Berita Mahulu Terkini

Dinkes Mahulu Imbau Warga Waspada, Terlambat Tangani DBD Bisa Berakibat Kematian

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat hingga akhir Februari 2024 terdapat sebanyak 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Mathias Masan Ola
HO/Tribun
Ilustrasi nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat hingga akhir Februari 2024 terdapat sebanyak 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Sementara, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat sejumlah 1.551 orang dengan angka kematian tujuh orang pada Februari 2024.

Untuk Mahulu sendiri sejauh ini tercatat satu pasien pengidap DBD.

Baca juga: Dinkes Mahulu Sebut Deteksi Dini DBD Dapat Dilakukan dengan Rapid Test

Meski begitu, Kadinkes Mahulu Petronela Tugan mengatakan hal ini perlu menjadi perhatian dan kewaspadaan masyarakat agar tidak mengakibatkan dampak yang fatal.

Untuk mencegah terjadinya kematian akibat DBD, maka Ia mengimbau untuk seluruh masyarakat agar segera memeriksakan diri ke unit Fasilitas Kesehatan (Faskes) jika merasa demam.

"Tapi kalau itu dibawa dan teman-teman di faskes itu udah siap, sekarang kita doktrin bahwa kalau demam kita curiga langsung kesitu dulu," katanya, Selasa (16/4/2024).

Hal ini penting dilakukan agar segera mendapatkan penanganan terkait kasus indikasi penyakit ini.

Melalui kesempatan ini Ia pun mengingatkan kepada masyarakat bahwa salah satu penyebab kematian karena kasus DBD disebabkan oleh penanganan yang lambat.

Baca juga: Cegah Penyebaran Penyakit, Dinkes Mahulu Siapkan Ruang Isolasi Khusus Tangani Tuberkulosis

"Mengenai penyebabnya kan kita sudah tau semua bahwa memang lambat dibawa, dengan masalah itu alternatifnya kalau memang lambat dibawa ya kita sosialisasikan masyarakat," ujarnya.

Maka dari itu, Ia memberi pesan kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri ke Unit Faskes jika sudah merasakan demam.

Peran kesadaran masyarakat juga sangat penting dalam hal ini, tidak hanya menjadi tanggungjawab petugas kesehatan.

"Jadi istilahnya evaluasi itu menyeluruh bukan hanya satu, oh petugas kesehatannya," imbuhnya.

Penyebaran penyakit DBD tidak hanya menjadi tugas bidang kesehatan.

Baca juga: Dinkes Mahulu Kalimantan Timur Raih Penghargaan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Terbaik

Ke depannya, Ia pun berharap unit Faskes dapat memperbaiki Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan DBD dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

"Memperbaiki SOP baik yang di tingkat Faskes, tapi kita juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat," harapnya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved