Berita Kukar Terkini
Mengenal Desa Kedang Ipil Kukar dan Masyarakat Kutai Adat Lawas yang Masih Pertahankan Bahasa Langit
Mengenal desa Kedang Ipil, di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan masyarakat Kutai Adat Lawas yang masih pertahankan bahasa langit.
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur disorot setelah menolak masuknya perusahaan sawit.
Penolakan Desa Kedang Ipil dan masyarakat adat Kutai Adat Lawas terhadap perusahaan sawit ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi II DPRD Kukar, Jumat (9/8/2024).
Keberadaan masyarakat adat Kutai Adat Lawas dengan seluruh akar budaya menjadi alasan penolakan masuknya perusahaan sawit ke Desa Kedang Ipil Kukar.
Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun Darat, Kutai Kartanegara, terkenal sebagai kawasan yang kaya akan budaya adat istiadat khas Kutai.
Baca juga: Alasan Desa Kedang Ipil Kukar Tolak Sawit, Masyarakat Kutai Adat Lawas Sumping Layang Terancam
Baca juga: Desa Kedang Ipil Bakal Jadi Masyarakat Hukum Adat Pertama di Kutai Kartanegara
Ada dua prosesi adat terkenal dari Desa Kedang Ipil yakni Nutuk Beham dan Muang.
Prosei Nutuk Beham adalah prosesi adat menyambut panen raya.
Sementara, Muang adalah prosesi upacara kematian.
Baik Nutuk Beham maupun Muang adalah warisan budaya tak benda tingkat nasional.

Terbaru, ada satu warisan budaya tak benda lagi dari Desa Kedang Ipil diusulkan hal serupa.
Bahkan usulan ini disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi lagi yakni tingkat internasional yakni ke badan PBB, UNESCO.
UNESCO atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization merupakan organisasi yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mengurus masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Kiftiawati, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman yang saat ini melakukan penelitian dan riset di Desa Kedang Ipil mengungkapkan, masyarakat Desa Kedang Ipil ini adalah masyarakat Kutai pra-Islam.
Baca juga: Festival Budaya Nutuk Beham Kedang Ipil, Asisten I: Pemkab Kukar Mendukung Upaya Pelestarian Adat
"Mereka masih menganut religi yang mereka namakan Kutai Adat Lawas.
Penganut religi ini sebenarnya banyak selain di Kedang Ipil juga ada di Kutai Barat juga Kutai Timur.
Tapi, yang sistemnya masih terjaga masih lengkap itu ya hanya di Kedang Ipil ini," urai Kifti, Sabtu (10/8/2024).
"Bisa kita bayangkan ya ketika tambang ketika sawit masuk akan seperti apa sementara ritual kan memerlukan banyak perlengkapan dan itu berasalnya dari alam," sambungnya.
Usulan ke UNESCO sudah sejak tahun 2021 lalu, saat itu dirinya bersama Disdikbud Kaltim mengajukan acara adat Nutuk Beham dan Muang menjadi warisan budaya tak benda.
Dua proses adat ini ketika diusulkan tenyata lolos, sehingga dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional 2022.
Peran Penting Kutai Adat Lawas
Di abad lampau, komunitas masyarakat adat Kutai Adat Lawas ini memiliki setidaknya 3 posisi penting.
Pertama, tempat pelarian para brahmana ketika terjadi perang besar antara kerajaan Kutai Kartanegara dan kerajaan Kutai Martadipura di abad ke-14 Masehi.
Kedua, pusat ilmu kanuragan yang sangat disegani karena tidak pernah berhasil ditundukkan oleh siapapun.
Ketiga, menjadi salah satu dari 3 poros penting kesultanan Kutai Kartanegara.
Adanya faktor itu, bahkan membuat sampai saat ini, komunitas masyarakat adat Kutai Adat Lawas Sumping Layang Kedang Ipil masih mempertahankan tradisi, budaya, dan ritual lelulur mereka.
Baca juga: Dilepas Bupati Kukar, Ratusan Rider Trail Ikuti Explore Putang Kedang Ipil Kota Bangun Darat
Bahasa Langit
Fakta lain dari masyarakat Kutai Adat Lawas ini adalah penggunaan bahasa langit.
Ketuaan tradisi terlihat dari mantra ritual yang tidak menggunakan bahasa manusia tetapi bahasa dari dewa mereka langsung atau dikenal sebagai bahasa langit.
"Bahasa langit kenapa penting, ini karena bahasa langit oleh UNESCO dinyatakan sudah punah di Eropa dan Amerika.
Tapi, di Indonesia masih ada dan apalagi ini di Kaltim itukan sangat penting," jelasnya.
Menurut Kifti, bahasa langit atau bahasa dewa ini sebetulnya ada juga suku lain di luar Kaltim yang masih menggunakan bahasa dewa, seperti di Maluku dengan nama bahasa tanah, tapi penuturnya sudah punah, lalu di NTT.
"Namun penuturnya yang di NTT kita lacak ada beberapa.
Hanya saja yang ekosistem nya masih kuat tinggal di Kedang Ipil ini.
Ini adalah hal yang sangat berharga dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaganya," tutup Kiftiawati.
DPRD Dukung Penolakan Sawit di Desa Kedang Ipil
DPRD Kutai Kartanegara (Kukar) mendukung masyarakat Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun Darat untuk menolak investasi PT Puncak Panglima Perkasa (PPP).
Dukungan penolakan terhadap perusahaan kelapa sawit itu disampaikan DPRD Kukar melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP), Jumat (9/8/2024) .
"Warga menuntut pemerintah tidak memberi izin usaha ke perusahaan yang ingin membuka perkebunan kelapa sawit di desa mereka," kata Ketua Komisi II DPRD Kukar, Sopan Sopian.
Penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit di Kedang Ipil dapat mencederai hak-hak masyarakat adat lawas yang ingin mempertahankan nilai budaya dan tradisinya.
Sopian menyebut, wilayah Kedang Ipil memegang tiga posisi penting.
Pertama, sebagai tempat pelarian Brahmana saat terjadi perang besar antara Kerajaan Kutai Kertanegara.
Kedua, Kedang Ipil adalah pusat ilmu kanuragan (bela diri) karena tak pernah berhasil ditundukkan oleh siapa pun.
Ketiga, masyarakat yang mendiami wilayah tersebut termasuk poros penting Kesultanan Kutai Kertanegara.
Sopian dan jajaran DPRD tegas memberi dukungan, serta siap membantu masyarakat untuk melayangkan surat ke Bupati Kukar Edi Damansyah terkait penolakan hak guna lahan tersebut.
“Sudah sewajarnya jika perlindungan hak-hak masyarakat adat kita lindungi, apalagi kita tahu Kedang Ipil kuat dengan adat dan tradisi leluluhurnya," sebut politisi Gerindra itu.
Sementara itu, perwakilan perusahaan PT P3 yang hadir dalam rapat, Ruliyan, tidak mau berbicara banyak kepada media.
“Saya no komen ya,” katanya.
Baca juga: Bahasa Langit Masih Terjaga di Kedang Ipil Kukar, Kini Diusulkan Jadi Warisan ke UNESCO
(TribunKaltim.co/Miftah Aulia Anggraini)
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim
Desa Kedang Ipil
Kutai Kartanegara
Kukar
Kutai Adat Lawas
Bahasa Langit
Kalimantan Timur
TribunKaltim.co
Desa Kedang Ipil di Kukar Tolak Perkebunan Sawit, Ancam Ruang Hidup Masyarakat Adat |
![]() |
---|
Pencarian Sekuriti Perusahaan Migas yang Diterkam Buaya di Kukar Dihentikan, Keluarga Mengaku Ikhlas |
![]() |
---|
Tahun Ini, Pemkab Kukar Targetkan Bangun Jalan Sepanjang 109 Kilometer |
![]() |
---|
Warga Desa Rebaq Rinding Kukar Nikmati Jembatan Ulin Anyar Senilai Rp1 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.