Berita Nasional Terkini

Kabinet Prabowo-Gibran Harus Hadapi Krisis Fiskal, Industri, Lapangan Kerja dan Rupiah Sekaligus

Kabinet Prabowo-Gibran harus hadapi krisis fiskal, industri, lapangan kerja dan rupiah sekaligus

Editor: Rafan Arif Dwinanto
KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA
Presiden Joko Widodo duduk bersebelahan dengan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024). Kabinet Prabowo-Gibran harus hadapi krisis fiskal, industri, lapangan kerja dan rupiah sekaligus 

TRIBUNKALTIM.CO - 4 krisis sekaligus akan menanti kabinet Prabowo-Gibran.

Mulai dari krisis fiskal, industri, lapangan kerja, hingga krisis rupiah.

Diketahui, Prabowo Subianto akan mengambil alih kepemimpinan Indonesia dari Presiden Jokowi, Oktober 2024 ini.

Meski demikian, sampai saat ini Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih belum mengumumkan susunan kabinetnya.

Baca juga: Bukan 2 Jam, Waktu Tempuh dari Balikpapan ke IKN Nusantara Hanya 70 Menit Saat Upacara 17 Agustus

Baca juga: Pilih Dampingi Khofifah Jadi Wagub Jawa Timur, Emil Dardak Tolak Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, empat potensi krisis tersebut, pertama, krisis fiskal.

Ini tercermin dari debt service ratio 2025 mencapai 43,4 persen, hampir 50 persen penerimaan negara dibayarkan untuk bunga utang dan cicilan pokok utang.

Di samping itu rasio pajak diperkirakan akan stagnan karena masalah struktural.

Dan pemerintahan ke depan akan semakin beergantung dengan surat berharga negara (SBN) berbunga tinggi, dengan bunga pasar saat ini mencapai 7,2 persen

“Kita mau tidak mau sudah terjebak dalam utang,” tutur Wijayanto dalam diskusi publik, Kamis (11/7).

Kedua, potensi terjadinya krisis industri. 

Tercermin dari peran industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) semakin turun, hanya 18 persen dari PDB, atau turun dari 22 persen pada tahun 2010-an.

Baca juga: Bela Proyek Andalan Jokowi, Grace Natalie Persilakan Djarot PDIP Datang Sendiri ke IKN Kaltim

Baca juga: Faisal Basri sebut Prabowo Presiden Paling Sial karena dapat Warisan Utang hingga Rp 800 Triliun

Wijayanto menceritakan, ia kerap kali bertemu banyak pengusaha yang mengeluhkan soal ini namun tidak banyak diperhatikan pemerintah.

Sehingga produk mereka kalah saing dengan produk asing.

Ia menyayangkan karena akhirnya pengusaha dalam negeri justru memilih menjadi agen dari produk luar seperti China, dibandingkan mengembangkan produksi dalam negeri.

“Ini nama-nama besar yang cerita seperti ini.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved