Berita Nasional Terkini

Pidato Megawati di Rakernas PDIP, Kalimat Implisit Tertuju untuk Jokowi dan Gibran, Ada Kata Mbalelo

Isi pidato Megawati di Rakernas PDIP yang secara implisit ada kalimat yang tertuju untuk Jokowi dan Gibran. Ada kata mbalelo

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PIDATO MEGAWATI - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey menyalakan Obor Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam saat pembukaan Rakernas ke-V PDI Perjuangan di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Jumat (24/5/2024). PDI Perjuangan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V dengan mengambil tema Satyam Eva Jayate: Kebenaran Pasti Menang dan subtema Kekuatan Persatuan Rakyat dalam Kebenaran. Isi pidato Megawati di Rakernas PDIP yang secara implisit ada kalimat yang tertuju untuk Jokowi dan Gibran. Ada kata mbalelo 

Dia lantas menyebut bahwa penyalahgunaan institusi TNI-Polri untuk kepentingan politik melalui penghapusan Dwifungsi ABRI telah susah payah dilakukan pada era awal reformasi, yakni dengan keluarnya Tap MPR Nomor VI/MPR/2000.

3. Pemilu 2024 paling buruk

Oleh karenanya, Megawati menyebut bahwa Pemilu 2024 adalah kontestasi politik yang paling buruk dalam sejarah demokrasi di Indonesia.

Menurut dia, hal tersebut juga kerap disampaikan oleh para akademisi, tokoh Masyarakat sipil, hingga budayawan.

“Pernyataan ini banyak disuarakan oleh para akademisi, para tokoh masyarakat sipil, guru besar, hingga seniman, budayawan,” ujar Megawati.

Dia mengatakan, hal-hal tersebut dibuktikan melalui praktek penyalahgunaan kekuasaan dengan menggunakan sumber daya negara demi kepentingan elektoral. Menurut Megawati, intimidasi hukum juga terjadi atas nama kekuasaan.

Selain itu, dia mengatakan, persoalan kecurangan pemilu juga disorot sejumlah hakim MK dalam sidang sengketa pemilihan presiden (Pilpres) melalui dissenting opinion atau pendapat berbeda Arief Hidayat, Profesor Saldi Isra, dan Enny Nurbaningsih.

4. Kepemimpinan otoriter populis

Lebih lanjut, Megawati juga menyinggung bahwa telah terjadi anomali demokrasi yang melahirkan watak kepemimpin authoritarian populism atau otoriter populis.

“Terjadi anomali demokrasi secara gamblang dijelaskan oleh Dr. Sukidi seorang pemikir kebhinekaan yang disegani.

Sosok cendikiawan ini menjelaskan fenomena kepemimpinan paradoks yang memadukan populisme dan Machiavelli hingga lahirlah watak pemimpin authoritarian populism,” ujarnya

Kemudian, dia menjelaskan bahwa karakter dari kepemimpinan tersebut adalah menjadikan hukum sebagai pembenar atas tindakannya yang sepertinya memenuhi kaidah demokrasi padahal hanya prosedural.

“Di sinilah hukum menjadi alat bahkan pembenar dari ambisi kekuasaan itu. Inilah yang oleh para pakar disebut dengan autocratic legalism. Ini bukan saya yang ngomong lho.

Mulut saya yang ngeluarin tapi ini kan para pakar,” kata Megawati.

Baca juga: Megawati Bicara Pemilu 2024 Curang, Kader PDIP Terdiam, Putri Bung Karno: TSM Ini Ada Atau Tidak?

5. Kritik MK dan revisi UU MK

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved