Idul Fitri 2024
Kisah Jemaah Aolia di Gunung Kidul yang Rayakan Idul Fitri Lebih Awal, Hidup Harmonis dengan Warga
Kisah Jemaah Aolia di Gunung Kidul yang rayakan Idul Fitri lebih awal. Meski tidak bersamaan, namun jemaah Aolia hidup harmonis dengan warga sekitar
TRIBUNKALTIM.CO - Kisah jemaah Aolia di Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah merayakan Idul Fitri 2024, Jumat (5/4/2024) kemarin.
Sebelumnya, diketahui Jemaah Aolia di Gunung Kidul ini juga memulai puasa 1 Ramadhan 1445 H lebih awal.
Meskipun merayakan Idul Fitri 2024 lebih awal, namun jemaah Aolia hidup harmonis dengan warga sekitar.
Warga sekitar menerima keyakinan jemaah Aolia.
Baca juga: Jemaah Aolia Gunung Kidul sudah Puasa, Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadhan 1445 H Digelar Besok
Baca juga: Teks Khutbah Idul Fitri 2024 yang Membuat Jamaah Menangis, Bahas Dosa-dosa yang Telah Lalu
Baca juga: Bertemakan Istiqamah, Inilah Teks Khutbah Idul Fitri 2024 yang Membuat Jamaah Menangis Penuh Haru
Lokasi Jemaah Aolia yang merayakan Idul Fitri, Jumat (5/4/2024) yakni di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Kendati melaksanakan Shalat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024), tidak ada gema takbir di malam Lebaran Kamis (4/4/2024) malam.
Hanya ada shalat isya berjemaah yang diikuti 30-an orang.
Jemaah Aolia dipimpin oleh KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab disapa Mbah Benu.
Mbah Benu orang yang menetapkan lebaran jatuh pada hari Jumat berdasarkan keyakinan dari perjalanan spritualnya.
Sebelumnya, jemaah Aolia juga melaksanakan ibadah puasa lima hari lebih cepat pada 7 Maret 2024.
Warga hormati adanya jemaah Aolia
Lurah setempat, Sutarpan, mengatakan, aktivitas puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia sudah dilakukan sejak dulu.

Warganya sudah terbiasa dengan penetapan hari raya idul fitri lebih awal yang ditentukan oleh jemaah Aolia.
"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," ucapnya dilansir dari TribunJogja.com.
Baca juga: Rangkaian Doa Ziarah Kubur Menjelang Idul Fitri Lengkap Beserta Adab dan Hukumnya
Dia mengaku, selama ini hubungan antara jemaah Aolia dan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis.
Warga saling memahami. "Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu,"ujarnya.
Hubungan harmonis itu, kata Sutarpan, dapat dilihat saat perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.
Halal bihalal Satu Kampung
Biasanya jemaah Aolia dan warga lainnya mengadakan halalbihalal untuk satu kampung.
"Kalau sudah hari Lebaran yang umum dari pemerintah.
Kami di sini semua ngumpul untuk halalbihalal, gabung semua termasuk jemaah Aolia. Jadi memang tidak ada selisih antar warga, semua saling menghormati," terangnya.
Sementara itu, saat ditanya apakah tradisi silaturahmi antara warga saat Lebaran juga berlaku saat perayaan Lebaran versi jemaah Aolia.
"Biasanya saling mengunjungi sesama mereka saja.
Mereka juga buat halalbihalal di rumah imamnya ya itu Mbah Benu, jadi lebih banyak aktivitas di sana," urainya.
Diberitakan sebelumnya, shalat idul fitri jemaah Aolia salah satunya dilaksanakan di rumah Mbah Benu.
"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini, tapi tersebar di seluruh Indonesia," kata dia, Jumat (5/4/2024).
Baca juga: Apa Hukumnya jika Muslim Lupa Bayar Zakat Fitrah Sebelum Hari Raya Idul Fitri? Ini Penjelasannya
Mengenal Jemaah Aolia
Jemaah Masjid Aolia dipimpin langsung oleh Kiai Haji Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Benu.
Setelah itu, Mbah Benu oleh jamaahnya disebut sebagai Mursyid atau guru.
Jemaah Masjid Aolia adalah jamaah yang menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah.
Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunah Nabi dan sunah khulafaurrasyidin setelahnya.
Musa mengaku bahwa Jemaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama sebelum dirinya lahir.
Dan hingga sekarang, Jamaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY, bahkan tidak bisa menghitung secara pasti karena jumlahnya sangat banyak.
"Kalau secara pasti saya tidak tahu karena sangat banyak. Di (Kecamatan) Panggang ada sekitar 10 titik," tutur dia.
Dia menyebutkan, jika Mursyid Kiai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu keilmuannya secara Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadi Raden Ibnu Hajar Sholeh.
Menurut cerita, Mbah Benu pernah dibimbing oleh mursyid-mursyid.
"Beliau pernah mondok seperti di Pesantren Mbulus, pesantren daerah Maron Purworejo. Bahkan, beliau dibimbing juga mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten," ujarnya.
Dalam ajaran Islam, ilmu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni.
Baca juga: Bacaan, Adab, dan Tata Cara Ziarah Kubur Menjelang Idul Fitri 2024/1445 H
Ilmu kasbi dapat diperoleh manusia melalui usaha seperti belajar, melakukan percobaan, dan lain-lain.
Sementara itu, ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang.
Sementara itu, Mbah Benu menjelaskan alasan mereka menyelenggarakan salat Id lebih awal ketimbang dengan penetapan pemerintah karena hal tersebut adalah keyakinan yang selama ini mereka anut.
Sebab, di Indonesia masih bebas memilih menentukan hari rayanya sendiri.
"Indonesia itu bebas. Mau hari raya silakan, tidak hari raya ya monggo. Mau puasa monggo tidak puasa monggo."
"Itu tidak masalah yang penting jaga persatuan dan kesatuan. Jangan menyalahkan yang lain, ndak boleh itu," ujarnya.
Dia menambahkan, jemaahnya tidak pernah menjelekkan pihak lain.
Namun, jika dijelekkan, dia justru mempersilakannya.
Dia mengimbau kepada jemaahnya untuk tidak marah karena tidak ada kamus marah di Jamaah Aolia sesama anak cucu Nabi Adam.
"Jadi kita semua itu saudara. Harus saling mencintai satu sama lain. Harus mengajak kebaikan jadi sama orang lain agama lain tidak masalah."
"Apalagi sesama muslim, tidak masalah. Apalagi sama pemerintah tidak masalah," katanya.
Kemenag angkat bicara
Terpisah, Kepala Kantor Kemenag Gunungkidul Sya'ban Nuroni mengatakan, sudah mendengar informasi shalat Ied jemaah Masjid Aolia pada Jumat tersebut.
Sebagai kantor milik semua agama, pihaknya akan memberikan pendekatan kepada jemaah Masjid Aolia tersebut.
"Ada sesuatu permasalahan, dalam agama Islam tentunya kita melakukan pendekatan kepada tokoh agama, agar pengamalan keyakinan,"
"kemudian agar tidak menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat," kata Sya'ban.
Dia mengatakan, pendampingan akan memberikan edukasi kepada jemaah, untuk mengikuti organisasi keagamaan pada umumnya atau pemerintah.
Pihaknya mengaku sudah mendatangi beberapa kelompok Jemaah Masjid Aolia.
"Kalau ini kan tidak lazim, kalau satu atau dua hari biasa (perbedaan penentuan Hari Raya), kalau ini kan lima hari tidak lazim," kata dia.
Perlu diketahui, Jemaah Masjid Aolia sering berbeda dengan pemerintah maupun organiasasi keagamaan Islam dalam penentuan hari besar.
Baca juga: Khutbah Idul Fitri yang Membuat Jamaah Menangis Haru dan Tersentuh, Penuh Inspirasi dan Menyentuh
(kompas.com/SerambiNeews.com/tribunnewswiki.com/tribun network)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dan SerambiNews.com dengan judul Mengenal Jemaah Aolia, Warga Gunungkidul yang Salat Idul Fitri 5 Hari Lebih Awal.
4 Rekomendasi Film Bioskop Indonesia yang Akan Tayang Idul Fitri 2024, Siksa Kubur Paling Ditunggu! |
![]() |
---|
60 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 2024, Bisa DIjadikan Status Sosmed dan Ucapan Hampers Lebaran |
![]() |
---|
70 Caption Lebaran Idul Fitri 2024 Dalam Bahasa Ingris dan Artinya, Menyentuh Hati |
![]() |
---|
80 Twibbon Idul Fitri 2024 yang Bisa Digunakan Tanpa Watermark dan Gratis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.