Berita Samarinda Terkini
Angkat Kearifan Lokal, Pemkot Samarinda Gencar Kembangkan Potensi Desa Wisata
Pemkot Samarinda gencar kembangkan potensi desa wisata, target ikuti lomba bergengsi nasional hingga internasional.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kota Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur, absen dalam ajang bergengsi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 yang digelar pada Mei lalu.
Padahal, sejumlah desa wisata di wilayah Kaltim lainnya turut berpartisipasi dalam kompetisi tingkat nasional tersebut.
Samarinda tidak berpartisipasi lantaran masih minimnya desa wisata yang dikembangkan secara serius di Kota Samarinda.
Padahal, Samarinda dinilai memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan desa wisata, mengingat kekayaan budaya dan alam yang dimilikinya.
Baca juga: Disporapar Samarinda Pantau Kesiapan Destinasi Wisata Jelang Lebaran Idul Fitri
Menyadari potensi tersebut, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Samarinda kini gencar melakukan upaya pengembangan desa wisata.
"Kita bisa mendongkrak budaya, seni, tata cara hidup, kekhasan daerah. Nantinya dikelola masyarakat dan pemerintah support. Kita akan melangkah ke sana, kita juga sudah beberapa kali melakukan sosialisasi soal desa wisata,” kata Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disporapar Kota Samarinda, Nur Asikin.
Beberapa lokasi yang dianggap memiliki potensi besar antara lain Kampung Ketupat, Kampung Tenun Samarinda Seberang, Kampung Pampang, dan kawasan Betapus.
Namun, salah satu contoh pengembangan desa wisata yang cukup sukses di Samarinda adalah kawasan Betapus.
Dahulu merupakan lahan persawahan, yang kini telah disulap menjadi destinasi wisata yang menarik dengan pemandangan sawah yang asri, dilengkapi dengan area kuliner dan tempat bersantai.
Baca juga: Disporapar Samarinda Sebut 1.500 Peserta akan Ambil Bagian Lomba Lari 5 Km di Festival Mahakam
Ada juga Kampung Ketupat dan Kampung Tenun Samarinda Seberang yang dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata berbasis budaya.
Proses pembuatan ketupat dan tenun tradisional yang dikenal di kawasan tersebut, kata Nur Asikin, memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Kemudian, Kampung Ketupat dan Kampung Tenun, bisa lebih dalam menonjolkan proses-proses dari membuat ketupat dan tenunan yang kemudian menjadi daya tarik wisata berbasis masyarakat desa.
"Ke depan kita berharap bisa lombakan sampai nasional, bahkan internasional juga, karena tujuan utama yang jelas mengangkat kearifan lokal," tutupnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.