Berita Nasional Terkini

Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Dihantui 4 Krisis, Ekonom: Sudah Terjebak dalam Utang

Kabinet Prabowo-Gibran diprediksi dihantui 4 krisis, Ekonom: Mau tidak mau sudah terjebak dalam utang.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
WARISAN UTANG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto usai mengadakan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Kabinet Prabowo-Gibran diprediksi dihantui 4 krisis, Ekonom: Mau tidak mau sudah terjebak dalam utang. 

TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintahan Prabowo-Gibran diprediksi bakal hadapi 4 krisis sekaligus.

Kabinet Prabowo-Gibran harus kerja ekstra keras dan cerdas untuk menghadapi 4 krisis tersebut.

Yakni dari krisis fiskal, industri, lapangan kerja, hingga krisis rupiah.

Baca juga: Survei INDEF, Lebih dari 70 Persen Pesimis Kabinet Prabowo-Gibran bisa Tangani Warisan Utang Jokowi

Diketahui, Prabowo Subianto akan mengambil alih kepemimpinan Indonesia dari Presiden Jokowi, Oktober 2024 ini.

Meski demikian, sampai saat ini Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih belum mengumumkan susunan kabinetnya.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, empat potensi krisis tersebut, pertama, krisis fiskal.

Ini tercermin dari debt service ratio 2025 mencapai 43,4 persen, hampir 50 persen penerimaan negara dibayarkan untuk bunga utang dan cicilan pokok utang.

Di samping itu rasio pajak diperkirakan akan stagnan karena masalah struktural.

KABINET PRABOWO-GIBRAN - Presiden dan Wapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
KABINET PRABOWO-GIBRAN - Presiden dan Wapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Tangkap Layar YouTube KPU RI)

Dan pemerintahan ke depan akan semakin bergantung dengan surat berharga negara (SBN) berbunga tinggi, dengan bunga pasar saat ini mencapai 7,2 persen

“Kita mau tidak mau sudah terjebak dalam utang,” tutur Wijayanto dalam diskusi publik, Kamis (11/7).

Kedua, potensi terjadinya krisis industri. 

Tercermin dari peran industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) semakin turun, hanya 18 persen dari PDB, atau turun dari 22 persen pada tahun 2010-an.

Wijayanto menceritakan, ia kerap kali bertemu banyak pengusaha yang mengeluhkan soal ini namun tidak banyak diperhatikan pemerintah.

Sehingga produk mereka kalah saing dengan produk asing.

Ia menyayangkan karena akhirnya pengusaha dalam negeri justru memilih menjadi agen dari produk luar seperti China, dibandingkan mengembangkan produksi dalam negeri.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved