Berita Kutim Terkini

Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman Prihatin Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak 2024 Meningkat

Beberapa tahun terakhir mendapat laporan bahwa banyak anak yang merasa tidak nyaman dan menghadapi berbagai masalah di Kutai Timur

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Nur Pratama
HO Pemkab Kutim
Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman saat memberi wejangan di Peringatan Hari Anak. 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman merasa prihatin terhadap kondisi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Kutai Timur.

Ia mengaku beberapa tahun terakhir mendapat laporan bahwa banyak anak yang merasa tidak nyaman dan menghadapi berbagai masalah di Kutai Timur.

Oleh sebab itu, ia meminta agar Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) bisa berkolaborasi bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain untuk menangani masalah yang serius ini.

"Peran DP3A dalam memastikan perlindungan anak tidak sekadar normatif, tetapi benar-benar memberikan rasa aman san ruang bagi anak-anak untuk berkreasi," ucapnya, Rabu (24/7/2024).

Baca juga: Wakili Kaltim, SMA Negeri 1 Sangatta Utara Lolos Tingkat Nasional Lomba Bedah Data APBD 2024

Sebelumnya, Kepala DP3A Kutim Idham Cholid melaporkan memang benar ada peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di tahun 2024, ketimbang 2023 lalu.

Dimana, pada tahun 2023 lalu terdapat 42 kasus selama setahun yang banyak melibatkan anak-anak.

Sedangkan di tahun 2024 ini, per Juli 2024 sudah mencapai 32 kasus kekerasan dengan mayoritas korban berusia rentan 11 sampai 13 tahun.

"Kami membantu trauma korban agar cepat pulih, kendalanya pada tenaga psikolog umum yang kami miliki hanya 2 orang, padahal minimal ada 4 psikolog termasuk psikolog forensik," jelasnya.

Akan tetapi, dalam implementasinya, DP3A Kutim juga bekerja sama dengan Kota Bontang dan Samarinda untuk mengatasi kekurangan tenaga psikolog tersebut.

Menurutnya, banyak kasus yang terjadi di Kutai Timur yang ternyata melibatkan orang-orang terdekat seperti bapak tiri, tetangga, kakak ipar, kakak tiri, terutama di rumah yang memiliki kamar tidak layak.

"Dalam hal ini peran masyarakat juga perlu untuk mengikuti parenting di luar sebagai pencegahan, kebanyakan faktor ekonomi dan lingkungan menjadi pemicu kekerasan anak," pungkasnya.(*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved