Berita Kaltim Terkini
Soal Video Viral Munculnya Orangutan Raksasa di Kutim, Begini Fakta yang Ditemukan BKSDA Kaltim
Soal kemunculan orangutan raksasa di Kutai Timur, begini fakta yang ditemukan BKSDA Kaltim.
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Awal Juli 2024 lalu, tepatnya Minggu (7/7/2024), dunia maya dihebohkan dengan video kemunculan orangutan raksasa di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Saking besarnya, tubuh orangutan tersebut menyamai tinggi bangunan rumah warga.
Menerima laporan itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim langsung melakukan peninjauan ke wilayah yang dimaksud pada 11 Juli 2024.
"Kami telah memastikan kemunculan orangutan diduga raksasa itu di wilayah Sangatta Kutim," ucap Kepala BKSDA Kaltim, Ary Wibawanto kepada TribunKaltim.co, Kamis (18/7/2024).
Baca juga: Fakta di Balik Video Viral Orang Utan Raksasa, BKSDA Kaltim Pastikan Berada di Sangatta Kutim
Dari hasil observasi dan wawancara dengan sejumlah warga setempat, diketahui fakta bahwa tidak ada orangutan raksasa seperti yang ramai diberitakan.
Dari penuturan warga setempat, orangutan yang dipastikan berjenis kelamin jantan itu memang kerap datang untuk memakan buah ceri saat musim berbuah.
Orangutan dengan nama latin Pongo pygmaeus tersebut sama seperti primata dewasa pada umumnya, yakni memiliki tinggi 150-160 sentimeter dengan berat badan 100 kilogram.
Lantas, mengapa terlihat besar dan cenderung raksasa? Ari Wibawanto mengatakan, itu hanya permainan kamera (angle kamera).
Di mana pengambil video mengambil gambar dari dasar tanah, sehingga pohon ceri dan orangutan itu terlihat lebih besar dari seharusnya.
"Yang ambil video warga luar yang berkunjung ke sana, padahal pohon cerinya saja tidak besar," ucapnya sambil mengirimkan foto perbandingan tinggi pohon dengan manusia.
"Jadi ada bahasa orangutan raksasa itu hanya dibesar-besarkan saja," imbuhnya menegaskan.
Baca juga: Viral Orang Utan Raksasa Kalimantan, Berukuran Setinggi Rumah, Ini Penjelasan BKSDA Kaltim
BKSDA Kaltim juga telah memastikan tidak ada konflik yang terjadi antara orang utan dan masyarakat Kutim seperti spekulasi yang ramai beredar.
Meskipun di wilayah tersebut terdapat bekas tambang dan tanaman sawit, namun pihaknya telah memastikan habitat orang utan di Kutai Timur tidak terancam.
"Habitatnya aman, karena mereka terbiasa datang kalau pohon cerinya berbuah dan setelahnya kembali ke hutan," jelasnya lagi.
Ari Wibawanto juga mengimbau agar masyarakat tidak memberikan makan kepada orangutan ataupun satwa liar lainnya.
Pasalnya, sekali diberi makan, maka akan sulit mengembalikan orangutan untuk bisa survive atau bertahan hidup sendiri di alam liar.
"Juga habitat orang utan masih aman. Kalaupun ada pembangunan tentu sudah memperhatikan Amdal (analisis dampak lingkungan)," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.