Pilkada Sumsel 2024

Hasil Survei Pilkada Sumsel 2024, Terjawab Sosok Calon Gubernur dan Wakilnya yang Terkuat

Simak deretan hasil survei Pilkada Sumsel 2024, siapa calon Gubernur dan wakilnya yang terkuat?

HO
Ilustrasi. Cek hasil survei terbaru Pilkada Sumsel 2024, siapa calon gubernur dan wakilnya yang terkuat? 

Elektabilitas HDCU masih tetap perkasa dan berjarak (gap) jauh dari pesaingnya kalaupun terjadi head to head  dengan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (MataHati).

"Tidak ada pergeseran dan gejolak elektabilitas yang signifikan terhadap HDCU dan MataHati dengan tidak ikut sertanya pasangan HAPAL dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan yang akan digelar tiga bulan lagi," ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto, ST, MT, M.IKOM,Pol.

Bicara data survei, uji simulasi bakal paslon yang diuji tidak ada perubahan yang signifikan terhadap dukungan paslon HDCU dan MataHati apabila paslon HAPAl tidak ikut pilkada. Misalnya, dari trend elektabilitas masing-masing paslon, HDCU selalu unggul dari MataHati dan HAPAL. 

Unggulnya HDCU ini secara statistik signlifikan karena jarak elektabilitas dari paslon MataHati dan HAPAL berkisar 45 persen-50 persen.

Kalau di range elektabilitas masing-masing paslon adalah HDCU (64 persen-72 persen), MATAHATI (11 persen - 18 persen), HAPAL (8 persen - 12 persen) dan massa yang belum menentukan pilihan (5 persen - 10 persen). 

Survei terakhir yang kami gelar bulan Juli akhir 2024 adalah dari elektabilitas HAPAL (9 persen). Dari elektabilitas HAPAL (9 persen) ini, uji simulasi apabila paslon HAPAL tidak maju pilkada, maka ada  (5,8 persen) elektabilitas HAPAL   beralih ke HDCU dan (2,3 persen) elektabilitas HAPAL beralih ke MATAHATI dan sisanya  0,9 persen masih belum menentukan pilihan.

"Artinya, limpahan elektabilitas HAPAl tersebar HDCU dan MataHati dan bahkan HDCU yang lebih banyak mendapatkan limpahan elektabilitas dari HAPAL (saat survei digelar),” ungkap lembaga  survei LKPI yang tergabung dalam Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI) ini.

Sedikitnya pengaruh gejolak elektabilitas ini, lanjut mantan peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) salah satunya disebabkan belum begitu signifikannya kenaikkan elektabilitas paslon HAPAL dalam menarik elektoral pemilih.

Terlebih lagi, massa yang belum menentukan pilihan (massa mengambang) sudah tidak banyak lagi karena pemilih sudah mengerucut ke HDCU dan MataHati. 

Perebutan elektabilitas yang tadinya diharapkan ruangnya besar menjadi sempit karena pemilih sudah mempunyai preferensi sendiri untuk memilih  bakal paslon gubernur dan wakil gubernur.

Hal ini menyebabkan gejolak elektabilitas  tidak begitu kuat yang akan terjadi kedepan mengingat HDCU dan MataHati dipastikan tidak akan mengerem sosialisasinya baik melalui tim sukses/tim pendukung, relawan, simpatisan, partai politik maupun patron tokoh.

“Dukungan dari partai politik untuk maju di Pilgub bagi paslon Gubernur dan wakil gubernur mutlak diperlukan untuk mendaftar di KPUD dan bisa berlaga pada pilkada. Tapi yang harus diperhatikan juga, dukungan elektoral dari masing-masing paslon Gubernur dan wakil gubernur sebelum dan setelah mendapatkan tiket parpol dan mendaftar di KPUD.

Dengan melihat sudah banyaknya pemilih yang mempunyai preferensi sendiri untuk memilih paslon gubernur dan wakil gubernur, tentunya potensi  pergerakan elektabilitas  tidak begitu besar dan kenaikkannya tidak signifikan, terkecuali adanya “Tsunami Politik”.  

Tentunya kedepan, tergantung kerja politik yang super ekstra bagi paslon yang saat ini masih tertinggal elektabilitasnya.

"Lagi-lagi di sini kalkukasi matematika politik akan berlaku, sebab apabila mengandalkan sosialisasi yang saat ini masih dilakukan, baik frekuensi dan gayanya serta serangan darat dan udara masih seperti ini, sulit untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas,” pungkas Arianto lulusan terbaik ilmu komunikasi politik. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved