Berita Kukar Terkini
Bahasa Langit Masih Terjaga di Kedang Ipil Kukar, Kini Diusulkan Jadi Warisan ke UNESCO
Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun Darat, Kutai Kartanegara, terkenal sebagai kawasan yang kaya akan budaya adat istiadat khas Kutai
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,TENGGARONG - Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun Darat, Kutai Kartanegara, terkenal sebagai kawasan yang kaya akan budaya adat istiadat khas Kutai.
Setelah Nutuk Beham yakni prosesi adat menyambut panen raya dan Muang yakni prosesi upacara kematian menjadi warisan budaya tak benda tingkat nasional.
Kini ada satu warisan budaya tak benda lagi dari Desa Kedang Ipil diusulkan hal serupa, bahkan diusulkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi yakni tingkat internasional ke UNESCO.
UNESCO atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization merupakan organisasi yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mengurus masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Kiftiawati, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman yang saat ini melakukan penelitian dan riset di Desa Kedang Ipil mengungkapkan, masyarakat Desa Kedang Ipil ini adalah masyarakat Kutai pra Islam.
Baca juga: DPRD Kukar Tolak Investasi Perusahaan Perkebunan Sawit di Desa Kedang Ipil
Baca juga: Alasan Desa Kedang Ipil Kukar Tolak Sawit, Masyarakat Kutai Adat Lawas Sumping Layang Terancam
"Mereka masih menganut religi yang mereka namakan Kutai Adat Lawas, anutan religi ini sebenarnya banyak selain di Kedang Ipil juga ada di Kutai Barat juga Kutai Timur, tapi yang sistemnya masih terjaga masih lengkap itu ya hanya di Kedang Ipil ini," urai Kifti, Sabtu (10/8/2024).
"Bisa kita bayangkan ya ketika tambang ketika sawit masuk akan seperti apa sementara ritual kan memerlukan banyak perlengkapan dan itu berasalnya dari alam," sambungnya.
Usulan ke UNESCO sudah sejak tahun 2021 lalu, saat itu dirinya bersama Disdikbud Kaltim mengajukan acara adat Nutuk Beham dan Muang menjadi warisan budaya tak benda.
Dua proses adat ini ketika diusulkan tenyata lolos, sehingga dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional 2022.
"Bahasa langit kenapa penting, ini karena bahasa langit oleh UNESCO dinyatakan sudah punah di Eropa dan Amerika, tapi di Indonesia masih ada dan apalagi ini di Kaltim itukan sangat penting," jelasnya.
Baca juga: Desa Kedang Ipil di Kukar Tolak Perkebunan Sawit, Ancam Ruang Hidup Masyarakat Adat
Menurut Kifti, bahasa langit atau bahasa dewa ini sebetulnya ada juga suku lain di luar Kaltim yang masih menggunakan bahasa dewa, seperti di Maluku dengan nama bahasa tanah, tapi penuturnya sudah punah, lalu di NTT.
"Namun penuturnya yang di NTT kita lacak ada beberapa. Hanya saja yang ekosistem nya masih kuat tinggal di Kedang Ipil ini. Ini adalah hal yang sangat berharga dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaganya," tutup Kiftiawati. (*)
NPCI Sambut Rencana Pemprov Kaltim, Kukar Jadi Pusat Pembinaan Atlet Disabilitas |
![]() |
---|
51 Atlet Disabilitas Kukar Siap Harumkan Daerah Lewat Ajang Olahraga Boccia dan Atletik |
![]() |
---|
Bupati Kukar Minta Kendaraan Perusahaan Pakai Plat Lokal untuk Tingkatkan PAD |
![]() |
---|
Stunting di Muara Muntai Ilir Kukar Diklaim Menurun, Kades Arifadin Nur Beberkan Kiat-kiatnya |
![]() |
---|
DLHK Kukar Gencarkan Edukasi Pengelolaan Sampah, TPA Sudah Kritis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.