Breaking News

Kabar Artis

Isi Permintaan Maaf Babe Cabita Sebulan sebelum Meninggal karena Sakit Autoimun, Anemia Aplastik

Pesan yang ditulis Babe Cabita, sebulan sebelum meninggal akibat sakit autoimin, anemia aplastik. Penjelasan ahli UI terkait Anemia Aplastik.

Editor: Amalia Husnul A
Instagram babecabita
PERMINTAAN MAAF - Komika Babe Cabita meninggal dunia hari ini, Selasa (9/4/2024). Pesan yang ditulis Babe Cabita, sebulan sebelum meninggal akibat sakit auto imin, anemia aplastik. Penjelasan ahli UI terkait Anemia Aplastik. 

Sambil menunggu pemeriksaan lanjutan, Babe Cabita rutin mengonsumsi obat-obatan.

"Sekarang cukup untuk obat himotologi, untuk autoimunnya itu, darahnya incharge bagus selama tiga bulan," kata Zulfati Indraloka.

Babe Cabita juga menjalani terapi bersama dokter.

"Sehari tiga kali minum obat dan nanti tiga bulan sekali berobat ke dokter," katanya ketika itu.

"Kalau bagus jadi sehari dua kali minum obatnya dan kalau bagus lagi dikurangi lagi sehari sekali obatnya," ujar Babe Cabita.

"Ada kemungkinan lepas obat kalau ada respon bagus di tubuh," lanjutnya.

Baca juga: Aktor Marvel Ma Dong Seok Umumkan Pernikahan dengan Model yang Berusia 17 Tahun Lebih Muda Darinya

Lalu, apa itu sakit autoimun?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Mayapada Hospital sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Iris Rengganis Sp PD-KAI, FINASIM, mengatakan, autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi menyerang dan mengeliminasi kuman justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.

Serangan sel imun tersebut dapat menimbulkan gejala sistemik yang mencakup berbagai macam organ.

Menurut Profesor Iris, penyebab penyakit autoimun belum diketahui pasti sampai saat ini.

Namun, faktor individu dan lingkungan disinyalir menjadi pemicu penyakit tersebut.

Faktor individu yang dimaksud adalah kerentanan genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi.

“Sementara itu, faktor lingkungan bisa berupa pola makan yang tidak sehat, stres psikologis, sampai intensitas bekerja yang berlebihan," kata Prof Iris dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (23/8/2021).

"Hal ini dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun pada individu yang rentan,” imbuhnya.

Profesor Iris melanjutkan, seiring perkembangan pola hidup manusia, penyakit autoimun tidak hanya menyerang masyarakat di negara nontropis, tapi juga masyarakat yang tinggal di daerah tropis. Salah satunya adalah Indonesia.

Di negara nontropis yang memiliki musim dingin, lanjut Prof Iris, matahari terkadang tidak cukup menyinari sehingga penduduk kerap mengalami winter depression. Depresi jenis ini dapat membuat keadaan sistem kekebalan tubuh menurun.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved