Berita Balikpapan Terkini
FOMO Makin Marak di Era Digital, Dosen Psikologi Unmul Ini Beberkan Penyebab dan Dampak Negatifnya
FOMO makin marak di era digital, dosen 0sikologi Unmul ini beberkan penyebab dan dampak negatifnya.
Penulis: Ardiana | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Fear of missing out (FOMO) merupakan fenomena psikologis yang semakin marak di kehidupan yang serba modern seperti saat ini.
FOMO memicu ketakutan melewatkan momen, pengalaman, atau aktivitas yang sedang populer di lingkungannya.
Dosen program studi psikologi Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Ayunda Ramadhani, M.Psi. mengatakan, hal ini tak lepas dari fenomena meningkatnya akses teknologi dan media sosial yang semakin mudah didapatkan.
Arus informasi yang semakin cepat dan diiringi kemudahan, tanpa sadar bisa memicu keinginan untuk melihat banyak unggahan dan informasi setiap hari.
Perlahan, kata dia, hal ini akan memicu perasaan insecure saat ketinggalan informasi ataupun tak bisa mengikuti tren.
"Akan muncul ketakutan untuk kehilangan momen yang dirasakan orang lain. Ini dipicu oleh perasaan yang tidak cukup baik dibanding orang lainnya, sehingga butuh validasi dari orang lain," ucapnya, Sabtu (22/6/2024).
Baca juga: Pekerja Perempuan di Hotel Midtown Samarinda Dapat Edukasi Psikologi dan Beauty Class
Dengan begitu, lanjutnya, seseorang akan tak segan melakukan challenge atau kegiatan apapun yang viral.
Kemudian menggunggahnya demi mendapat like dan komen dari orang lain.
Tak ayal, hal ini dapat memberikan pengaruh negatif pada kualitas hidup.
Ayunda mengatakan, seseorang yang fomo akan terobsesi untuk terus mengikuti tren.
Lebih parahnya, FOMO akan memicu rasa khawatir dan cemas yang berlebih saat ketinggalan informasi ataupun tren terkini.
Baca juga: Post Holiday Syndrom Kerap Dialami usai Libur Panjang, Begini Penjelasan Dosen Psikologi Unmul
Selain itu, imbuhnya, FOMO juga akan membuat seseorang menjadi haus validasi.
Pasalnya, mereka akan selalu menginginkan atensi dan perhatian dari orang lain pada unggahannya di media sosial.
"Saat tidak mendapatkan atensi dari postingan yang dibuat, akhirnya cemas karena kebutuhan validasinya akan terus meningkat, produktivitasnya terganggu," ucapnya.
Dengan begitu, seseorang yang FOMO cenderung akan terus membuat konten, meski tren konten tersebut tidak bermanfaat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.