Berita Balikpapan Terkini

Menuju Indonesia Emas 2045, Dosen Unmul Ungkap Tantangan dan Peluang Kebhinekaan di Era Digital

Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, kebhinekaan menjadi salah satu modal utama

|
TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD ZEIN RAHMATULLAH
Dosen Sosiolog Universitas Mulawarman, Drs. Martinus Nanang (kiri), menekankan pentingnya kebhinekaan sebagai modal utama menuju Indonesia Emas 2045, dengan kewaspadaan terhadap disinformasi dan kepemimpinan politik yang adil.TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD ZEIN RAHMATULLAH 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, kebhinekaan menjadi salah satu modal utama.

Demikian dikemukakan seorang dosen sosiolog dari Universitas Mulawarman, Drs. Martinus Nanang.

Dalam pandangannya, kebhinekaan dapat ditinjau dari dua perspektif utama. Pertama, sebagai realitas sosial dan fakta sosial.

"Realitas sosial mencakup berbagai suku, agama, dan budaya yang ada di masyarakat saat ini. Sementara fakta sosial merupakan faktor eksternal yang membentuk individu," jelas Nanang pada kesempatan Dialog Publik Harmonisasi Kaltim dalam Rangka Percepatan Pembangunan IKN Guna Menyongsong Indonesia Emas 2045 di Balikpapan, Selasa (21/5/2024).

Selain itu, Nanang juga menyatakan bahwa kebhinekaan dapat dipandang sebagai ideologi atau pandangan hidup, yang terbagi menjadi pluralisme dan multikulturalisme.

Baca juga: Sejarah 20 Mei: Hari Kebangkitan Nasional dan Tema Harkitnas 2024 Bangkit Untuk Indonesia Emas

Baca juga: 10 Strategi Pengembangan Desa di Sekitar IKN Nusantara untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

"Pluralisme adalah kondisi di mana berbagai kelompok sosial dan budaya hidup berdampingan dengan adanya budaya dominan. Sementara multikulturalisme digambarkan seperti 'melting pot' dan 'salad bowl'," lanjutnya.

Konsep 'melting pot' menggambarkan peleburan berbagai budaya menjadi satu kesatuan, meskipun ada potensi dominasi dan penindasan.

Sebaliknya, konsep 'salad bowl' menggambarkan keberagaman seperti hidangan gado-gado, di mana setiap budaya tetap mempertahankan identitasnya.

Nanang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap realisasi multikulturalisme di Indonesia, meskipun konsep ini memberikan ruang bagi kelompok minoritas.

"Meski menghargai hak-hak minoritas, risiko terjadinya konflik atau perpecahan tetap ada," ungkapnya.

Oleh karena itu, Nanang menekankan pentingnya sistem dan kepemimpinan politik yang efektif dalam memperjuangkan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.

Baca juga: Beredar Daftar Kabinet Indonesia Emas, TKN: Jokowi, Prabowo-Gibran, dan Ketum Parpol Jadi Penentu

Selain itu, ia juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap disinformasi dan propaganda di media sosial.

"Dengan demikian, mari kita jaga kebhinekaan dengan bijak dan bertanggung jawab demi tercapainya Indonesia Emas," tutupnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved