Ibu Kota Negara

Kabut Debu Membuat Warga Sepaku PPU Kaltim Rindu Udara Segar, Berharap Proyek IKN Segera Selesai

Pemandangan truk-truk bertonase besar yang setiap hari hingga malam lalu-lalang membawa material konstruksi serta kabut debu yang menyelimuti jalanan

Penulis: Zainul | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL
Pemandangan jalan raya dan warung-warung hingga permukiman warga sepanjang pinggir jalan poros Kecamatan Sepaku terpapar oleh debu yang cukup tebal. 

TRIBUNKALTIM.CO, SEPAKU IKN - Progres pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang semakin masif di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) telah membawa dampak signifikan bagi kehidupan warga sekitar.

Pemandangan truk-truk bertonase besar yang setiap hari hingga malam lalu-lalang membawa material konstruksi serta kabut debu yang menyelimuti jalanan kini menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga.

Kondisi ini kemudian membuat sebagian besar warga lokal khususnya di Kecamatan Sepaku mengaku sangat merindukan udara segar seperti sebelum kedatangan mega proyek IKN.

Mislan Warnuni (32), warga Desa Karang Jinawi, Kecamatan Sepaku, mengungkapkan kerinduannya terhadap masa-masa dulu sebelum penetapan IKN di Sepaku.

Baca juga: Persiapan Pemprov Kaltim Jelang Perayaan HUT RI ke-79 di IKN, Salah Satunya Siapkan Videotron

"Sejujurnya saya pribadi dan mungkin warga lain yang tinggal di Sepaku ini juga sangat merindukan udara segar seperti yang dulu sebelum ada proyek IKN," ujarnya kepada Tribunkaltim.co pada Jumat (26/7).

Sebelum proyek IKN dimulai kata dia, lebih dulu sudah ada perusahaan kayu dengan truk-truk besar mereka, namun truk-truk tersebut tidak separah seperti sekarang ini.

Pepohonan kala itu kata Mislan masih rimbun serta memberikan kesejukan tersendiri dengan udara yang segar. Namun, kini udara di sana telah tercemar oleh debu.

"Tidak seperti sekarang, udara di sini sudah tercemar oleh debu. Kita bepergian keluar jalan raya saja debunya luar biasa. Coba lihat seluruh bangunan rumah warga sampai sekolah, semua kena debu," tambah Mislan.

Pada awalnya, warga Kecamatan Sepaku memang banyak yang mengeluhkan kondisi debu yang mencemari udara di mana-mana. Rumah dan tempat usaha mereka, terutama yang terletak di pinggir jalan raya, terpapar debu cukup tebal. Bahkan, hanya sekadar keluar rumah saja, sudah disambut oleh kabut debu akibat masifnya lalu lintas kendaraan proyek.

Namun, seiring berjalannya waktu, warga Sepaku akhirnya mulai terbiasa dengan kondisi jalan yang selalu berdebu saat musim kemarau dan menjadi licin ketika musim hujan. Mirwan (47), seorang warga Desa Bingung Sepaku, mengungkapkan perasaannya terkait situasi ini.

"Awalnya ngeluh juga sebenarnya karena debu di mana-mana. Rumah tempat tinggal kami saja sudah begitu modelnya, tertutup debu," kata Mirwan sambil menunjukan rumahnya yang berada di pinggir jalan poros Kecamatan Sepaku.

Mirwan menjelaskan bahwa dia dan warga sekitar Sepaku akhirnya menyadari bahwa mengeluh bukanlah solusi untuk menghilangkan debu yang bertebaran seolah tiada henti.

Pasrah sembari mencari alternatif solusi lain, seperti memakai masker saat keluar rumah, menjadi satu-satunya cara yang dilakukan. "Mengeluh juga gak ada artinya, proyek tetap berjalan, jadi pasrah saja kena imbasnya debu begini," tambahnya.

Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Mirwan, tetapi juga oleh warga lainnya. Harjanto, warga Sepaku, mengungkapkan bahwa mereka sudah terbiasa dengan pemandangan debu yang terus menerus siang dan malam. "Kita sudah biasa dengan debu, karena mau gimana lagi gak ada cara lain selain kita pasrahkan saja," ungkap Harjanto.

Meskipun demikian, Harjanto dan beberapa warga lainnya mengaku belum ada akomodasi atau kompensasi khusus yang diterima akibat dampak debu proyek IKN.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved