Berita Nasional Terkini
Gibran Tak Masalah Mie atau Nasi Jagung Jadi Opsi Makan Siang Gratis, Ini Tanggapan Dokter Gizi
Gibran mengatakan bahwa nasi bisa diganti dengan sumber karbohidrat lain, seperti mi atau olahan jagung untuk menu makan bergizi gratis.
Penulis: Heriani AM | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUNKALTIM.CO - Wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka tidak masalah dengan usul Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy untuk menjadikan nasi jagung sebagai opsi menu dalam program makan bergizi gratis.
Menurut Gibran, menu makanan program makan bergizi gratis bakal berbeda di setiap daerah dan menu yang disuguhkan pun tidak melulu nasi.
Gibran mengatakan bahwa nasi bisa diganti dengan sumber karbohidrat lain, seperti mi atau olahan jagung untuk menu makan bergizi gratis.
Sebelumnya, pemanfaatan nasi jagung sempat disinggung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
"Ya di setiap daerah beda-beda ya menunya, mungkin tidak semuanya nasi. Tidak harus setiap hari nasi, mungkin ada mi, ada jagung, enggak apa-apa, enggak masalah," kata Gibran usai memantau uji coba makan bergizi gratis di SDN 4 Tangerang Banten, dilansir dari Kompas.com.
Baca juga: Wapres Terpilih Sebut Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Kabinet Prabowo-Gibran Sudah Siap
Menanggapi hal ini, dokter spesialis gizi klinis Dr. dr. Inge Permadhi MS, SpGK menjelaskan, penggunaan sumber karbohidrat selain nasi boleh saja dilakukan, asalkan dilengkapi dengan lauk pauk, sayur, dan buah-buahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak.
"Kalau untuk menggunakan mi atau jagung sebagai pengganti nasi boleh-boleh saja ya. Yang terpenting itu protein, lemak, karbohidrat, dan nutrisi lainnya ada secara seimbang (pada menu makan siang bergizi)," ujar dokter Inge saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/8/2024).
Inge menambahkan, selain mi dan jagung, bisa juga memanfaatkan misoa, bihun, ketela, atau kentang.
"Bihun itu terbuat dari tepung beras. Kemudian ada mi yang komposisinya tidak hanya tepung terigu, tapi juga diperkaya dengan telur. Boleh juga dengan spaghetti (pasta) yang dilengkapi protein dan sayur," imbuh Inge.
Lebih lanjut, dokter gizi yang berpraktik di MRCC Siloam Hospitals Semanggi itu menjelaskan bahwa tidak semua anak bisa mengonsumsi nasi utuh.
Ada anak dengan kondisi tertentu, misalnya picky eater atau kesulitan makan nasi utuh.

Dengan adanya pilihan selain nasi, semua anak bisa mendapat asupan karbohidrat sebagai sumber energi tubuh. "Ada anak yang makan nasi itu harus dalam bentuk bubur atau lontong.
Mereka nggak bisa makan nasi yang beneran nasi. Jadi, meski banyak anggapan menyebut belum afdol kalau makan itu gak ada nasi, bisa kok karbohidrat digantikan makanan lain," ucap alumni Universitas Indonesia tersebut.
Menggunakan pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat dalam program makan siang bergizi gratis, menurut Inge juga baik dalam menyesuaikan kondisi, seperti kenaikan harga beras.
Memberikan sebagai sarana untuk mengenalkan makanan pokok dari daerah lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.