 2024 Dibacakan
Yudistira Dwi Wardhana mengatakan aplikasi tersebut kerap menerima serangan distributed denial-of-service (DDoS) pada hari pemungutan suara hingga hari terakhir rekapitulasi suara.
"DDoS yang masuk dalam satu hari itu di awal pemilihan itu sekitar dua atau tiga.
Pada waktu akhir rekapitulasi kemarin itu kita dapat DDoS itu selama seminggu itu kayak minum obat, tiga kali sehari," kata Yudistira.
Ia mengatakan akibat serangan DDoS ini mengakibatkan tidak ada perubahan data di situs Sirekap pada 14 Februari 2024 petang hingga malam, ketika pemungutan suara baru selesai.
Ia menyebutkan, Sirekap sesungguhnya sudah menerima data pada pukul 11.04 WIB dari tempat pemungutan suara yang terletak di Sorong, tetapi data-data lain baru masuk selepas pukul 18.30 WIB.
"Sebagaimana keterangan pers yang kami beri, kita dihantam DDoS sejak pagi, dan baru kita bisa revive sampai 18.30 WIB," kata Yudistira.
Setelah masalah DDoS selesai ditangani, Yudistira mengeklaim data yang masuk langsung melonjak.
"Biasanya yang masuk itu orde-nya biasanya cuma 100 atau 200 per menit, lalu begitu kita beres dengan urusan DDoS, langsung naik datanya," kata dia.

Yudistira mengatakan, pihaknya segera mengatasi persoalan tersebut karena petugas di daerah juga harus memasukkan data yang mereka dapat secepat mungkin.
"Harus punya banyak perjuangan dari kawan-kawan sampai akhirnya ada tuduhan-tuduhan kita menggunakan ini itu ini itu, ya enggak apa-apa yang penting 18.30 rekan-rekan itu bisa naik," ujar Yudistira.
Baca juga: Analisis Roy Suryo Salah? Ahli KPU Tegaskan Server Sirekap Ada di Jakarta, Tapi Pakai IP Shadow
Yudistira pun mengeklaim, serangan tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap proses rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU.
2. Bantah Server Sirekap di Luar Negeri
Selanjutnya, ia juga membantah anggapan yang menyebut server Sirekap berada di luar negeri.
"Server yang disimpan di luar negeri tidak benar," kata Yudistira dalam sidang lanjutan sengketa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (3/4/2024).
Dalam sidang ini, Yudistira dihadirkan sebagai saksi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ia mengaku melakukan kesalahan ketika pertama kali meluncurkan Sirekap sehingga internet protocol (IP) Indonesia yang asli terlihat.
Lalu, tim pengembang baru mendapatkan pinjaman IP meski masih berada di tempat yang sama di Indonesia
"Kalau IP lamanya bapak lihat itu IP Indonesia.
Baca juga: Gara-Gara Sirekap, Hotman Paris dan Bambang Widjojanto Saling Ejek di Sidang Mahkamah Konstitusi
Tapi IP barunya itu IP shadow, istilahnya IP anycast yang kita sewa supaya orang enggak tahu IP baru dari Sirekap," kata Yudistira.
Pengajar teknologi informasi ITB ini pun menilai mustahil lokasi server dapat berpindah dalam waktu cepat.
"Enggak mungkin tanggal 14 sudah install di suatu lokasi terus dalam waktu 3 jam kita sudah meng-install di tempat lokasi berbeda di Singapore, di Prancis, begitu enggak," kata dia.
Yudistira mengatakan, server Sirekap berada di Jakarta meski ia tidak mau menyebutkan lokasi detailnya.
3. Sudah Diaudit
Menurut Yudistira Dwi Wardhana, aplikasi tersebut sudah diaudit oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN).
"Apakah kami sudah diaudit? Sudah, kami sudah diaudit, ada dua lembaga yang melakukan audit, BRIN telah melakukan audit dan BSSN telah melakukan technical assessment," kata Yudistira, Rabu.
Yudistira sempat berhenti berbicara dan tampak menahan tangis setelah mengucapkan kalimat di atas.
Baca juga: MK Tegur KPU karena Penjelasan soal Sirekap Tidak Komprehensif, Hakim: Jika Serius, Bawa Alat Bukti
"Karena sudah lama saya harus menahan fakta ini, mohon maaf, Yang Mulia," kata dia.
Yudistira pun mengucap terima kasih kepada BRIN dan BSSN yang sudah melakukan audit.
Pengajar teknologi informasi ITB itu mengakui bahwa aplikasi Sirekap memang belum sempurna, tetapi ia mengeklaim itu merupakan bentuk amal atas ilmu yang ia punya.
"Saya mau turun dari kampus karena saya pengin belajar, pengin zakat ilmu gitu ya. Kalau dosen enggak terlalu banyak duitnya, makanya zakatnya lewat ilmu," ujar dia.
Lebih lanjut, Yudistira mengakui bahwa aplikasi Sirekap memang bisa diutak-atik, tapi tindakan tersebut pasti akan tercatat.
"Kalau dia punya authorization dia bisa (mengutak-atik), tapi kita bisa tahu itu siapa yang melakukan, jam berapa dia melakukannya, IP-nya berapa, kita semua catat," kata Yudistira.
Ia menjelaskan, ada dua pendekatan dalam menjaga keamanan siber, yakni mencegah kejahatan serta mencatat kejahatan.
"Kan bisa saja orang yang kita deteksi sebagai orang baik ternyata lambat laun dia melakukan kejahatan. Belum tentu orangnya, tapi bisa saja perangkatnya disusupi oleh malware," kata dia.
"Jadi tim kami melakukan pengetesan dengan tim yang terpisah dan masing-masing tim bertanggung jawab atas hasilnya dan ada cross-check," ujar dia.
Baca juga: Connie Rahakundini Bakrie Minta Maaf, Ralat Tudingan soal Polisi Bisa Akses Sirekap dan Formulir C1
(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com.
Disebut Ngeyel, Bambang Widjojanto Balik Ejek Hotman Paris di Sidang Sengketa Pilpres, BW: Hot Men! |
![]() |
---|
Debat Timnas AMIN dan KPU di Sidang Sengketa Pilpres, Persoalkan Akurasi Sirekap dan Jaga Pemilu |
![]() |
---|
Guru Besar IPB Sebut Bansos Jelang Pilpres 2024 adalah Bantuan Terselubung Jokowi untuk Gibran |
![]() |
---|
Terjawab Siapa Romo Magnis, Profil Saksi Ganjar-Mahmud di Sidang MK Sengketa Pilpres 2024 Hari Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.