Kue Hau Khas Suku Dayak Jadi Oleh-oleh Khas Bulungan, Tepung Ketan Bertekstur Renyah dan Manis

Bagi Anda yang ingin atau sedang berkunjung ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, sebaiknya membeli oleh-oleh satu ini.

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTARA.COM/DESI KARTIKA
Pelaku UMKM, Dahlia (37) saat menjelaskan proses produksi ke hau kepada awak Tribun Kaltara. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Bagi Anda yang ingin atau sedang berkunjung ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, sebaiknya membeli oleh-oleh satu ini.

Salah satu kuliner lokal yang bisa dijadikan oleh-oleh yakni Kue Hau. Camilan ini merupakan salah satu kudapan atau makanan khas suku Dayak Kabupaten Bulungan.

Kue Hau biasa disajikan dalam sebuah perayaan atau acara besar seperti pernikahan, perayaan hari besar keagamaan atau perkumpulan adat.

Memiliki ciri khas bentuk yang kecil dan lonjong, terdiri dari empat macam warna yakni merah, kuning, hijau dan putih.

Selain itu, kue hau juga memiliki cita rasa yang bervariasi yakni gurih dan manis. 

Teksturnya yang renyah semakin menambah kenikmatan kue hau sebagai kudapan.

Baca juga: Museum Kesultanan Bulungan Punya Kendi Besar yang Bisa Keluarkan Suara seperti Orang Menangis

Meskipun menjadi makanan tradisional, namun keberadaan kue hau masih banyak diminati oleh masyarakat.

Dahlia, salah satu pembuat Kue Hau mengatakan, proses pembuatan kue hau tidak memerlukan banyak bahan-bahan seperti pembuatan kue kering maupun basah pada umumnya.

Hanya perlu menyiapkan tepung ketan, minyak goreng, pewarna makanan, gula pasir yang sudah dihaluskan dan susu bubuk (opsional).

Peralatan yang diperlukan juga tidak terlalu banyak. Sebab proses pembuatan sejauh ini masih dilakukan secara manual.

Sehingga alat-alat masak atau produksi yang diperlukan cukup sedikit seperti baskom, panci,wajan, kompor dan alat penggiling molen manual.

Kendati bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pembuatan kue hau sangat mudah dijumpai.

Namun untuk proses pembuatannya yang justru menguras waktu dan tenaga.

Untuk proses pembuatan setiap adonan memerlukan waktu setidaknya satu jam, karena setiap adonan tidak boleh dicampur-campur dalam proses pembuatannya.

Baca juga: Update Gempa Hari Ini di Berau, BMKG Beber Titik Pusat Gempa di Bulungan Kaltara

Pembuatan adonan pertama cukup dengan dua jenis bahan, yakni tepung ketan putih kurang lebih setengah kilogram dicampur dengan air dingin biasa.

Setelah adonan jadi, kemudian direbus pada air mendidih hingga adonan mengapung.

Selanjutnya adonan diangkat dan kembali diuleni hingga kalis dengan tepung ketan mentah. Setelah kalis, adonan kemudian diberi pewarna.

Setelah adonan kalis kemudian adonan kembali dibaluri menggunakan tepung ketan mentah agar tidak lengket.

"Lalu, digiling menggunakan gilingan molen secara manual. Setelah dirasa mendapatkan tekstur yang diinginkan adonan digunting kecil-kecil dan siap digoreng," kata Dahlia.

Dalam proses menggoreng juga memerlukan tekhnik yang tepat, pasalnya risiko terkena cipratan minyak goreng panas sangat tinggi.

Saat menggoreng, disarankan untuk segera menutup wajan ketika kue hau dimasukkan kedalam minyak panas yang mendidih agar tidak meletup.

Baca juga: Masyarakat Berau Rasakan Getaran Gempa, BMKG Berau: Berasal dari Kabupaten Bulungan 

Setelah melalui proses penggorengan, kue Hau lantas tidak dapat langsung dikonsumsi harus melalui penirisan minyak goreng sehingga harus dibiarkan minimal kurang lebih selama satu malam agar kue hau dapat bertahan selama tiga bulan kedepan.

Untuk proses terkahir yakni kue hau ditaburi dengan menggunakan gula pasir yang telah dihaluskan dan bubuk susu.

"Namun dalam hal ini opsional, bisa untuk dilewati atau bahkan diganti menggunakan variasi lainnya. Selanjutnya kue hau dikemas dan siap untuk dihidangkan atau dipasarkan," ujar Dahlia.

Untuk diketahui, kue hau saat ini sudah sangat mudah dijumpai pada beberapa produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bulungan

Diproduksi Seminggu Sekali

Selama empat tahun memproduksi kue hau, Dahlia mengaku menjual kue tersebut secara offline maupun online. Untuk offline dia menitipkan di beberapa kedai atau toko di dekat rumahnya.

"Hingga saat ini semuannya serba manual, sebenarnya kalau lebih enak bisa menggunakan spiner agar bisa lebih banyak produksinnya. Jadi kita tidak perlu lagi menunggu waktu ditiriskan hingga satu malam, langsung bisa kita kemas," kata Dahlia saat ditemui Tribun di rumah produksi beberapa pekan lalu.

Meskipun demikian, Dahlia menyampaikan bahwa peminat kue hau yang dipesan melalui dirinya cukup banyak.

Bahkan ketika hari-hari besar seperti lebaran atau tahun baru Natal, bisa mencapai belasan kilo untuk sekali produksi.

"Kami produksi biasanya setiap seminggu sekali, jadi pesanan kami kumpulkan sekalian dibuatkan pas akhir pekan gitu," terangnya.

Oleh karena itu, Dahlia bertekat untuk terus mengembangkan makanan khas Suku Dayak Kabupaten Bulungan ini.

"Lumayan sih, omset saya bersih setiap bulan adalah kalau Rp 1,5 juta. Kalau menurut saya ini banyak ya, karena kan hanya usaha rumahan saja," jelasnya. (desi kartika)

Sumber: Tribun kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved