Sejarah

Sejarah 4 Mei: Awal Kerusuhan Mei 1998 di Medan, Masalah Ekonomi hingga Pengangguran Massal

Mei 1998 menjadi salah satu momentum bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
kompas.com
Kerusuhan Mei 1998 - Aksi para perusuh yang melemparkan batu ke sebuah toko milik etnis Tionghoa di Medan, Sumatera Utara, pada 6 Mei 1998. 

TRIBUNKALTIM.CO - Mei 1998 menjadi salah satu momentum bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Pada Mei 1998, dilansir dari berbagai sumber, pecah berbagai aksi demonstrasi diwarnai dengan kerusuhan yang menelan 1.190 korban jiwa.

Selain itu juga menimbulkan kerusakan ratusan hingga ribuan perkantoran dan bangunan lainnya.

Sebelum merebak di kota-kota besar di Indonesia, kerusuhan Mei 1998 lebih dulu terjadi di Kota Medan.

Medan merupakan pemicu aksi di berbagai kota lainnya.

Aksi demonstrasi semakin membesar tatkala terjadi peristiwa penembakan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998.

Sumatera Utara bukan saja menjadi tempat berlangsungnya kali pertama demonstrasi dan penjarahan, melainkan juga daerah dengan kerusuhan yang berlangsung lebih lama dan luas. 

Kronologi Kerusuhan di Medan

Di Sumatera Utara, demonstrasi telah terjadi sejak bulan April dan berakhir dengan kerusuhan antara massa aksi dan aparat.

Kerusuhan ini diwarnai dengan aksi saling lempar, penembakan gas air mata, hingga pembakaran beberapa kendaraan milik aparat keamanan.

Peristiwa pembuka ini kemudian disusul aksi dari mahasiswa IKIP Medan pada 4 Mei 1998 yang awalnya dilakukan di dalam kampus.

Aksi di dalam kampus yang mendapatkan tekanan dari pihak keamanan, kemudian menyebar dan meluas ke luar.

Pada 5 Mei, demonstrasi masih berlanjut.

Kali ini, mahasiswa bergerak ke arah Polda Sumatera Utara dan terjadi bentrokan di sana.

Mahasiswa yang terlibat bentrok kemudian menguasai markas Polda Sumatera Utara.

Demonstrasi yang dimotori oleh para mahasiswa ini dalam perkembangannya meluas menjadi aksi kriminalitas berkepanjangan di Sumatera Utara.

Namun, menurut laporan temuan dari Gabungan Tim Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, aktor utama dalam aksi kriminalitas yang terjadi di Sumatera Utara adalah para preman.

Berawal dari Ekonomi yang Memburuk

Diketahui pada bulan Juli 1997, terjadi krisis keuangan yang melanda hampir seluruh Asia Timur. 

Terjadinya krisis keuangan tahun 1997 juga dipicu oleh anjloknya nilai mata uang rupiah dan membengkaknya angka utang luar negeri oleh swasta. 

Krisis keuangan ini lantas menimbulkan kekacauan dan kepanikan yang turut dirasakan oleh negara-negara ASEAN, salah satunya Indonesia. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak krisis ekonomi paling parah. 

Di Indonesia, rupiah menurun drastis yang kemudian mengakibatkan berbagai perusahaan yang meminjam dollar harus membayar biaya yang lebih besar.

Selain itu, para pemberi pinjaman juga menarik kredit secara besar-besaran sehingga terjadi penyusutan kredit dan kebangkrutan. 

Kepanikan masyarakat pun kian bertambah saat terjadi kenaikan harga bahan makanan. 

Demonstrasi Mahasiswa

Goyahnya perekonomian di Indonesia pada saat itu menimbulkan aksi protes dari masyarakat, terutama para mahasiswa.

Tanggal 12 Mei 1998 para mahasiswa di Jakarta melakukan aksi damai dalam kampus. 

Setelah itu, mahasiswa mulai turun ke Jalan S Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR atau DPR.

Melihat segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat polisi menghadang laju mereka.

Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak polisi dengan para mahasiswa.

Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa tidak melanjutkan aksi unjuk rasa mereka ke MPR atau DPR.

Saat para mahasiswa sedang membubarkan diri, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa. 

Para mahasiswa pun dengan panik segera berlari mencari perlindungan dengan masuk ke dalam gedung-gedung kampus. 

Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus sangatlah mencekam.

Beberapa korban jiwa juga berjatuhan, salah satunya adalah empat mahasiswa Trisakti yang tewas karena tertembak.

Keempat mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan Sie.

Insiden tertembaknya empat mahasiswa Universitas Trisakti dan krisis finansial Asia 1997 ini lah yang menyebabkan terjadinya Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Mei 1998 terus berlangsung sejak 13 hingga 15 Mei 1998. 

Buntut dari peristiwa Kerusuhan Mei 1998 adalah lengsernya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia pada 20 Mei 1998.

Dampak

Di Sumatera Utara, aksi penjarahan juga berlangsung lebih lama dengan cakupan wilayah yang lebih luas.

Aksi penjarahan di Sumatera Utara telah dimulai sejak 2 Mei 1998 yang diawali dari Kota Medan.

Kejadian yang bermula di Medan ini kemudian menjalar ke wilayah-wilayah sekitarnya dan berlangsung hingga 8 Mei 1998.

Selanjutnya, kerusuhan dan penjarahan juga terjadi di wilayah-wilayah tingkat dua Sumatera Utara, yakni Simalungun dengan diwarnai penjarahan pada 7 Mei 1998.

Di Kota Deli Serdang, kerusuhan dan penjarahan berlangsung selama dua hari, yaitu pada  5-6 Mei 1998.

Selain itu, di Kota Tebing Tinggi juga terjadi kerusuhan yang berlangsung selama dua hari, pada 6-7 Mei 1998.

Objek yang dijarah juga di Medan juga beragam, mulai dari toko elektronik, toko sembako, toko pakaian, dan sebagainya.

Kerusuhan bisa dikatakan paling lama terjadi di Sumatera Utara karena hingga 28 Mei 1998 masih terjadi penjarahan di Tanjung Balai.

Selain itu, korban dan dampak dari kerusuhan yang terjadi di Sumatera Utara digolongkan besar karena diwarnai banyak tindakan kriminalitas.

Dalam temuan Gabungan Tim Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, selama 4-8 Mei 1998, telah diterima ratusan laporan tindakan pelecehan seksual di Medan. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved